Jumat, 30 Maret 2012
Jumat, 16 Maret 2012
PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP (PKLH) IMPLEMENTASI DAN PERMASALAHANNYA
PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP (PKLH)
IMPLEMENTASI DAN PERMASALAHANNYA
oleh
Ida Bagus Made Astawa
Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Pendidikan IPS, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Masalah lingkungan yang dihadapi
akhir-akhir ini telah mengusik eksistensi bumi sebagai dunia dengan
lingkungannnya yang lestari. Terusiknya eksistensi bumi tersebut bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri. Keberadaannya berhubungan erat dengan masalah
kependudukan dalam konteks penduduk dan pembangunan. PKLH merupakan program
pendidikan yang ditujukan untuk mengubah sikap dan perilaku manusia agar
bereproduksi secara rasional, memelihara lingkungan hidup, dan bertanggung
jawab terhadap kualitas kehidupan sekarang dan masa mendatang melalui proses
pendidikan. Melalui PKLH, diharapkan eksistensi bumi sebagai dunia dengan
lingkungan hidup yang lestari dapat dipertahankan. Namun, dengan tidak
menjadikan PKLH sebagai mata kuliah wajib di LPTK, pembelajarannya di sekolah
yang diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya menjumpai berbagai kesulitan.
Hal tersebut, pada akhirnya berpengaruh pada pencapaian tujuan kurikuler PKLH.
Jika PKLH masih dijadikan sebagai program dalam pembentukan sikap dan perilaku
yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, maka penting untuk dilakukan
penyempurnaan pada Program PKLH secara menyeluruh.
Kata kunci : pendekatan
integratif, bumi sebagai dunia, PKLH, masalah lingkungan.
ABSTRACT
Environmental problems occured
recently have affected the existence of the earth as a world with its nature.
However, they do not stand alone as they are related to other causes, namely
population problems i.e population and development. PKLH-Population and
Environmental Education is a program aiming at changing man’s behaviour and
attitudes to reproduce rationally, preserve the environment, and to be
responsible with the quality of both today’s life and that of the future
through education. Thus, it is expected that the existence of the Earth as the
world and its environment can be preserved. Yet, since PKLH is not a compulsary
subject at LPTK, there are problems emerged in the integrated teaching of PKLH
with other subjects at schools. If PKLH is still employed to form a
Population-and-environmental-based-behaviour and attitudes, it is hence important
to improve the PKLH program thoroughly.
Key Words : integrated approach, earth as
a world, PKLH, environment problems.
1. Pendahuluan
Manusia,
sejak permulaan keberadaannya di bumi, sudah hidup dari dan dengan
lingkungannya. Semasih segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan
memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya, dan semasih bumi mampu memproses
secara alamiah buangan/sisa yang diperlukan manusia, tidak ada masalah yang
perlu dikhawatirkan pada lingkungan. Namun, sejalan dengan peningkatan
kebutuhan dan perkembangan teknologi manusia, tampak masalah lingkungan menjadi
semakin memprihatinkan. Masalah lingkungan bukanlah sesuatu yang berdiri
sendiri, melainkan sangat erat hubungannya dengan masalah kependudukan dalam
konteks penduduk dan pembangunan (Ananta, 1992; Mantra,2001; Moertopo, 1992).
Dalam hal ini, kerusakan lingkungan tidak hanya sebagai akibat dari
bertambahnya penduduk serta meningkatnya kebutuhan hidup. Terdapat proses lain
yang menyertai yang menyebabkan menipisnya sumber daya alam menjadi jauh lebih
parah.
Semakin
meluasnya masalah lingkungan menyebabkan isu, perhatian, dan aktivitas
lingkungan mulai diperkenalkan secara meluas sejak dasa warsa 1960-an.
Puncaknya adalah pada dasa warsa 1970-an, yaitu dengan digelarnya The United
Nation Conference on Human Environment di Stockholm oleh PBB pada tanggal 5
s/d 16 Juni 1972 (Sumaatmadja, 2001). Implementasi dari resolusi Stockholm
adalah dibentuknya badan khusus yang membidangi permasalahan lingkungan oleh
PBB yang dikenal dengan United Nations Environmental Programs (UNEP)
yang bermarkas di Nairobi, Kenya (Soemarwoto, 1982).
Namun
demikian, satu setengah dasa warsa setelah dicetuskannya resolusi Stockholm
(tahun 1987), Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan PBB dalam
laporannya (Our Common Future) mengidentifikasi sejumlah gejala
global yang mengancam eksistensi bumi (Astawa, 1999), di antaranya yang sangat
dikhawatirkan adalah rusaknya lapisan ozon, pemanasan global, hujan asam, dan
pencemaran air laut oleh bahan berbahaya beracun (B3). Menurut Chiras (seorang
ahli lingkungan PBB) ancaman terhadap existensi bumi itu bisa terjadi karena
gejolak filsafat manusia yang diterapkan hingga dewasa ini pada kehidupan nyata
(dalam Astawa, 1999), di antaranya : (a) filsafat biological imprialism dan
ajaran relegi yang menganjurkan beranak
pinak tanpa batas; (b) filsafat I Versus not I dan tumbuhnya frontier mentality; (c)
falsafah membangun dengan mengembangkan ilmu dan teknologi yang makin besar dan
canggih; (d) falsafah bahwa manusia ada di atas alam dengan kemampuan
berfikirnya dan anggapan bahwa sumber alam di bumi tidak terbatas, berlimpah;
(e) falsafah ekonomi (bermodal minimal untuk meraih keuntungan maksimal dalam
tempo yang sesingkat mungkin).
Menyadari
paparan di atas dan memperhatikan
hakikat pendidikan (Salam, 1997), maka dalam rangka menumbuhkembangkan sikap
dan perilaku masyarakat yang berwawasan
kependudukan dan lingkungan hidup, peran pedidikan menjadi sangat penting. Dicanangkannya PKLH dalam pendidikan formal
ataupun nonformal menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk berperan
serta dalam mewujudkan eksistensi bumi sebagai dunia yang lestari melalui
pendidikan.
Namun
demikian, memperhatikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang tidak
lagi menjadikan PKLH sebagai mata kuliah wajib, sementara di sekolah PKLH
dituntut diintegrasikan pada mata pelajaran yang ada, maka implementasi PKLH di
sekolah perlu dipertanyakan. Tulisan ini bertujuan untuk membahas implementasi
PKLH di sekolah beserta permasalahannya, dengan menggunakan beberapa sumber dan
pengalaman selama menjadi instruktur pada pelatihan PKLH bagi guru-guru sekolah
(TK - SLTA) se Bali. Dengan pembahasan tersebut diharapkan lebih terungkap
berbagai permasalahan dalam mengimplementasikan PKLH di sekolah, sehingga
solusi dapat diberikan sebagai suatu alternatif.
PKLH
bukanlah sekadar menyajikan kepada murid contoh-contoh kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh perilaku manusia, yang bahan-bahannya dapat diambil dari
guntingan-guntingan koran atau yang sejenisnya. Pembelajaran PKLH harus
mengandung etika lingkungan dengan mengajak anak didik menyadari makna
lingkungan baginya dan keterkaitannya dengan penduduk (Sumaatmadja, 2001;
Kastama, 1996). Dengan demikian, secara mendasar guru dituntut memahami PKLH,
di samping kewajibannya memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan PKLH ke dalam
mata pelajaran pokoknya (Kastama, 1996).
2. Pembahasan
2.1 PKLH dan Implementasinya
Terkait
dengan PKLH, sebelum tahun 1984, dikenal dua program, yaitu Pendidikan
Kependudukan (Population Education) dan Pendidikan Lingkungan Hidup (Environmental
Education). Pendidikan Kependudukan dicanangkan oleh Depdikbud mulai tahun
1970, dengan latar belakang kekhawatiran dunia akan adanya pertumbuhan penduduk
yang tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan bahan-bahan kebutuhan hidup.
Sebagai suatu proses pendidikan, Pendidikan Kependudukan ditekankan pada
informasi masalah kependudukan dengan tujuan mengubah sikap mental masyarakat
ke arah hal-hal yang positif dalam menanggulangi masalah kependudukan
(Sumaatmadja, 2001). Dalam hal ini, sasaran utama Pendidikan Kependudukan
adalah perubahan sikap dan perilaku terhadap masalah reproduksi dan persebaran
penduduk secara rasional dan bertanggung jawab.
Pendidikan
Lingkungan Hidup merupakan program yang dicanangkan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai tahun 1981. International Union for
Conservation of Nature and Nature Resources (IUCN) memberikan batasan Pendidikan Lingkungan Hidup (dalam
Sumaatmadja, 2001) sebagai berikut.
“Environmental education is a process of recogniting values and
clarifying concepts in order to develop the skills and attitudes that are
necessary to understand and appreciate the interrelations among man, his
culture and his biophysical surrounding. Environment education is also entails
practise in dicision-making, and the self-formulation of code of behaviour
about the issues concerning environmental quality”
Dalam
batasan itu tersirat bahwa sasaran utama dari Pendidikan Lingkungan Hidup
diletakkan pada upaya mengembangkan sikap dan perilaku yang bermakna (rasional
dan bertanggung jawab) terhadap masalah pengelolaan sumber daya alam.
Tujuan
utama dari dua program tersebut memang tampak berbeda, namun, secara implisit
pada dasarnya kedua program tersebut adalah sama, yaitu ditujukan untuk
menunjang terbinanya kualitas hidup penduduk secara lebih baik. Kedua program
tersebut juga memiliki objek kajian yang sama, yaitu dinamika penduduk dan
integrasi perilakunya (manusia) terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan
fisiknya. Persamaan lainnya juga tampak dari pendekatan pelaksanaannya, yaitu
sama-sama menggunakan pendekatan multidisiplin dengan mengintegrasikan fakta,
konsep, prinsip dan teori kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam berbagai
studi yang relevan.
Karena
adanya persamaan itulah kemudian Depdikbud, LIPI dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) memprakarsai seminar-lokakarya (semiloka) yang
pelaksanaannya dilakukan pada bulan Juli dan Oktober 1983 serta bulan Januari
1984. Hasil tiga kali semiloka tersebut adalah disepakati penyatuan kedua
program menjadi satu program, yaitu
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang kemudian lebih dikenal dengan
PKLH.
Menurut
hasil semiloka tersebut, PKLH adalah suatu program kependidikan untuk membina
anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang
rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk
dan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan. Sasaran akhir dari PKLH
adalah terbentuknya Warga Negara Indonesia yang berwawasan kependudukan dan
lingkungan hidup, yaitu yang dalam tingkah laku sosial, ekonomi, politik dan
budayanya berpandangan progresif terhadap masalah-masalah kependudukan dan
lingkungan hidup menuju kehidupan keluarga dan masyarakat yang serasi seimbang
dalam hubungannya dengan Tuhan, lingkungan sosial dan lingkungan hidupnya
(Kastama,1996). Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa PKLH sebagai program
pendidikan, pada dasarnya bertujuan membentuk sikap dan perilaku manusia agar
bereproduksi secara rasional, memelihara lingkungan hidup, dan bertanggung
jawab terhadap kualitas kehidupan sekarang dan masa mendatang melalui proses
pendidikan.
Untuk
mencapai tujuan tersebut PKLH diajarkan di semua jenjang pendidikan baik formal
maupun nonformal, mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.
Pendekatan yang digunakan dalam mengimplementasikan PKLH di perguruan tinggi
cukup bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan monolitik, baik sebagai mata
kuliah wajib maupun sebagai mata kuliah kekhususan di program studi. Ada juga
yang menggunakan pendekatan integratif, di samping juga ada yang tidak
mencanangkannya sebagai mata kuliah.
Di
LPTK, dengan pemberlakukaan SK Mendikbud RI
Nomor 0193/U/1976, PKLH menjadi mata kuliah wajib yang berdiri sendiri
(monolitik) dan termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
Perrtimbangan yang melandasinya adalah, sebagai lembaga yang menghasilkan
tenaga kependidikan (calon guru), seorang lulusan LPTK harus memiliki kemampuan
untuk mengajarkan PKLH secara terintegrasi di sekolah pada mata pelajaran yang
dijarkan.
Namun,
dengan pemberlakukaan SK Mendikbud RI Nomor 0212/DJ/Kep/ 1983 tentang Kurikulum
Inti Program Sarjana dan Program Diploma Bidang Kependidikan, yang tidak
menjadikan PKLH mata kuliah wajib yang berdiri sendiri di LPTK, berbagai
variasi muncul dalam mengimplementasikan materi PKLH di LPTK. Ada yang
menjadikan PKLH sebagai mata kuliah yang diajarkan secara monolitik dengan
memasukkannya ke dalam kelompok MKDU. Ada yang memasukkan PKLH kedalam Mata
Kuliah Kekhususan Program Studi, seperti terlihat di IKIP Negeri Singaraja
(namun, hanya di Jurusan Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, dan PPKn). Di
samping itu, ada juga LPTK yang tidak mengajarkannya secara monolitik, tetapi
menyajikannya secara integratif, dengan mengintegrasikan PKLH ke dalam mata
kuliah Ilmu Sosial Dasar (dalam kelompok MKDU).
Terlepas
dari variasi pengimpelementasian PKLH tersebut, keberadaan PKLH secara
monolitik di perguruan tinggi perlu dipertahankan, khususnya di LPTK
(Kastama,1996). Sebagai calon guru, mahasiswa LPTK dituntut mempunyai persepsi
yang mantap tentang kemungkinan adanya dampak negatif dari pertumbuhan penduduk
yang tidak terkendali atau tentang adanya interaksi negatif dengan lingkungan
hidupnya, di samping karena kependudukan dan lingkungan hidup menjadi hal yang
mendasar sebagai penjabaran ketentuan GBHN, terutama dalam membentuk sikap dan
perilaku generasi muda berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup.
Di
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah (SM),
PKLH diimplementasikan secara integratif ke dalam sejumlah mata
pelajaran yang relevan. Di tingkat SD PKLH diintegrasikan pada bidang studi
IPS, IPA, PPKn, Agama, Pendidikan Jasmani/Olahraga, dan Bahasa. Di SM, PKLH
diintegrasikan pada mata pelajaran Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi dan
Antropologi, PPKn, Biologi, dan mata pelajaran Kimia (Depdikbud, 1990)
Digunakannya pendekatan integratif dalam pembelajaran PKLH di sekolah dilandasi
pertimbangan bahwa kurikulum yang ada sudah terlalu sarat, sehingga tidak
memungkinkan lagi PKLH dijadikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan secara
monolitik.
Dalam
mengintegrasikan PKLH pada bidang studi atau mata pelajaran yang telah
disebutkan di atas, Depdikbud pada tahun 1990 menerbitkan Buku Pegangan Guru
PKLH pada semua jenjang pendidikan. Buku itu memuat Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) PKLH yang dipadukan dengan mata pelajaran yang
diintegrasikan. Dengan buku tersebut guru mata pelajaran yang dintegrasikan
diharapkan menjadi lebih terarah dalam mengembangkan PKLH ke dalam mata
pelajaran yang diasuhnya. Untuk itu,
dalam pengembangannya diperlukan suatu koordinasi di antara sesama guru mata
pelajaran di mana PKLH diintegrasikan,
sehingga tujuan PKLH dapat diterima
secara utuh oleh peserta didik.
Di
samping itu, dari sisi pedagogis, Munir (1996) mengemukakan, yang perlu
diperhatikan guru dalam mengimplementasikan PKLH adalah tiga daya yang terdapat dalam diri sasaran didik yang
secara resultan akan menimbulkan perilaku (yang dapat diamati), yaitu a) daya
individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau individu (perhatikan Gestalt
Theory dari W.Kohler), b) daya rangsangan terhadap seseorang yang
ditanggapi (perhatikan Stimulus-Respons the Theory dari B.F.Skinner), c)
daya pengulangan pengalaman yang enak/baik, dan menghindari pengalaman yang
tidak enak/baik (perhatikan Conditioning Theory dari James W).
Berarti,
secara pedagogis, implementasi PKLH dalam pembelajaran menuntut guru tidak
hanya sekadar mampu menyajikan kepada murid contoh-contoh kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh perilaku manusia, yang bahan-bahannya dapat diambil dari
guntingan-guntingan koran atau yang sejenisnya. Dalam hal ini, seorang guru
dituntut mampu menyadari keberadaan siswanya terkait dengan lingkungan tempat
mereka berada dan mampu menstimulasi sasaran didik untuk menumbuhkan sikap dan
perilaku yang mengandung etika lingkungan (Sumaatmadja, 2001). Sikap dan
perilaku tersebut ditumbuhkan dengan mengajak anak didik menyadari makna
lingkungan baginya dan memahami keterkaitannya dengan penduduk. Di samping itu,
sikap dan perilaku yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup juga perlu
dimiliki dan ditunjukkan oleh seorang guru untuk dapat diteladani oleh
siswanya. Berarti, untuk dapat melakukan pengintegrasian PKLH ke dalam mata
pelajarannya, pemahaman seorang guru tentang PLKH menjadi mutlak, di samping
kemampuan merespon dan keteladanannya sebagai pencinta dan pelestari
lingkungan.
2.2 Permasalahan Pembelajaran PKLH di Sekolah
Telah
dikemukakan di atas bahwa PKLH di sekolah diimplementasikan menggunakan
pendekatan integratif. Hasil monitoring dan supervisi Depdikbud terhadap
Pendidikan Kependudukan yang diimplementasikan secara integratif di sekolah
memperlihatkan adanya beberapa hambatan (Kastama, 1996). Salah satunya adalah
sulitnya guru mengintegrasikan materi Pendidikan Kependudukan ke dalam bidang
studi atau mata pelajarannya, walaupun GBPP sudah disiapkan. Hal yang sama juga
dijumpai oleh Rideng (1997) dalam penelitiannya tentang Pelaksanaan PKLH di SMU
di kabupaten Buleleng.
Terkait
dengan PKLH, pada kurun waktu 1996-1999, penulis ditugaskan sebagai
instruktur/nara sumber dalam Pelatihan PKLH yang diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikans Profinsi Bali. Peserta pelatihannya adalah guru-guru TK, SD, SLTP
dan SMU/K pengajar mata pelajaran di mana PKLH diintegrasikan. Kesempatan itu
juga digunakan melakukan wawancara dengan peserta pelatihan. Hasil
wawancara mengidentifikasi permasalahan
dalam implementasi PKLH di sekolah, seperti diuraikan berikut ini.
2.2.1 Masalah Guru sebagai Tenaga Pengajar PKLH
Implementasi PKLH secara integratif di sekolah terlihat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan PKLH karena jumlah guru yang dipandang turut mengambil
bagian tanggung jawab dalam melaksanakan program PKLH menjadi cukup banyak.
Namun, tanggung jawab yang diemban oleh guru bersangkutan menjadi berkurang.
Sementara, guru dituntut perhatian dan kemampuannya secara konprehensif
menyeluruh, di samping kemampuan dasar yang dapat menjamin pelaksanaan tugasnya
sesuai dengan tujuan pendidikan (Sumaatmadja, 2001). Berkurangnya tanggung
jawab guru merupakan konsekuensi logis dari penerapan pendekatan integratif
karena PKLH hanyalah materi titipan pada mata pelajaran yang menjadi tugas
pokok guru yang bersangkutan.
Di samping itu, implementasi PKLH dengan pendekatan integratifnya
terlihat tidak akan menambah beban waktu efektif suatu mata pelajaran. Namun,
guru akan kesulitan mengalokasikan waktu pada PKLH karena untuk mata pelajaran pokoknya
saja waktu yang disediakan sudah sedemikian ketat, sehingga sulit untuk
menambahkan pokok bahasan yang dititipkan dari PKLH. Kenyataan tersebut tentu
berimplikasi pada pencapaian tujuan kurikuler PKLH itu sendiri.
2.2.2 Masalah Bahan Pelajaran
Pengintegrasian bahan pelajaran PKLH ke dalam mata pelajaran lain,
dalam penyajiannya jelas akan memperoleh fokus bahasan dari guru yang dibebani
tanggung jawab tersebut. Bisa terjadi seorang guru yang mengintegrasikan PKLH
berkurang perhatiannya terhadap bahan pelajaran pokok yang seharusnya menjadi
tanggung jawab profesinya, atau sebaliknya pokok bahasan PKLH menjadi sangat
berkurang, bahkan mungkin terlupakan. Hal itu akan berdampak pada pencapaian tujuan kurikuler PKLH itu sendiri dan pada pencapaian
kurikuler secara menyeluruh.
Di samping itu, pengintegrasian tersebut juga dapat menimbulkan
terpisah-pisahnya pokok bahasan PKLH. Hal ini akan mengganggu kesatuan program
PKLH, sementara keutuhan program sebagai
satu kesatuan menjadi tututan dasar dalam pencapaian kurikulum (Nasution,1982).
Dampaknya adalah pada sasaran didik dalam menerima PKLH sebagai program.
Pemahaman siswa pada PKLH akan menjadi terkotak-kotak, tidak secara utuh dalam
suatu kebulatan program yang menyeluruh. Kenyataan tersebut tentu akan
menggangu pula keberhasilan tujuan kurikuler PKLH.
2.2.3 Metode dan Teknik Penyajian
Setiap pokok bahasan membutuhkan metode dan teknik penyajian tertentu
yang dirasakan efektif (Salam,1997). Dengan pengimplementasian PKLH secara
integratif, persoalannya terletak pada bagaimana para pengajar terampil
menggunakan dan mentransfer metode yang digunakannya untuk mata pelajaran
pokoknya sebagai metode untuk menyajikan pokok bahasan PKLH. Pada saat pokok
bahasan PKLH memperlihatkan corak atau ciri yang khas untuk menerapkan metode
tertentu, maka tidak mustahil akan timbul kesulitan dalam menghadapi metode
tersebut untuk dintegrasikan dengan pokok bahasan pada mata pelajaran pokoknya.
Permasalahan yang timbul pada penerapan metode dan teknik penyajian PKLH, maka
akan berimplikasi pada tujuan kurikuler secara keseluruhan, baik mata pelajaran
yang dititipkan maupun tujuan kurikuler PKLH itu sendiri. Dalam hal ini, guru
akan lebih mengutamakan pencapaian tujuan kurikuler dari mata pelajaran yang
menjadi tugas pokoknya.
2.2.4 Evaluasi
Tercapainya
tujuan pendidikan baru dapat diketahui bila telah dilakukan evaluasi terhadap
tindakan dan kegiatan pendidikan tersebut (Salam, 1997). Dengan pendekatan
integratif yang digunakan dalam mengimplementasikan PKLH sudah dapat
dibayangkan bagaimana sulitnya melaksanakan evaluasi sekaligus dalam bentuk
mata pelajaran yang sudah diintegrasikan. Hal tersebut akan berdampak juga pada
pencapaian tujuan kurikuler.
3. Penutup
Memperhatikan kendala-kendala yang muncul
dalam mengimplementasikan PKLH secara integratif di sekolah, dapat dikemukakan
bahwa hal tersebut secara umum akan berdampak pada pencapaian tujuan
kurikulernya. Jika tujuan kurikuler tidak tercapai, berati PKLH gagal dalam
membentuk insan-insan yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup. Jika
itu terjadi, janganlah berharap banyak bahwa bumi sebagai dunia dengan
lingkungan yang lestari akan dapat diwujudkan. Yang perlu dipertanyakan
kemudian, mengapa kerusakan lingkungan di Indonesia semakin parah? Apakah ini
sebagai kegagalan PKLH diimplementasikan selama 30 tahun dalam pendidikan
formal dan nonformal? Untuk menjawab pertanyaan itu perlu pembuktian secara empiris, yang sudah tentu
menjadi tugas kita bersama.
Menyadari
kendala yang ada, maka implementasi PKLH sebagai suatu program pendidikan di
LPTK maupun di sekolah memerlukan pengkajian kembali dan penyempunaan. LPTK
sebagai lembaga “produsen” guru yang nantinya akan mengintegrasikan PKLH ke
dalam mata pelajarannya semestinya membekali lulusannya dengan PKLH. Sementara
itu, implementasi PKLH di sekolah dengan pendekatan integratif memerlukan
penyempurnaan GBPP dan koordinasi antarsesama guru pemegang mata pelajaran yang
dititipkan. Dalam hal ini, peranan
Kepala Sekolah sebagai koordinator sangat diperlukan, sehingga pengorganisasian
pokok bahasan-pokok bahasan dalam PKLH benar-benar dapat terintegrasikan dan
saling melengkapi pada mata pelajaran yang dititipkan. Untuk itu Kepala Sekolah
juga perlu mahami PKLH.
DAFTAR PUSTAKA
Astawa,
Ida Bagus Made. 1999. “Pengertian Umum Kependudukan dan Lingkungan Hidup”.
Makalah disampikan dalam Diklat PKLH untuk Guru-Guru Sekolah (SD-SLTA) bulan
Nopember 1999 di Kanwil Depdikbud Provinsi Bali. Denpasar : Depdikbud Provinsi Bali
Ananta,
Aris. 1992. “Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan” dalam Warta Demografi
Tahun XXII Nomor 9. September 1992. Jakarta : LD-FEUI.
Depdikbud
RI. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Untuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas. Jakarta : Depdikbud.
Kastama,
Emo.1996. Pengantar Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH).
Jakarta : Depdikbud RI.
Mantra,
Ida Bagoes, 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Putaka Pelajar.
Moertopo,
Soegeng. 1992. “Pembangunan Berlanjut Berwawasan Lingkungan” dalam Seminar Nasional
Kualitas SDM dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan, 28-29 April
1992. Yogyakarta : PAU - UGM .
Munir,
Rozy. 1996. “Pengantar PKLH”. Makalah disampaikan dalam Pelatihan PKLH
Tingkat Nasional di Jakarta.
Nasution,
S.1982. Asas-Asas Kurikulum. Bandung : Penerbit Jemmars
Rideng,
I Made. 1997. “Pelaksanaan PKLH di SMU di Kabupaten Buleleng”. Dalam Aneka
Widya No.1 TH.XXX Januari 1997. Singaraja : STKIP Singaraja.
Salam,
Burhanuddin. 1997. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik).
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Soemarwoto,
Otto. 1982. “Pengelolaan Lingkungan”, Kertas Kerja dalam Kursus AMDAL
2-17 Februari 1982. Kerjasama Kantor Menteri Negara Pengawasan Lingkungan Hidup
dengan Lembaga Ekologi UNPAD Bandung,
Sumaatmadja,
Nursid, 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta :
PT.Aksara.
ekologi lingkungan
a.
Difinisi Ekologi
Asal kata ekologi:
Oikos: tempat tinggal,
rumah tangga,
penyokong kehidupan
Logos: ilmu pengetahuan
Ekologi:
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan rumah tangga sistem penyokong
kehidupan
Jadi ekologi mempelajari:
1) Hubungan timbal balik antara organisme dengan tempat
tinggalnya
2) Saling
mempengaruhi antara jenis organisme
3) Interaksi
antara unsur unsur penyusun tempat tinggal
Komponen
Penyusun Ekologi
1) Makhluk hidup (komponen hayati atau biotik)
meliputi: flora, fauna, mikroorganisme, manusia
2) Tempat tinggal = rumah tangga (komponen fisik /
geofisik) meliputi: tanah, air, udara
Jadi difinisi
Ekologi:
Hubungan antara makhluk hidup
dengan makhluk hidup dan makhluk hidup denngan tempat tinggalnya, dengan
penjelasan sebagai berikut:
► Ekologi diberi batasan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari satu organisme hidup atau sekelompok organisme hidup dengan
lingkungannya
► Ekologi yang mempelajari organisme secara individu
disebut autekologi, sedangkan ekologi yang mempelajari sekelompok individu
disebut sinekologi
► Lingkungan hidup terutama dikaji dalam ilmu
lingkungan yang merupakan ekologi terapan (applied ecology) dengan
tujuan agar manusia dapat menerapkan prinsip dan konsep pokok ekologi dalam
lingkungan hidup
► Dalam ekologi hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya bersifat obyektif, manusia dipandang sama dengan makhluk hidup
lainnya
► Dalam ilmu lingkungan manusia dibedakan dengan
makhluk hidup lain, pandangan hubungan antara manusia dengan lingkungan
bersifat subyektif ( ekologi= environmental biology dan ilmu lingkungan= environmental science)
► di dalam
ekologi interaksi bukan hanya hanya antara organisme dan komponen abiotik
tetapi juga antara organisme hidup itu sendiri. Interaksi dapat terjadi
diantara organisme yang sejenis (populasi)
2. EKOLOGI
SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN
|
Gambar 1: Ekologi sebagai dasar Ilmu Lingkungan
a. Hubungan antar ilmu ilmu biosains:
► Hubungan antar cabang (interdisiplin) ilmu seperti
yang disebutkan di slide sebelumnya, dapat dilihat pada fenomena yang terjadi
di Inggris
►
Sampai abad ke 13 di London
khususnya, Inggris umumnya, terdapat sejenis belalang yang badan dan sayapnya
berwarna putih namanya Locusta alba
► Belalang ini hinggap pada dinding dinding bangunan,
yang pada saat itu berwarna putih
► Dengan melaksanakan mimicry seperti, belalang putih tidak terlihat dengan
jelas oleh burung pemangsanya
► Pada abad ke 20 saat pemakaian batubara untuk
pembangkit listrik tenaga uap (pltu) dan kegiatan industri meningkat pesat,
pencemaran di kota London mencapai puncaknya. Udara yang tercemar itu
mengandung belangkin atau ter (tar), yaitu butiran arang yang amat kecil
sekitar satu mikrometer (0,001 mm) yang bercampur air (Kupcella & Hyland,
1990)
► Zat pencemar tersebut telah merubah warna dinding
bangunan dari putih menjadi abu abu bahkan ada yang hitam
►
Ternyata apabila dicermati ada
jenis belalang lain yang warnanya tidak putih seperti pada awal abad ke 13 dulu
yang warnanya berubah dari putih menjadi abu abu atau hitam, selanjutnya
dinamai Locusta grisea dan Locusta nigrita
► Terlihat bahwa warna yang merupakan salah satu ciri
morfologi telah berubah
► Bersamaan dengan perubahan morfologi ini telah
merubah pula nama belalang atau telah terjadi perubahan dalam taksonomi
► Perubahan yang berlangsung perlahan dari abad 13
sampai abad 20 atau sekitar 700 tahun itu disebut pula sebagai evolusi
► Uraian tersebut di atas memperlihatkan keterkaitan
atau hubungan antar ilmu ilmu biosains
b. Hubungan antar ilmu ilmu fisikosains:
Kegiatan pertambangan yang
mengambil bahan mineral dari dalam tanah menggunakan pengetahuan geologi
pertambangan. Pada pertambangan emas, tembaga, dan perak oleh PT, Freeport
Indonesia (PTFI) umpamanya, galian tersebut mengandung limbah yang disebut tailing.
Tailing PTFI dibuang ke sungai
aykwa yang menimbulkan pencemaran perairan (Anonimus, 1998)
► Kerusakan ekosistem ini menimbulkan masalah
lingkungan apabila dikaji dari sudut pengetahuan hidrologi
► Terlihat dari kejadian di atas seolah terkait pula
antara sesama pengetahuan fisikosains, dalam hal ini antara geologi dan
hidrologi
► Jika dikaji lebih dalam ternyata lingkungan perairan
yang tercemar dapat mempengaruhi biota yang hidup didalamnya, misalnya ikan
► Apabila air yang jernih menjadi tercemar maka ikan
mas yang semula berwarna merah akan berubah menjadi pucat atau kuning keputihan
(Tandjung, 1994)
► Konsep ekologi, hubungan timbal balik antara
organisme dan lingkungannya terlihat pada fenomena di atas
► Jadi organisme dipelajari melalui biosains atau ilmu lingkungan kehayatan, habitat dikaji
dengan fisikosains atau ilmu lingkungan kebendaan
3. Ekologi versus
Lingkungan Hidup
|
|||||
|
|||||
Ekosistem + Sosiosistem = Lingkungan Hidup
Gambar 2: Hubungan antara Ekologi dan Lingkungan Hidup
Lingkungan
Hidup (UUPLH No.23 tahun 1997):
Kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan mahkluk, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahkluk hidup lainnya
Dengan
demikian lingkungan hidup (live
environment) disusun oleh tiga komponen atau abc environment yang meliputi:
- A (Abiotic environment) atau lingkungan fisik yang terdiri dari unsur –unsur air, udara, lahan dan energi serta bahan mineral yang terkandung didalamnya
- B (Biotic environment) atau lingkungan hayati yang terdiri dari unsur-unsur hewan, tumbuhan dan margasatwa lainnya serta bahan baku industri
- C (Cultural environment) atau lingkungan cultural SOSEKBUD / Social Ekonomi BudaYa serta kesejahteraan
Jadi di dalam
lingkungan hidup terjadi interaksi dan hubungan timbal balik yang dinamis antar
ketiga komponen lingkungan tersebut, seperti berikut ini:
►
Udara yang sejuk, segar dan tidak tercemar tentu saja
sangat menyokong kehidupan manusia (C)
►
Di negara yang penduduknya telah mempunyai kemampuan
ekonomi yang kuat (C), pembangunan fisik (A) sangat menonjol
►
Komponen fisik dan biologi sangat erat hubungannya, dan
fungsinya sebagai tempat tinggal bagi manusia dan sistem sistem sosekbudnya.
Karena itu kedua komponen tersebut digabung menjadi satu komponen dengan nama
biofisik, sebagai satu sistem penyokong kehidupan
PROPOSED
ACTIONS
Gambar 3: Interaksi dan hubungan timbal balik yang
dinamis antar ketiga komponen lingkungan
4. ORGANISASI DAN RUANG
LINGKUP KAJIAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Gambar 4: Organisasi
dan ruang lingkup Ekologi Lingkungan
► Individu
individu organisme yang sejenis akan berkelompok membentuk suatu kelompok dan
menempati suatu tempat pada suatu waktu, kelompok ini yang disebut populasi.
► Beberapa
populasi akan mendiami suatu tempat secara bersama sama, kumpulan ini disebut komunitas.
►
Komunitas akan saling berinteraksi secara timbal balik
dengan komponen abiotiknya membentuk suatu sistem yang dikenal dengan ekosistem.
Populasi
Di dalam populasi ada hal-hal yang sangat khas sekali,
yaitu:
a.
Ciri khas yang dimiliki oleh tiap tiap individu anggota
populasi, misalnya sejarah hidup, perkembangan dan lainnya.
b.
Ciri khas yang dimiliki oleh populasi, misalnya laju
kematian, laju kelahiran dan perbandingan umur.
c.
Individu anggota populasi dilahirkan, mempunyai umur
dan mati.
Tetapi individu
ini tidak mempunyai laju kelahiran dan laju kematian, karena untuk mengetahui
laju harus dalam kelompok individu atau populasi.
d.
Kepadatan suatu populasi dapat ditunjukkan dengan cacah
individu per unit area atau unit volume. Angka ini yang menunjukkan besarnya
populasi.
Misalnya:
kepadatan penduduk di suatu kota sebesar 750/kilometer persegikepadatan
phytoplankton 1 juta/liter
Kepadatan dapat dibedakan jadi 2:
Kepadatan
kasar: kepadatan per unit area
Kepadatan
ekologi spesifik: epadatan per unit habitat
Misalnya:
pada musim kering di suatu kolam dengan berkurangnya air kolam secara
keseluruhan menyebabkan kepadatan kasarnya menurun. Sedangkan kepadatan ekologi
spesifiknya makin meningkat, karena ikan makin tampak padat pada penurunan
volume air
e.
Dalam studi populasi penting diketahui pula adanya
perubahan populasi, baik penambahan atau pengurangan
f.
Faktor faktor yang mempengaruhi populasi
1)
Faktor yang tergantung kepada kepdatan populasi, umumnya
faktor biologik seperti kompetisi, parasit, patogen
2)
Faktor yang tidak tergantung kepada kepadatan populasi,
merupakan faktor faktor fisik misalnya iklim
g.
Dispersal (pemencaran) pada populasi: gerakan individu
masuk ataupun keluar dari populasi, yang dibedakan menjadi:
1)
Imigrasi: gerakan individu memasuki suatu populasi
2)
Emigrasi: gerakan individu keluar dari populasi
3)
Migrasi: gerakan individu keluar atau memasuki kembali
suatu populasi secara periodik
Komunitas
a.
Apabila suatu komunitas disusun oleh sekelompok populasi dengan satu atau dua dianatarnya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
lingkungannya dan dapat mengontrol
aliran energi ke dalam komunitas tersebut, maka spesies
ini disebut spesies dominan.
b.
Kedominannya spesies pada organisme yang besar dapat
ditunjukksn dengan biomassanya (berat kering). Pada komunitas hutan ditunjukkan
dengan basal area dari batang tumbuhan (penampang batang) atau persentase
penutupan lahan oleh tajuk.
c. Suatu
komunitas dapat diklasifikasikan menurut beberapa hal:
1)
Kenampakan struktur yang menyolok, misalnya spesies yang
dominan, bentuk pertumnuhan.
2)
Habitat fisik komunitas
3)
Ciri fungsional komunitas, misal tipe metabolisme
komunitas
Rangkuman
►
Ekologi
lingkungan mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup denngan rumah
tangga sistem penyokong kehidupan
►
Komponen penyusun ekologi adalah komponen abiotic
(misalnya tanah, air, udara dan lainnya) dan komponen biotic (mikrobia,
tanaman, tumbuhan dan manusia sebagai individu)
►
Ekologi adalah dasar ilmu lingkungan yang menghubungkan
biosains (ilmu lingkungan kehayatan / life environmental science)
fisikosains (ilmu lingkungan kebendaan /
physical environmental science)
► Ruang
lingkup dan organisasi ekologi mulai dari: organisme, populasi, komunitas,
ekosistem, ekosfer dan bumi
► Populasi:
kelompok individu individu organisme yang sejenis yang menempati suatu tempat
pada suatu waktu
► Komunitas:
beberapa populasi yang mendiami suatu
tempat secara bersama sama
►
Ekosistem: interaksi secara timbal balik
antara komunitas dengan komponen abiotiknya
SOAL SOAL
1. Terangkan
apa yang dimaksud ABC Environment?
Tuliskan dan jelaskan contoh keterkaitan
antara unsur-unsur A, B dan C Environment tersebut.
2.
Tuliskan, organisasi dan ruang lingkup kajian ekologi
3.
Jelaskan, apa yang dimaksud dispersal (pemencaran) pada
populasi
4. Ekologi menjembatani antara ilmu pengetahuan
kehayatan dengan ilmu pengetahuan kebendaan. Jelaskan apa
maksudnya, dilengkapi dengan contoh-contoh.
5. Jelaskan,
apa yang dimaksud ilmu lingkungan? Sama atau
berbedakah dengan ekologi?
II EKOSISTEM
(PUSAT KAJIAN EKOLOGI LINGKUNGAN)
(PUSAT KAJIAN EKOLOGI LINGKUNGAN)
A. Pengantar
Setelah
mempelajari materi pada sub pokok bahasan ii, mahasiswa di harapkan dapat mengenali
konsep ekosistem sebagai pusat kajian ekologi lingkungnan termasuk proses utama
yang terjadi di dalam ekosistem serta tipe tipe ekosistem
Dalam sub pokok
bahasan II menyajikan:
- Pengertian ekosistem
- Proses utama di dalam ekosistem yang meliputi aliran energi dan daur materi
- Tipe tipe ekosistem di indonesia terutama ekosistem yang mengalami kerusakan
- Hukum alam yang berlaku di ekosistem
B. Kompetensi:
Mahasiswa
mampu mengenali ekosistem sebagai pusat
kajian ekologi termasuk proses utama di ekosistem yang meliputi aliran energi & daur
materi, hukum alam yang berlaku di ekosistem serta tipe-tipe ekosistem di indonesia
1. PENGERTIAN EKOSISTEM
A. Konsep Ekosistem
Suatu kawasan alam yang di dalamnya
tercakup unsure-unsur hayati (organisme) dan unsure-unsur non hayati (zat-zat
tak hidup) serta antara unsure-unsur tersebut terjadi hubungan timbale balik
disebut sistem
ekologi atau sering dinamakan ekosistem.
Menurut
tansley:
Ekosistem atau
sistem ekologi adalah lingkungan hayati
dan non hayati bersama dengan populasi atau komunitasnya
Menurut
miller:
Ekosistem adalah
suatu lingkungan tertentu dengan masukan dan keluaran energi sertamateri yang
dapat diukur dan dihubungkandengan faktor lingkungan
Menurut
undang undang pengelolaan lingkungan hidup no.23 th 1997:
Ekosistem adalah
tatanan secara utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Jadi ekosistem adalah: tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup
Secara garis
besar ekosistem dibedakan ke dalam:
- Ekosistem perairan ( ekosistem: danau, kolam,sungai dan sebagainya)
- Ekosistem daratan (ekosistem:hutan, padang rumput, sawah dan lainnya)
Pada setiap
ekosistem, komponen penyusun sistem tersebut adalah sangat khas, misalnya
ekosistem danau organisme autotropnya adalah phytoplankton, sedangkan di ekosistem
hutan adalah tumbuhan. Ekosistem dapat bersifat alamiah / natural ecosystem
(contoh ekosistem: pantai, laut dan sebagainya) atau ekosistem buatan / artificial
ecosystem (misal ekosistem:
persawahan, hutan dan lainnya). Heterogenitas organisme hidup di ekosistem
alamiah tinggi, sehingga mampu mempertahankan proses kehidupan di dalamnya
dengan sendirinya.
Ekosistem buatan bersifat labil, karena tingkat heterogenitas dari
organisme hidup yang ada di dalamnya rendah, sehingga untuk mempertahankan
bentuk ekosistem tersebut perlu diberikan bantuan energi dari luar oleh
manusia. Campur tangan manusia berlangsung terus selama manusia menghendaki
ekosistem itu tetap apabila campur tangan manusia lepas, maka ekosistem buatan
akan berubah menjadi ekosistem alamiah
Kalau kita melihat hanya dari fungsinya, suatu ekosistem itu terdiri atas 2
komponen, yaitu:
- Autotrofik (autos= sendiri; trophikos= menyediakan makanan), yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari dan khlorofil (zat hijau daun). Oleh sebab itu semua organisme yang mengandung khlorofil disebut organisme autotrofik.
- Heterotrofik (hetero= berbeda, lain), yaitu organisme yang mampu memanfaatkan hanya bahan-bahan organic sebagai bahan makanannya dan bahan tersebut disintesis dan disediakan oleh organisme lain. Hewan, jamur, dan jasad renik (mikroorganisme) termasuk dalam kelompok ini.
Kalau kita
melihat ekosistem dari segi penyusunnya, maka dapat dibagi menjadi empat
komponen, yaitu:
1.
Bahan
tak hidup (abiotik, non hayati), yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri
atas tanah, air, udara, sinar matahari dan sebagainya dan merupakan tempat
untuk berlangsungnya kehidupan.
2.
Produsen,
yaitu organisme autotrofik yang
umumnya berupa tumbuhan berkhlorofil yang dapat mensintesis makanan dari bahan
anorganik.
3.
Konsumen,
yaitu organisme heterotrofik,
misalnya hewan dan manusia yang makan organisme lain.
4.
Pengurai
atau decomposer, yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan
organic yang berasal dari organisme mati. Bakteri dan jamur termasuk dalam
kelompok ini.
Jadi ekosistem merupakan
satuan fungsional dasar dalam ekologi mengingat di dalamnya tercakup organisme
dan lingkungan abiotik yang satu terhadap lain saling mempengaruhi. Sifat
ekosistem yang universal, baik ekosistem darat, perairan maupun buatan seperti
kebun dan sawah, semuanya merupakan interaksi antara komponen autotrofik dengan heterotrofik. Ada dua hal yang penting dalam sifat universal itu,
adalah:
1.
Seringkali fungsi dan organisme yang menjalankan proses
interaksi, terpisahkan secara fisik, dalam arti bahwa berbagai organisme itu
tersusun dalam stratifikasi.
2.
Fungsi dasar umumnya terpisah oleh waktu, sehingga
terdapat tenggang waktu lama antara terbentuknya bahan yang diproduksi oleh
organisme autotrofik dengan
pemanfaatan produk tersebut oleh organisme heterotrofik.
Sebagai contoh, dalam suatu ekosistem hutan, hasil fotosintesis hanya sebagian
kecil saja yang segera oleh tumbuhan itu sendiri, oleh hewan herbivore, dan oleh parasit tumbuhan
itu. Sebagian besar produk fotosintesis memerlukan waktu lama sampai menjadi
serasah yang jatuh ke tanah, kemudian
menjadi substrat dan bahan dasar untuk kehidupan organisme heterotrofik.
2. PROSES UTAMA DI DALAM EKOSISTEM
EKOSISTEM
PROSES UTAMA
DAUR MATERI ALIRAN
ENERGI
PENYOKONG KEHIDUPAN RANTAI
MAKANAN
(± 95 %): C, H, O, N, P, S . TERESTRIAL
DAN 40 – 80 UNSUR LAINNYA . AKUATIK
JARING-JARING
MAKANAN
Gambar
5: Proses utama yang terjadi di dalam ekosistem
Proses utama yang terjadi di dalam ekosistem meliputi:
1. Aliran
energi : rantai makanan (di ekosistem
akuatik maupun tersetrial) dan jaring-jaring makanan
2.
Daur
materi: 40 – 80 unsur seperti C, H, O, N, P, S, dan lain sebagainya
Ekosistem
berfungsi karena adanya aliran energi dan daur materi. Saling pengaruh
mempengaruhi antara aliran energi dan daur materi di dalam ekosistem akan
menghasilkan keadaan homeostatis yang mantap.
Di alam terjadi
aliran energi dalam bentuk rantai makanan dan jaring jaring makanan. Aliran
energi ini berlangsung dari satu organisme ke organisme yang lain .
RANTAI MAKANAN
4. TERTIARY CONSUMERS (USUALLY A
TOP CARNIVORE)
3. SECONDARY CONSUMERS (CARNIVORES)
2. PRIMARY CONSUMERS (HERBIVORES)
1. PRODUCERS (PHOTOSYNTHETIC
PLANTS,
ALGAE,
BACTERIA)
Gambar 6: Rantai makanan
Rantai makanan dapat
dibedakan menjadi:
- Rantai makanan tanaman (grazing food chain), berawal dari tanaman hijau yang dimakan oleh herbivora selanjutnya herbivora dimakan oleh carnivora
- Rantai makanan detritus (detritus food chain) berawal dari bahan organik yang telah mati yang dipecah oleh mikroorganisme, kemudian dimakan oleh hewan pemakan detritus, kemudian dimakan predatornya
Difinisi
rantai makanan secara umum:
Suatu sistem kehidupan yang disusun
oleh tumbuhan dan berbagai jenis hewan. Tumbuhan sebagai mata rantai pertama
dimakan dimakan oleh hewan tertentu yang disebut konsumen i. Konsumen i dimakan
konsumen ii, konsumen ii dimakan konsumen iii dan berakhir pada konsumen ke-n.
a. Tumbuhan yang
menjadi rantai pertama disebut sebagai produsen
b.
Konsumen I yang memakan tumbuhan disebut herbivora
c. Konsumen II,
III, IV, dan ke-n yang memakan hewan disebut
karnivora
Dengan demikian
rantai makanan atau aliran energi itu dapat digambarkan sebagai garis lurus,
karena mulai dari satu titik (tumbuhan) berakhir di satu titik lain (konsumen
ke-n). Semua jenis konsumen yang mati, tubuhnya akan diuraikan oleh kelompok
mikrobia yang hidup ditanah misalnya jamur dan bakteri
Mikrobia yang merombak jasad organisme yang sudah mati ini disebut sebagai
pengurai (decomposer). Hasil peruraian oleh bakteri berupa unsur
mineral, diserap oleh akar tumbuhan dan digunakan sebagai sumber makanan atau
hara, sehingga tumbuhan tetap terjaga kelestariannya. Jadi daur materi adalah
rantai makanan “disambung” oleh mikrobia yang menguraikan organisme yang sudah
mati menjadi mineral. Selanjutnya mineral tersebut menjadi bagian penyusun dari
tumbuhan. Daur materi ini dapat digambarkan sebagai sebuah lingkaran tertutup,
karena mulai dari tumbuhan, konsumen, pengurai, kembali ke tumbuhan. Pada
gambar berikut adalah contoh suatu rantai makanan ekosistem hutan.
Contoh
rantai makanan 1
Tanaman hutan belalang burung
serigala harimau
Tanaman hutan tikus
burung
serigala harimau
Ø Daur
materi di dalam ekosistem hutan terbentuk saat organisme di ekosistem tersebut
mati, kemudian dirombak oleh mikrobia, hasil perombakan merupakan nutrien /
hara untuk tumbuhan.
Ø Pada gambar
diatas terlihat tumbuhan penyusun ekosistem hutan sebagai mata rantai pertama
konsumenatau produsen.
Ø Sebagai mata
rantai kedua atau konsumen I yang sifatnya herbivora adalah belalang.
Ø Selanjutnya
dalam gambar terlihat konsumen II, III, IV yang semuanya hewan carnivora yaitu
burung, serigala dan harimau.
Apa yang
terjadi apabila salah satu mata rantai makanan tersebut tidak berfungsi? Maka
kemungkinan yang terjadi adalah sebagai berikut:
- Serangga yang tinggal dan makan daun daunan pada hutan yang terbakar akan kehilangan tempat tinggalnya dan sumber makanannya dan akan pindah ke tempat lain atau migrasi. Ditempat yang baru mereka kelelahan dan kelaparan akan memakan tanaman pertanian.
- Burung yang biasanya memangsa serangga akan kehilangan sumber makanannya, sehingga burung burung ini akan meninggalkan habitatnya.
- Perginya burung menimbulkan rasa aman bagi tikus tikus yang semula juga dimangsa burung tersebut. Karena ketiadaan predator maka tikus akan lebih leluasa berkembang biak dan semakin meningkat jumlahnya.
- Serigala yang kehilangan mangsanya karena burung burung tadi melakukan migrasi terpaksa mencari sumber makanan lain. Tidak jarang serigala ini masuk kampung memangsa ternak penduduk
- Karena seigala sudah tidak ada lagi dihutan maka harimaupun kehilangan mangsanya sehingga masuk kampung menyerang ternak penduduk termasuk manusia
CONTOH
RANTAI MAKANAN 2
Di dalam
ekosistem perairan terbentuk rantai makanan antara lain:
Fitoplankton zooplankton ikan kecil
ikan besar
manusia
Gangguan
ekosistem perairan dapat terjadi, misalnya apabila menangkap ikan dengan tuba,
memakai bahan peledak atau aliran listrik.
Gangguan pada rantai makan ekosistem perairan:
1.
Pada rantai makanan ekosistem perairan dapat terjadi
peristiwa yang disebut akumulasi biologik dan penggandaan biologik (biological
accumulation and magnification).
2.
Pada saat suatu predator memakan mangsa, maka zat
anorganik tertentu atau substansi kimia misalnya ddt yang berasal dari tubuh
mangsa itu akan diakumulasi oleh pemangsa / predator.
3.
Pasangan mangsa-predator adalah bagian dari suatu rantai
makanan sebagai “mata rantai”.
4.
Predator pada suatu rantai makanan menjadi mangsa bagi
predator lainnya dan seterusnya, sehingga diujung rantai makanan konsentrasi
suatu zat atau substansi kimia yang terbawa bersama makanan akan berlipat
ganda, peristiwa ini disebut penggandaan biologi.
5.
Dengan demikian adalah mungkin untuk menghindari
kemungkinan terkontaminasi makanan yang mengandung bahan berbahaya beracun (B3),
caranya dengan tidak memakan hanya satu jenis dan / atau dari satu sumber
makanan saja.
6.
Menganekaragamkan jenis makanan dapat mengurangi
kemungkinan keracunan B3 karena dengan menu yang berganti ganti kita
terhindar menjadi ujung suatu rantai makanan tertentu.
Bahan bahan kimia
termasuk bahan kimia essensial yang diperlukan makhluk hidup, akan bersirkulasi
menurut polanya sebagai daur materi atau daur biogeokimiawi yang dapat
dibedakan menjadi:
- Daur dalam bentuk gas, apabila kutub reservoirnya berada di atmosfer atau hydrosfer
- Daur dalam bentuk sedimen, apabila kutub reservoirnya berada dalam sedimen atau batuan induk
Daur bentuk gas
ini dapat dikatakan lebih sempurna daripada daur dalam bentuk sedimen, karena
kutub reservoir yang ada di atmosfer dapat secara cepat mengatasi apabila
terjadi ketidak seimbangan di dalam daur.
Misal:
Dengan adanya
kebakaran hutan di suatu lokasi akan mengakibatkan naiknya kadar CO2
di udara secara lokal. Kenaikan konsentrasi ini akan segera diimbangi dengan
pemerataan.
Manusia cenderung tidak hanya menggunakan salah satu senyawa yang ada di
alam melainkan juga menggunakan seluruh substansi kimia serta memasukan senyawa
sintetis ke dalam daur. Hal ini mengakibatkan daur materi menjadi tidak
sempurna atau lebih buruk lagi tidak terjadi daur kembali.
Contoh
Berubahnya pola
membungkus dagangan di pasar, dari daun pisang menjadi kantong plastik. Jelaslah
bahwa daun pisang merupakan bahan organik yang dapat di daur ulangkan kembali,
sedangkan plastik merupakan senyawa sintetis yang tidak dapat terdaur ulangkan,
sehingga daur materi di lingkungan menjadi macet.
Gambar 7 : Diagram daur materi di alam
Dalam hal hal tertentu pola daur materi (khusunya nutrien) di daerah tropik berbeda di daerah empat
musim. Di daerah dingin sebagian besar bahan organik dan nutrien yang tersedia
berada. Di lapisan tanah atau sedimen setiap waktu. Sedangkan di daerah tropis
sebagian besar bahan organik berada sebagai biomassa dan akan didaur ulangkan
di dalam struktur organik dari sistem tersebut. Oleh karena itu sangatlah tidak
bijaksana untuk mengadopsi strategi pertanian dengan tanaman musiman dan pola
budidaya tunggal ke daerah tropik
Daur bahan kimia yang terikat di dalam tanah akan mengikuti pola daur
sedimen pada umumnya, dimana terlihat proses erosi, sedimentasi, aktivitas
gunung api dan proses fisik lainnya. Karena prosesnya berjalan sangat lambat
dan terjadi secara alami, maka unsur yang tersedia untuk komunitas di biosfer
bergantung pada jenis batuan yang terangkat oleh gaya endogen ke permukaan bumi
Contoh daur materi
Tumbuhan Hewan
Bakteri Ekskresi
Gigi
Sintesa Tulang
Protoplasma Batuan Fosfat Deposit Guano
Dan
Fosil Tulang
Burung dan Erosi
Ikan Bakteri
Pembentuk
Fosfat
Aktivitas
Gunung
Api
Fosfat
Terlarut
Sedimen di Laut Dangkal
Masuk ke Sedimen Dalam
Gambar 8:
Daur fosfordi alam
Pada daur fosor, unsure fosfor merupakan
unsure yang penting bagi kehidupan organisme, tetapi persediaannya di alam
terbatas, sehingga dipandang dari segi ekologi, fosfor sangat menarik untuk
diselidiki. Dengan kemampuannya untuk membentuk ikatan kimia berenergi tinggi,
fosfor sangat penting dalam transformasi energi pada semua organisme, umumnya
lebih lebih besar daripada dalam batuan, tanah, dan dalam air. Apabila terjadi
kehilangan fosfor karena mengalir ke tempat lain dalam daur suatu ekosistem,
dapat membawa akibat yang serius terhadap kelangsungan hidup organisme dalam
ekosistem itu. Daur fosfor lebih sederhana dan kurang sempurna. Bahan organic
diuraikan, kemudian jadi fosfat yang terlarut dan terdedia untuk tumbuhan
sebagai zat hara. Sumber terbesar fosfor adalah batuan-batuan dan
endapan-endapan lain yang terbentuk selama jutaan tahun yang silam. Sumber ini
secara berangsur-angsur mengalami erosi, bersamaan dengan itu pila senyawa
fosfat dilepaskan ke dalam ekosistem. Tetapi sebagian besar senyawa fosfat
hilang ke laut dan sebagian diendapkan di laut-dalam. Pengembalian fosfor ke dalam
daur tidak seimbang dengan banyaknya fosfor yang hilang. Di berbagai bagian
dunia saat ini, tidak ada usaha pengangkatan endapan fosfat ke permukaan laut,
demikian pula tidak cukup kegiatan burung-burung laut dan ikan untuk
mengembalikan fosfor ke daratan. Memang burung-burung laut sebenarnya memegang
peranan penting dalam pengembalian fosfor ke dalam daur, seperti endapan tinja
burung guano di pantai Peru. Tetapi peranan burung ini, meskipun sampai
sekarang masih berlanjut, tidaklah sebanyak dan sebaik masa lampau. Kegiatan
manusia yang meningkat telah mempercepat kehilangan fosfor, sehingga membuat
daur fosfor menjadi lebih tidak sempurna lagi. Bila kegiatan ini tidak
dikekang, pada suatu saat, manusia harus mencari sumber lain untuk melengkapi
daur fosfor besar-besaran, bila manusia tidak ingin kelaparan.
Tumbuhan Hewan Ekskresi Urea
Bakteri
Sintesa Bakteri
& Bakteri
& Jamur
Protein Ganggang Pembusuk
Pemfiksir
Nitrogen
Nitrat Nitrogen
Asam Amino &
Di
Udara sisa bahan
Organik
Burung Laut Elektrifikasi
&
Dan Ikan Fiksasi Fotokimia
Bakteri
Pembentuk
Amonia
Sedimen di Laut Bakteri
Denitrifikasi
Dangkal
Amonia
Bakteri
Nitrit
Aktivitas
Gunung Api
Masuk ke Sedimen
Bakteri Nitrat Nitrit Batuan Induk
Gambar 9:
Daur Nitrogen di alam
Pada daur nitrogen, udara merupakan gudang
nitrogen, karena udara 80 % terdiri dari gas nitrogen bebas sebagai N2.
Nitrogen bebas ini dapat ditambat, terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar
(misalnya jenis polong-polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas
juga dapat bereaksi dengan hydrogen atau oksigen dengan bantuan kilat atau
petir. Di Negara-negara maju, nitrogen bebas dikumpulkan untuk keperluan
industri. Dalam bintil-bintil akar terdapat bakteri yang hidup bersimbiosis
dengan tumbuhan inangnya. Bakteri ini mampu menambat nitrogen bebas dari udara
menjadi nitrat, melalui tahap pembentukan ammonium dan nitrit. Proses yang sama
terjadi penambatan nitrogen oleh ganggang biru hijau, yang banyak terdapat di
sawah. Ganggang ini hidup bersama paku-paku air yang disebut kayambang (Azzoella pinnata). Proses penambatan
oleh organisme disebut fiksasi biologis.
Nitrat dapat diserap oleh tumbuhan untuk keperluan sintesis protein
melalui proses metabolisme. Selanjutnya tumbuhan menjadi makanan berbagai jenis
hewan. Tumbuhan dan hewan yang mati mengalami proses dekomposisi melalui
kegiatan jasad renik, yang melepaskan hasil dekomposisi itu ke dalam
lingkungannya, antara lain dalam bentuk ammonium. Langkah dari protein ke
nitrat menghasilkan energi bagi organisme pengurai. Langkah sebaliknya dari
nitrat ke protein memerlukan energi dari sumber lain, seperti dari bahan
organic atau cahaya matahari. Sebagian nitrat yang berasal dari tiga macam
fiksasi dan dekomposisi itu dilarutkan air tanah dan dipindahkan ke ekosistem
lain, atau hilang menjadi endapan. Nitrat juga dapat menjadi nitrit oleh
kegiatan bakteri. Nitrogen dalam biosfera dapat pula datang dari endapan
dangkal di lautan atau dari letusan gunung berapi.
3. TIPE
EKOSISTEM
Untuk keperluan
kajian yang menyangkut amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) dilihat dari
sudut dampak pembangunan terhadap lingkungan
hidup di indonesia, menurut Tandjung
(1999) ada 7 ekosistem utama:
- Hutan hujan tropis
- Terumbu karang
- Mangrove
- Pantai
- Sungai
- Pegunungan dan gua kapur
- Binaan
Ekosistem yang
terancam kelestariannya adalah:
- ekosistem hutan hujan tropis
- ekosistem terumbu karang
- ekosistem mangrove
EKOSISTEM
HUTAN HUJAN TROPIS
•
Ekosistem ini berada di wilayah tropika termasuk indonesia
dengan curah hujan 2000-4000 mm/tahun.
•
Hutan hujan tropis di indonesia terdapat di kalimantan
dan sumatra yang mendapat hujan setiap tahun dan mempunyai kelembaban sekitar
80%.
•
Hutan hujan tropis indonesia adalah penyusun utama
sumber daya hayati flora darat
Permasalahan
yang ada:
1. Kerawanan
yang dihadapi oleh hutan hujan tropis adalah kurang ketatnya p engawasan pada saat eksploatasi atau pemanfaatan hutan
produksi
2. Adanya
konversi areal hutan yang berisi hutan
lindung untuk kepentingan lain misalnya ada jalur mangrove atau bagian
taman nasional yang diubah untuk pemukiman atau perkebunan inti
contoh kasus:
Pantai indah kapuk di Jakarta Dan Taman Nasional Pelaihari Kalimantan
Selatan.
3. Kebakaran hutan
tahun 1997 sampai sekarang,
menyebabkan kepunahan bermacam-macam
flora dan fauna
Dihutan tropis terdapat:
1. Tumbuhan kurang lebih 25.000 jenis termasuk 3000 jenis anggrek
2. Tumbuhan
bernilai ekonomi tinggi, antara
lain meranti merantian, kacangkacangan,
jambu jambuan
3.
Lumut dan ganggang 35.000 jenis
4.
Satwa ada 220.000 jenis yang terdiri dari mamalia 515
jenis, ikan 4000 jenis, reptil 1000 jenis, burung 1519 jenis dan serangga 200.000
jenis.
FUNGSI HUTAN
HUJAN TROPIS
- Pengatur tata air
Ø Peristiwa
berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air
ke udara disebut penguapan atau evaporasi, peristiwa penguapan dari tanaman
disebut transpirasi peristiwa keduanya secara bersama disebut evapotranspirasi.
Ø Penguapan air
pada tanah gundul mula mula cepat, sebab air yang menguap adalah yang terdapat
dipermukaan tanah.
Ø Kecepatan
penguapan air melalui permukaan tanah gundul relatif lebih sedikit dibandingkan
dengan melalui tanah yang tidak gundul, tetapi apabila diatas tanah terdapat
seresah, maka kecepatan penguapan lebih lambat
Ø Seresah yang
terdapat di bawah pepohonan, memudahkan air masuk ke dalam tanah (mencegah
banjir), jadi dalam hal ini hutan memperbesar daya penyimpanan air tanah
- Penyerap karbondioksida
Ø Karbondioksida
yang terdapat diudara, dengan proses fotosintesis digunakan oleh tanaman untuk
pertumbuhan, sehingga hutan dikatakan
sebagai paru paru dunia
Ø Perlu diperlu
dipertanyakan berapa persen hutan yang masih ada di negara yang telah maju.
Mereka telah menggunakan hutannya untuk pembangunan dimasa yang telah silam.
Disisi lain karbondioksida banyak berasal dari negara maju, ironisnya untuk
menyerap karbondioksida ditugaskan bagi hutan negara yang sedang berkembang
- Fungsi hutan yang lain
Ø Sumber plasma
nuftah sangat penting, karena berbagai misteri kehidupan yang terdapat dalam
hutan terlalu banyak yang belum diketahui
Ø Habitat satwa
Ø Penciptaan
iklim mikro
Ø Bioindikator
terjadinya hujan asam dan pencemaran udara yang lain
Ø Pencegah erosi
dan banjir
EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Yang terdapat di ekosistem terumbu karang:
1. Terumbu karang adalah tipe
ekosistem yang sangat khas tropis, dan merupakan gabungan dari berbagai macam
hewan, yang membuat kerangka di luar tubuhnya sebagai pelindung yang dibuat
dari bahan kapur (kalsium karbonat).
2. Mereka hidup berkoloni
dengan bentuk berbagai macam: seperti pohon, kubah, setengah bola basket,
cangkir. Setiap anggota koloni mempunyai
hubungan dengan anggota di sekitarnya.
3. Hidup di
daerah laut tropis dengan kedalaman
30 meter, suhu 26 derajat celcius, kadar garam 33 permil.
4. Yang ada di
ekosistem ini: plankton, rumput laut, ikan, benthos, moluska, crustacea. Penyusun
terumbu karang: scleractina bersimbiosis dengan algae zooxanthellae.
5. Dalam hal
kesatuan ini algae zooxanthellae mendapatkan karbondioksida untuk proses
fotosintesis dan zat hara dari hewan-hewan terumbu karang. Oleh karena itu
terumbu karang harus menempati habitat yang selalu mendapatkan sinar matahari
dan airnya jernih. Sebagai sebuah ekosistem, terumbu karang disusun oleh rantaii
dan jaring makanan berbagai jenis biota laut.
6.
Fungsi ekosistem terumbu karang: pelindung pantai dari
hempasan ombak.
Permasalahan yang ada:
1. Abrasi pantai
ulu watu dan Pantai Tanah Lot akibat pengrusakan terumbu karang yang ada
2. Kerawanan lain
dari ekosistem terumbu karang adalah adanya kolektor kerang dan benda benda
laut yang mau membeli dengan harga mahal benda benda yang menarik.
EKOSISTEM MANGROVE
Habitat pertumbuhan mangrove:
1. Pasir berlumpur
(di pantai yang ada muara sungai).
2. Air payau.
3. Tumbuhan
penyusun: bakau & api-api.
Yang
terdapat di ekosistem mangrove:
1. Sekitar 4 juta
hektar hutan mangrove tersebar dibeberapa pantai antara lain Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Papua.
2.
Di pantai Jakarta Utara terdapat kawasan hutan lindung
dan cagar alam Muara Angke. Kawasan hutan itu tergolong komunitas mangrove yang
disusun oleh berbagai jenis tumbuhan terutama bakau bakau (Rhizophora spp.)
Dan api api (Avicennia spp., Sonneratia spp.).
3. Komunitas
mangrove yang tumbuh di pinggir pantai ini ke arah daratan membentuk ekosistem
rawa.
4. Semenjak
kawasan tersebut berubah fungsinya menjadi tempat pemukiman mewah yang disebut
pantai indah kapuk, desa di sebelah pemukiman itu sering
mengalami banjir pada musim hujan dan air sumur penduduk jakarta utara mulai terasa agak asin, semua
ini terjadi karena gangguan terhadap fungsi ekosistem.
Fungsi ekosistem mangrove:
1. Menjaga garis pantai,
melindungi daratan dari kemasukan air laut (intrusi). tanpa mangrove pantaiakan
mengalami pengikisan, air laut akan mencemari air tanah.
2. Hutan mangrove tempat
kehidupan berbagai satwa terutama monyet dan burung. Kotoran satwa ini berperan
sebagai pemupuk perairan pantai, menyuburkan pertumbuhan
plankton, jasad renik
(mikroskopik) yang menjadi makanan
udang danikan.
3. Ekosistem mangrove menjadi
tempat bertelur, berpijah dan tumbuh ikan dan udang (breeding, ground,
nursery ground).
4. Mangrove
dapat melindungi laut dari pencemaran yang bersumber dari laut.
5. Mangrove
yang dipelihara dan dibudidayakan, sebagian diperlukankayunya untuk pembangunan
seperti di jawa barat, pembangunan
bagan, bangunan penangkap ikan di lepas pantai memerlukan kayu mangrove.
Rangkuman fungsi ekosistem mangrove
|
||
Fisik
|
Biologi
|
Ekonomi
|
|
|
|
Keberadaan mangrove tidak dapat dilepaskan dari adanya rawa. Fungsi rawa
adalah untuk menjaga kelestarian air tanah, mencegah intrusi air laut.Rawa
seperti genangan air permukaan lain yang berupa telaga, situ, lebak, embong dan
sejenisnya berperan ganda pula sebagai wadah tangkapan hujan (mencegah banjir)
dan wilayah resapan (mencegah intrusi air laut). Kerugian besar yang mungkin
timbul dengan perubahan kawasan rawa dan mangrove menjadi kawasan pemukiman
adalah bencana banjir yang akan melanda daerah sekitarnya. Kawasan suaka
margasatwa pelaihari, kalimantan selatandido, terdiri atas hutan rawa air tawar
seluas 20.000 hektar dan ke arah pantai terdapat 4000 hektar hutan mangrove. Hutan rawa air
tawar tersebut didominasi jenis meranti (Shorea balangeran). Dikawasan
hutan mangrove kawasan suaka margasatwa pelaihari terdapat jenis Sonneratia
speciosa, Calophyllum speciosa dan Vitex speciosa. Yang sangat
bernilai ekologi dan konservasi di kawasan suaka margasatwa pelaihari adalah kijang mas (munticus muntjak),
kera hidung besar (nasalis larvatus) dan harimau dahan. Sayangnya
kawasan ini sebagian lahannya sudah dirubah fungsinya untuk hutan tanaman
industri (HTI).
3. HUKUM
ALAM
YANG BERLAKU
DI EKOSISTEM /LINGKUNGAN
A.
Hukum
konservasi energi (the law of energy conservation):
Energi tidak dapat diciptakan ataudimusnahkan, energi
hanya bisa dirubah menjadi bentuk energi lain. Ilustrasi dari hukum
konservasi energi ditunjukkan pada
gambar 10 dan 11 berikut ini:
|
ENERGI PANAS
DAERAH
DINGIN DAERAH
PANAS
ENERGI ANGIN
MENGGERAKAN
AIR TURBIN
OTEC GENERATOR
TENAGA
LISTRIK
MENGGERAKAN
MESIN, DLL
Gambar 10: Perubahan dari energi matahari
menjadi energi lain
Dari gambar 10
dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Energi matahari adalah energi panas yang sesampaianya di bumi memanaskan daratan dan lautan.
- Daratan mempunyai massa lebih padat dari air laut maka lebih dulu menjadi panas dibandingkan lautan.
- Tempat yang panas materinya menjadi renggang, sehingga tekanannya menjadi turun.
- Dengan demikian tekanan di darat lebih rendah daripada di lautan, sehingga terjadi aliran udara yang disebut angin dari laut ke darat pada siang hari.
- Aliran angin ini adalah energi yang kita sebut energi kinetik karena dapat menggerakkan baling baling turbin.
- Energi dari baling baling ini dapat memutar dinamo atau generator listrik, sehingga dihasilkan tenaga listrik.
- Tenaga atau energi listrik dapat berubah menjadi penggerak motor atau tenaga mesin.
- Air laut yang digerakkan angin berubah menjadi gelombang. Laut dengan gelombang yang cukup tinggi dapat diubah menjadi sumber tenaga listrik yang dikenal dengan istilah otec (ocean thermal energy conversion)
- Energi listrik dapat pula dirubah menjadi energi panas misalnya setrika listrik, dapat pula berubah menjadi energi suara misalnya pada pengeras suara atau lempeng suara yang disebut laser disk.
Gambar 11:
Energi hanya pindah tempat, jadi tidak dapat dihilangkan
Keterangan:
SM : Sinar Matahari
TT : Transpirasi Tanaman
EV : Evaporasi
RT : Radiasi Tanah
RR : Radiasi Rumah
RR1 : Radiasi Rumah Baru
RK : Radiasi Kapal
Dari gambar 11 dapat disimpulkan:
konversi tumbuhan menjadi perumahan
/ lahan terbuka dapat menambah energi panas atau naiknya suhu bumi.
Dari gambar 11 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Sinar matahari (SM) yang merupakan sumber energi jatuh di bumi. Untuk memudahkan memahami perubahan energi ini, energi matahari yang jatuh ke bumi adalah 100 %.
- Untuk memudahkan pengertian, energi sinar matahari yang 100 % itu jatuh pada 4 bagian bumi yaitu tanaman (hutan), bangunan (rumah), tanah dan perairan terbuka.
- Ada 2 sifat energi yang sampai ke bumi
Pertama: energi tersebut terpakai untuk
kegiatan di bumi, misalnya untuk kegiatan tanaman yang disebut transpirasi
tumbuhan (TT) atau untuk penguapan air yang disebut evaporasi (EV).
Kedua: energi dipantulkan sebagai
radiasi panas, misalnya pemantulan oleh rumah (RR) dan pemantulan oleh tanah
(RT)
dalam
hal ini untuk mempermudah pengertian kita anggap TT, EV, RT, RR sepadan
jumlahnya jadi masing masing 25 % sehingga dapat digambarkan persamaan:
SM = TT + EV +
RT + RR
- Dalam persamaan tersebut, energi yang dipantulkan ke alam sekitar atau lingkungan adalah RT + RR saja yaitu 50% jumlahnya yang kita rasakan sebagai suhu lingkungan kita, sementara 50% lainnya terpakai TT dan EV
- Jika kita simulasikan, misalnya semua tanaman dibabat habis untuk pemukiman sehingga 75% energi (RR1 + RT + RR) dipantulkan, sehingga suhu terasa lebih panas dibandingkan dengan ketika tanaman masih ada
- Semua permukaan perairan telah ditempati oleh kapal kapal atau perairan telah berubah menjadi pelabuhan, panas sinar matahari yang semula digunakan untuk evaporasi atau penguapan (EV) sekarang dipantulkan oleh kapal kapal. Terlihat semua energi sinar matahari (SM) dipantulkan sebagai radiasi panas (RR1, RK, RT, RR) sehingga lingkungan dengan pelabuhannya terasa semakin panas.
- Konversi tumbuhan (hutan) dan perairan menjadi perumahan atau lahan terbuka menyebabkan naiknya suhu bumi. Karena tumbuhan hijau berperan sebagai penyerap energi panas, itulah sebabnya untuk mendapatkan lingkungan yang segar dan sejuk diperlukan penghijauan yang memadai. Dan tumbuhan dapat mempengaruhi suhu lingkungan sekitarnya, hutan dikatakan sebagai pengatur iklim mikro (micro climate).
- Terlihat pula bahwa pelabuhan dengan kapal kapal yang merapat di dermaga seolah olah menyebabkan suhu lingkungan meningkat. Hal ini benar, nyatanya Tanjung Priok di Jakarta lebih tinggi suhunya dari pada Kebayoran Baru, Tanjung Mas di Semarang lebih panas daripada di daerah Candi. Dalam skala yang lebih besar kota kota pelabuhan seperti Jakarta, Semarang lebih panas dari pada Bogor dan Salatiga.
- Contoh lain terkait hukum konservasi energi di bidang kimia:reaksi oksidasi molekul glukosa
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
Digambarkan
bahwa tidak terjadi perubahan dalam arti pertambahan atau pengurangan energi,
yang terjadi hanya perubahan bentuk dari glukosa dan oksigen menjadi karbon
dioksida dan air dengan jumlah energi yang tetap
Hukum konservasi merumuskan tentang pemakaian energi:
Energi dapat dikelompokkan
menjadi 2 kategori (Nebel, 1991):
Ø Energi
kinetik atau energi aktif
Ø Energi
potensial atau energi berkemampuan
Energi
kinetik adalah energi yang menyebabkan gerak atau aksi. Energi potensial
mempunyai kemampuan menghasilkan energi kinetik. Sinar matahari,
radiasi panas, roda kincir dan listrik adalah contoh energi kinetik. Energi
potensial, misalnya air terjun, yang mampu menggerakkan turbin listrik, contoh
lainnya adalah energi kimia di dalam baterai, bahan bakar fosil, bahan peledak
dan kayu bakar. Dari gambaran tentang energi di atas jelaslah bahwa yang
dibicarakan adalah masalah alam.
A. Hukum entropi
(the law of energyentropy)
Setiap pemakaian bentuk atau unit energi tidak pernah tercapai 100 %
efisiensinya, sehingga ada sisa energi
yang tidak terpakai (entropi). Karena
entropi itu tidak terpakai pada proses
itu maka entropi disebut limbah. Jadi
berdasarkan konsep ini, dengan melihat hampir semua kegiatan adalah perubahan
energi dari satu bentuk kebentuk lain maka berarti pencemaran (limbah/entropi)
selalu terjadi .
Dari hukum entropi tsb ada 2 hal yg
penting:
- Pencemaran selalu terjadi dan tidak dapat dihindari karena adanya entropi
- Pencemaran dapat diperkecil karena sesungguhnya entropi itu adalah sumber energi bagi proses lain.
Contoh sederhana
BALOK KAYU PAPAN MEJA
ENTROPI
SERBUK
GERGAJI ENTROPI
POTONGAN
KAYU
BAHAN
BAKAR
ENTROPI ASAP, GAS
ENERGI
PANAS
Gambar 12: Contoh
ilustrasi dari hukum konservasi
Berdasarkan gambar 10, dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Pada saat membuat papan dari balok kayu maka entropinya adalah serbuk gergaji, karena limbah serbuk gergaji ini pada hakekatnya adalah energi, maka dapat dipakai untuk proses lain misalnya sebagai bahan bakar.
- Papan tadi pada saat dibuat menjadi meja atau almari, limbahnya adalah potongan kayu yang dapat sebagai limbah andaikata tidak digunakan atau untuk proses lain misalnya sebagai kayu bakar.
RANGKUMAN
•
Ekosistem: tatanan
unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup
•
Ekosistem dapat bersifat alamiah / natural ecosystem
atau ekosistem buatan / artificial ecosystem
•
Proses utama di dalam ekosistem meliputi aliran energi
(rantai makanan) dan daur materi
•
Rantai
makanan: suatu sistem
kehidupan yang disusun oleh tumbuhan dan berbagai jenis hewan. Tumbuhan
sebagai mata rantai pertama dimakan dimakan oleh hewan tertentu yang disebut
konsumen i. Konsumen i dimakan konsumen ii, konsumen ii dimakan konsumen iii
dan berakhir pada konsumen ke-n.
•
Daur
materi: adalah rantai makanan “disambung” oleh mikrobia yang
menguraikan organisme yang sudah mati menjadi mineral.
•
Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, energi
hanya bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Setiap pemakaian
bentuk atau unit energi tidak pernah
tercapai 100 % efisiensinya, sehingga ada sisa energi yang tidak terpakai
(entropi).
SOAL SOAL
1.
Jelaskan
yang dimaksud dengan:
- Eutrophication
- Biological magnification
c. Self purification
2. Mengapa
di ekosistem perairan dapat terjadi peristiwa akumulasi dan penggandaan
biologik suatu zat pencemar?
Apa akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut?
3. Mengapa
di ekosistem perairan dapat terjadi peristiwa
eutrofication ?
Apa akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut?
4. Jelaskan
bagaimana fungsi ekosistem mangrove, terumbu karang dan hutan hujan tropis bagi
lingkungan hidup di Indonesia?
5.
Terangkan
tentang hukum konservasi energi, termasuk kaitan hukum tersebut dengan proses terjadinya
perubahan iklim mikro
III. MASALAH KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Pengantar
Setelah mempelajari materi pada sub pokok bahasan iii,
mahasiswa di harapkan mampu mengevaluasi masalah kerusakan lingkungan hidup
yang sedang berkembang di Indonesia maupun yang bersifat global mulai
pencemaran
lingkungan termasuk kaitannya dengan kesehatan lingkungan, masalah pertumbuhan
penduduk, limbah B3.
Dalam sub
pokok bahasan ii menyajikan:
1. Pencemaran
lingkungan
2.
Pencemaran lingkungan kaitannya dengan kesehatan
lingkungan
3.
Masalah lingkungan global
B. Kompetensi:
mampu
mengevaluasi masalah kerusakan lingkungan hidup yang sedang berkembang di indonesia
maupun yang bersifat global mulai pencemaran lingkungan termasuk kaitannya
dengan kesehatan lingkungan, masalah pertumbuhan penduduk, limbah b3,
1. PENCEMARAN
LINGKUNGAN
Menurut uu pengelolaan lh no.23 1997 Pencemaran
lingkungan adalah masuknya /
dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun, sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang / tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
- Pencemaran oleh makhluk hidup
a. Eceng gondok (Eichornia crassipes)
Tumbuh didanau yang berfungsi: PLTA,
irigasi, perikanan.
Sifat alami eceng gondok:
·
Sambil menyerap unsur hara di air, terjadi pula
penyerapan air dan penguapan melalui daun (evapotranspirasi atau penguap peluhan).
·
Dapat menyerap oksigen
terlarut di air sehingga kadarnya berkurang (hypoxia) atau oksigen terlarut habis (anoxia).
·
Karena punya kemampuan menyerap materi sehingga tanaman
ini dan tumbuhan air lainnya digunakan untuk mengatasi pencemaran organik di
perairan.
b. Bakteri coli
Meruapakan indikator pencemaran tinja, karena bakteri coli berasal dari
saluran pencernaan (colon) manusia dan hewan vertebrata
- Pencemaran oleh zat
Zat: suatu unsur
kimia terlarut di air atau cairan lain dalam bentuk ion-ion terutama ion logam
zat input tubuh
manusia: metal merkuri (CH2Hg)
Didalam tubuh
manusia hanya ion merkuri yang merusak system
syaraf, dan bila kena janin di rahim ibu
menyebabkan bayi lahir cacat jasmani dan IQ rendah (minamata)
Keracunan logam kadmium / cd (itai- itai):
Ø Fase
awal: warna kuning pada gigi, kemampuan
mencium bau hilang, mulut kering
Ø Jumlah
sel darah merah menurun terjadi kerusakan sum-sum tulang
Ø Metabolisme
ca terganggu diikuti melembeknya tulang dan patah tulang sehingga terjadi deformasi kerangka
tulang
- Pencemaran oleh energi:
Energi berupa panas ( panas yang terbawa air bekas pendinginan mesin pabrik) dan energi berupa
suara (pabrik,motor penggerak)
- Pencemaran oleh komponen kimia
Komponen
kimia: ikatan kimia berupa
Ø Pestisida
(insektisida, rodentisida, nematosida, herbisida, fungisida).
Ø Pupuk
yang berlebihan
Ø Limbah
industri
KLASIFIKASI
PENCEMARAN LINGKUNGAN
- Pencemaran lingkungan oleh kegiatan rumah tangga dan perorangan
a. Kegiatan perorangan
Merokok perokok
pasif
Ø Gas CO (mengandung
CD, NI, dan logam lain tergantung kondisi tanah tempat tumbuhnya tanaman
tembakau.
Ø NI dan CD
diduga penyebab kanker paru-paru.
Ø Gas co
bereaksi dengan hb darah dapat menimbulkan keracunan darah.
Ø Tar dan nikotin merusak jaringan
paru paru.
b. Kegiatan rumah tangga
Sampah rumah tangga berasal dari
semua keperluan dapur dan bahan bahan untuk membungkus dan dikelompokan menjadi 2:
1). Sampah organik
Mudah terurai bila ditimbun, contoh : tumbuh-tumbuhan dan hewan
2). Sampah anorganik
Sulit terurai bila ditimbun, contoh:
Gelas ± 1 juta tahun
Plastik ± 240 tahun
Logam ± 100 tahun
Aluminium ± 500 tahun
Timah ± 100 tahun
- Pencemaran lingkungan oleh kegiatan pertanian
Kegiatan
pertanian: pembukaan lahan
penanaman, pemakaian pupuk dan pestisida ,
kegiatan waktu panen, pasca panen.
a. Pembukaan lahan
•
pembukaan lahan secara besar-besaran dengan alat berat
(menimbulkan kebisingan)
•
Keterlambatan menanam : menimbulkan erosi pada musim
hujan dan menyebabkan gangguan kehidupan perairan dan terjadi sedimentasi
b. Kegiatan pertanian
·
pemupukan
berlebihan: menimbulkan eutrofikasi
·
Pemakaian pestisida berlebihan: buah & sayuran
terkontaminasi.
c. Kegiatan panenpencemaran akibat sisa panen
Jerami (media jamur merang dan bahan baku kertas) sisa sayuran dan buah yang busuk (makanan ternak dan
kompos)
d. Kegiatan pasca panen
Pencemaran akibat proses pengolahan hasil panen: sekam (penggilingan padi) kulit buah dan biji (industri pengalengan
buah).
3. Pencemaran lingkungan akibat kegiatan
industri
a. Pencemaran
air
·
Parameter fisik: bau rasa, suhu, DHL, partikel padat terlarut,
kekeruhan
·
Parameter kimia: ph, DO, COD,BOD, logam berat, NO3,
CL
·
Parameter biologi: angka kuman, e coli
b. Pencemaran udara
Limbah
gas: SO2, NOX, CO, aldehid, metan, asap, jelaga, dll
4. Pencemaran
oleh kegiatan transportasi
a. Pencemaran
oleh suara/kebisingan
·
Merupakan gangguan bagi kegiatan yang butuh ketenangan
·
Secara fisiologis kebisingan menyebabkan gangguan
pendengaran, menaikan denyut jantung dan tekanan darah dan emosi
b. Pencemaran oleh gas buang kendaraan
·
Gas buang: CO,
SO2, NOX, Pb, CHO
·
Dampak pada kesehatan manusia:
mata pedih, iritasi hidung, gangguan pada paru-paru
- Dampak pada tanaman yang ada di dekat jalan raya: kandungan logam tinggi
Gambar 13: Grafik pergeseran
mortalitas karena penyakit yang disebabkan Mikroorganisme dan yang disebabkan
pencemaran lingkungan
|
Limbah akan berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama limbah bahan
beracun dan
berbahaya. Merupakan suatu pertanyaan bahwa manusia dapat bertahan terhadap
bermacam macam parasit, tetapi terhadap bahan beracun dan berbahaya manusia
tidak tahan. Ketahanan yang dimiliki oleh manusia tersebut disebabkan manusia
dapat membentuk sistem kekebalan
terhadap penyakit yang disebabkan organisme. Dilain pihak terhadap bahan
beracun dan berbahaya seperti pestisida (misalnya DDT) tubuh manusia tidak
dapat membentuk sistem kekebalan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 11, yang
memperlihatkan semakin meningkatnya kematian yang disebabkan oleh kanker yang
sebagian besar ditimbulkan oleh bahan beracun dan berbahaya. Pada gambar
tersebut ditunjukan bahwa mortalitas yang disebabkan oleh tbc, tipus dan
dipteri menurun tajam dari tahun ke tahun.
Memang ada perbedaan antara penyakit organismik (disebabkan organisme
seperti virus, bakteri) dan penyakit lingkungan (disebabkan bahan beracun
berbahaya). Perbedaan tersebut disebabkan oleh substansi penyusun penyebab
penyakit dan kemampuan tubuh manusia menghadapinya. Organisme terdiri dari
substansi organik seperti karbohidrat, lemak, protein, sedangkan bahan
berbahaya dan beracun terdiri dari beberapa atom C saja.
Sistem kekebalan
tubuh dapat menyerang parasit, bakteri,
versus yang terbentuk antara lain:
1. Ribuan asam amino
2. Atom C
Tubuh tidak
berdaya terhadap zat kimia beracun (misal DDT) yang terdiri dari hanya 14 atom
C, 9 atom H, 5 atom Cl.
•
Molekul protein: terdiri dari ratusan asam amino
•
Molekul karbohidrat: merupakan kombinasi banyak gula
sederhana
•
Molekul lemak: terdiri
ratusan asam lemak
Teori molekuler:
- Parasit, bakteri, virus terdiri dari ratusan sampai ribuan atom C
- Zat kimia DDT hanya terdiri: 14 atom C, 9 atom H, 5 atom Cl
Sehingga sistem
kekebalan tubuh tidak dapat mendeteksinya
MANUSIA (Homo
erectus)
Sejak dua juta
tahun yang lalu telah mengenal dan telah
beradaptasi terhadap lingkungan organisme
parasit, bakteri, virus. Sementara manusia baru mengenal DDT sejak tahun 1940
Teori evolusi
dan adaptasi
Waktu evolusi
2 juta tahun, tubuh manusia beradaptasi terhadap parasit, bakteri, virus yaitu
dengan membentuk sistem kekebalan tubuh. Sedang waktu puluhan tahun belum cukup
bagi tubuh manusia untuk membentuk sistem kekebalan terhadap zat-zat kimia.
Bahan Berbahaya Beracun (B3):
Semua bahan /
senyawa baik padat,cair ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap
kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifat-sifatyang dimiliki
- Mudah meledak
- Mudah terbakar
- Bersifat reaktif
- Beracun
- Menyebabkan infeksi
- Bersifat korosif
- MASALAH LINGKUNGAN GLOBAL
Krisis
ekologi: istilah yang sering digunakan untuk menyebut suatu masalah menyangkut
gangguan ekosistem. Masalah lingkungan global saat ini ditandai oleh pencemaran
yang terjadi hampir diseluruh dunia
Krisis ekologi terkait dengan masalah lingkungan global:
1. Perubahan tingkat pertumbuhan penduduk dunia
Perubahan tingkat pertumbuhan penduduk seiring dengan
perkembangan ekonomi. Jika penduduk bertambah maka eksplorasi sumber daya
meningkat. Pada akhir abad ke 20, penduduk bumi sudah bertambah lebih dari tiga
kali lipat, dan gross world product
menjadi sekitar 20 kali. Konsumsi minyak bumi menjadi lebih dari 10 kali
lipat, dan penggunaan energi lebih dari 15 kali penggunaan awal abad ini. Hal
ini berdampak pada lingkungan hidup (ABC environment).
2. Limbah bahan berbahaya beracun (B3)
Limbah bahan berbahaya beracun yang sangat ditakuti adalah limbah dari
industri kimia, misalnya pestisida dan sampah radioaktif. Amerika serikat
negara penghasil limbah B3 yang terbesar di dunia yaitu 264 juta ton setiap
tahunnya. Limbah tersebut terdiri dari residu yang mengandung logam berat dan
senyawa organik, misalnya DDT yang
dipakai untuk melindungi tanaman dan tumbuhan dari serangan hama. Pencemaran
lingkungan yang terjadi lebih diperparah lagi dengan pemakaian DDT di usa dan
kanada sangat berlebihan, sehingga membunuh burung dan ikan tidak hanya di usa bahkan
sampai amerika selatan (Nebel, 1991). Amerika serikat butuh biaya 20-100 milyar
dollar untuk membersihkan 200-10.000 tempat pembuangan limbah. Pencemaran
lingkungan yang menjadi ciri masalah lingkungan di negara industri kini telah
memasuki negara berkembang, hal ini disebabkan karena:
a.
Pertumbuhan yang sangat pesat sekali di awal abad 20 sejalan dengan
perkembangan ekonomi telah menimbulkan dampak lingkungan.
b.
Adanya gerakan ekologi dangkal, negara maju mengekspor pencemaran ke negara
berkembang.
Negara maju dengan dalih mengekspor teknologi canggih ke negara berkembang,
membangun industri yang menghasilkan
limbah B3, antara lain CO, O3 dan SO2, yang menjadikan kawasan
industri sebagai sumber pencemar.
3. Pergeseran
alokasi pemakaian sumber daya dan penyebaran pencemaran dari negara industri ke
negara berkembang.
Berdirinya
gerakan ekologi dangkal (shallow ecology movement) tahun 1980 an yang
berpedoman:
a.
Pencemaran harus dikurangi dan atau disingkirkan
b.
Pemakaian sumber daya harus dihemat
demi kepentingan negara negara industri
Yaitu
dengan cara:
·
Negara industri mengekspor teknologi ke negara berkembang
dengan membangun industri yang menghasilkan limbah berbahaya.
·
Negara industri mengeksport pestisida yang sudah tidak
boleh dipakai di negaranya seperti insektisida organochlorin (ddt, aldrin,
dieldrin, heptachlor, endrin), insektisida organofosfat (diazinon, malathion).
4. Menyebarnya dampak lokal menjadi global
a. Meledaknya reaktor pusat listrik tenaga nuklir
Chernobyl 29 april 1986, radiasi terdeteksi di swedia, denmark dan negara eropa
lainnya, baru 12 jam kemudian pengumuman tv moskow menyikapi musibah ini
•
Penyebab meledaknya reaktor Chernobyl adalah kelalaian manusia (human
error)
•
Pada saat pengujian kerja turbin turbin pabrik, dalam
latihan menghadapi keadaan darurat (emergency), terlalu banyak sistem
pengaman dimatikan. Hal ini menyebabkan aliran air pendingin menurun dengan
cepat dan 200 ton uranium menjadi panas sampai 2800 derajat celcius, yang kemudian
menimbulkan ledakan dasyat
•
Pada saat itu, 1700 ton graphite pijar membumbung ke
udara, uranium fuel meleleh sambil melepaskan isotop isotop dan jika
ditinjau dari toksikologi radioaktivitas sangat tinggi tingkat racunnya
•
Isotop tersebut terdorong ke atas oleh panas dan
disirkulasikan ke seluruh penjuru
Akibat bencana Chernobyl:
- Korban meninggal kurang lebih 2000 orang, penduduk sekitar terancam radiasi, sehingga terancam kanker dan bayi cacat
- Lahan pertanian seluas 150 km terkontaminasi, tidak mungkin di gunakan selama puluhan tahun, kecuali jika topsoil dihilangkan
- Penduduk sekitar area pabrik terkena radiasi 20-100 rem, sehingga terancam kanker dan melahirkan bayi cacat
- Angin saat itu bertiup ke arah barat laut wilayah pertanian dan peternakan, sehingga tanaman dan hewan hewan ternak di ukrania rusak
b. Tragedi Bhopal India
Pabrik insektisida karbaril di Bophal bocor, mengeluarkan methyl
isocyanate / mic (3 Desember 1984). Tengah malam memasuki dinihariawan
kabut (smog) methyl isocyanate menutupi bumi setinggi 35 m. Pengobatan
korban diragukan dan tidak memadai, sampai tahun 1985 tidak ada penyembuhan,
dan penderita yang terkontaminasi mic meningkat (Miller, 1985). Ribuan
hewan mati dan membusuk di jalan jalan. Menyebabkan 2500 orang meninggal,
200.000 orang sakit dan 17.000 orang menderita sakit paru paru permanen.
Penyebab
bencana Bhopal:
·
Kepadatan penduduk di India, yang menyebabkan tempat
tinggal terdesak ke buffer zone di sekitar pabrik. Disamping itu
menyadari perlunya penggunaan pestisida untuk peningkatan produksi pangan,
pabrik pestisida didirikan.
·
Union carbide menimbun methyl
isocyanate dalam jumlah besar,
sistem pendingin dan tanki pengontrol tidak bekerja, tidak mempunyai emergency
plan, dansangat dekat dengan pemukiman
·
Tanggal 2 desember 1984 menjelang tengah
malam 450-900 liter air dipompakan ke tangki methyl
isocyanate untuk membuat insektisida sevin. Suhu
dan tekanan
dalam tanki meningkat serta mengakibatkan tanki meledak
dengan melepaskan 22.500 kg
bahan berbahaya dan beracun (B3)
ke udara.
5. Pencemaran tidak mengenal batas negara (pollution
knows no national boundary)
a. Hujan asam
b. Lubang ozon
c. Efek
rumah kaca danpemanasan global
a. Hujan asam
•
Hujan dengan pH lebih kecil dari 5,6
•
Air hujan menjadi asam karena terkontaminasi oleh
sulfur dioksida (SO2) dan oksida nitrogen (NOx)
•
Sumber SO2 yang utama adalah industri dengan
bahan bakar batubara, dan sumber nox yang terbesar adalah kendaraan bermotor
•
Akibat hujan asam, dapat merugikan: ekosistem, danau,
hutan, tanaman pertanian dan bangunan
Hujan asam dimulai prosesnya dengan terbentuknya smog
Smog
Merupakan kabut sangat beracun bagi manusia, hewan dan
tumbuhan. Banyak terdapat pada daerah daerah industri. Terbentuknya smog
menurut Haagen-Smith, sebagai berikut:
Sinar
Matahari (UV)
NO2
NO + On Oksidan (O3)
O3 + SO2 SO3, Asam
Hidrokarbon Aldehid,
PAN,
Smog: SO3, Asam, Aldehid, PAN
Gambar 15:
Proses pembentukan smog menurut
Haagen-Smith
b. Lubang
ozon
Disebabkan
oleh senyawa kimia freon /
chlorofluorocarbon (CFC) yang merusak lapisanozon stratosfer. Lapisan
ozon yang merupakan pelindung bumi ada
pada ketinggian 15-35 km dari permukaan bumi. Lapisan ozon menjadi penyaring
sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet jenis c (uv-c) sangat berbahaya bagi
kehidupan, dan pada manusia dapat menimbulkan kanker kulit. Apabila lapisan
ozon rusak oleh CFC maka sinar uv-c akan sampai ke bumi (Tandjung, 1993).
Peristiwa pembentukan lubang ozon:
Musim
dingin di antartika ditandai daerah lapisan ozon yang me dibatasi pusaran
angin(vortex) terlihat keadaan
udaranya jadi hening dan terisolasi dari daerah sekitar disebut containment vessel yang
merupakan daerah perusakan ozon utama karena:
1. CFC nya
berkadar rendah, sedangkan CLO (Khlor Monoksida) tinggi
CLO: terbentuk dari CL hasil perombakan CFC
2. Korelasi
negatif antara kadar ozon dan CLO
Reaksi perusakan ozon oleh CFC (rantai reaksi ClOx):
CCL2F2 + UV CL + CCLF2
CL + O3 CLO + O2
CL + O CL
+ O2
Efek umah kaca dan pemanasan global:
Ø Efek
rumah kaca terjadi karena semakin banyak
gas CO2 di angkasa
Ø Sinar
matahari yang sampai ke bumi dipantulkan kembali ke permukaan bumi, sehingga
bumi semakin panas
Ø Dikhawatirkan
es dan salju di kutub dapat mencair pada saat kenaikan suhu bumi dan akibat
terjadi banjir planet
Ø Dalam 100
tahun kadar gas CO2 meningkat dari 29000 ppb menjadi 350.000 ppb (Tandjung,
1999)
Ø Ada
pendapat bahwa sumbangan gas CO2 terhadap efek rumah kaca sekitar 50
%, dan penyebab lain adalah gas methana (15 %), cfc (13%)NOX (9%)
dan gas stratosfer (13%)
RANGKUMAN
•
Pencemaran lingkungan: masuknya / dimasukannya makhluk
hidup, zat, energidan atau komponen lain
kedalam lingkungandan atau berubahnya tatanan lingkunganoleh kegiatan manusia
atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun, sampaike tingkat tertentu
yang menyebabkanlingkungan menjadi
kurang / tidak dapatberfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UUPLH no.23
tahun 1997)
•
Merupakan suatu pertanyaan bahwa manusia dapat bertahan
terhadap bermacam macam parasit, tetapi terhadap bahan beracun dan berbahaya
manusia tidak tahanketahanan yang dimiliki oleh manusia tersebut disebabkan
manusia dapat membentuk sistem kekebalan
terhadap penyakit yang disebabkan organisme
•
Masalah lingkungan global mencakup: pertama, perubahan
tingkat pertumbuhan penduduk; kedua, limbah bahan berbahaya beracun (b3);
ketiga, pergeseran alokasi pemakaian sumber daya dan penyebaran pencemaran dari
negara industri ke negara berkembang; keempat, menyebarnya dampak lokal menjadi
global
SOAL SOAL
- Terangkan pedoman yang digunakan sebagai dasar berdirinya gerakan ekologi dangkal (shallow ecology movement)?
Mengapa
gerakan ekologi dangkal yang dilakukan
negara-negara industri dapat merugikan negara-negara berkembang seperti Indonesia?
- Jelaskan apa yang dimaksud smog?
Bagaimana proses terbentuknya smog?
Apa dampak yang ditimbulkan adanya smog terhadap lingkungan hidup?
- Bagaimana hubungan antara pencemaran lingkungan dan kesehatan lingkungan sekarang ini dan dimasa yang akan datang?
- Mengapa pencemaran dikatakan tidak mengenal batas negara (pollution knows no national boundary)? Jelaskan disertai contoh-contoh yang ada.
- Mengapa negara-negara industri pada tahun 1980-an melakukan gerakan ekologi dangkal (swallow ecology movement)?
Bagaimana
akibat dari gerakan tersebut terhadap negara-negara berkembang?
IV. DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN
A. Pengantar
Setelah
mempelajari materi pada sub pokok bahasan iv, mahasiswa diharapkan menyajikan
kajian secara tertulis dan lisantentang dampak kerusakan lingkungan termasuk
sifat dampak dan tolok ukur dampak lingkungan.
Dalam sub pokok bahasan III menyajikan:
1. Dampak
lingkungan
2. Sifat dampak
3. Tolok ukur
dampak
B. Kompetensi:
Mampu menyajikan kajian tentang dampak kerusakan lingkungan termasuk tolok
ukur dampak lingkungan
1.
DAMPAK
LINGKUNGAN
Dalam
konteks analisis dampak lingkungan,
penelitian dampak dilakukan karena
adanya rencana aktivitas manusia dalam pembangunan. Dampak pembangunan menjadi
masalah karena perubahan yang disebabkan
pembangunan selalu lebih luas dari pada yang menjadi sasaran pembungunan yang direncanakan. Sebagai contoh
jika petani menyemprot sawahnya dengan pestisida untuk memberantas hama wereng,
yang mati bukan hanya wereng saja melainkan juga lebah madu yang terbang di
udara, ikan dan katak yang ada di sawah. Matinya lebah, ikan dan katak secara
umum disebut efek samping atau dampak. Secara umum dalam analisis dampak
lingkungnan , dampak pembangunan diartikan sebagai perubahan yang tidak
direncanakan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan.
Dampak
bersifat positif dan negative akan tetapi di negara maju banyak orang hanya
memperhatikan dampak negatif daripada dampak negatif, bahkan umumnya dampak
positif diabaikan. Di Indonesia pun dampak sering mempunyai konotasi negatif,
sehingga dalam banyak buku terdapat bagian penanggulangan dampak yang
mengandung arti dampak negarif, sebaliknya tidak menguraikan tentang usaha
memperbesar dampak positif. Tekanan yang berlebih pada dampak negatif
disebabkan oleh pengaruh gerakan lingkungan di negara maju yang merupakan
reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh pembangunan. Di dalam analisis dampak
lingkungan memang sebaiknya arti dampak diberi batasan: perbedaan antara
kondisi lingkungan yang diperkiraan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang
diperkirakan akan ada dengan adanya pembangunan. Dengan batasan tersebut maka
dampak yang disebabkan oleh aktivitas lain di luar pembangunan, baik alamiah
maupun oleh manusia, tidak ikut diperhitungkan dalam perkiraan dampak. Dampak
meliputi baik dampak biofisik maupun dampak sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan.
Dampak
lingkungan menurut UULH no. 23 tahu 1997 : perubahan lingkunga oleh suatu
kegiatan.
Kegiatan:
1. Bersifat
alamiah adalah kegiatan yang dilakukan oleh
alam bersifat:
a.
Fisik : gempa bumi, banjir dan lain lain
b.
Kimia: gas-gas kimia yang dikeluarkan oleh alam seperti
gas co yang ada di dieng
c.
Biologi: pertumbuhan tanaman enceng gondok di waduk
2. Kegiatan yang
dilakukan manusia misalnya:
a. Pembangunan dibidang pariwisata
Dampak positif:
•
Tersedianya lapangan pekerjaan
•
Naiknya pendapatan negara
Dampak negatif:
•
Berubahnya nilai budaya masyarakat
b. Pembangunan dibidang industri
Dampak
positif:
•
Tersedianya lapangan kerja
•
Naiknya pendapatan negara
•
Dan lain lain
Dampak
negatif:
•
Pencemaran lingkungan (udara, air dan kebisingan
Dampak lingkungan dari suatu kegiatan, baik dampak negatif maupun dampak
positif harus sudah dapat diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai yaitu
dengan melakukan analisis dampak lingkungan. Jadi analisis dampak lingkungan
adalah merupakan alat untuk merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan
lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan
oleh suatu aktivitas pembangunan yang direncanakan. Contoh dampak lingkungan:
Pertumbuhan penduduk
Kenaikan produksi limbah
Eutrofikasi
Pertumbuhan masal mikrofita dan makrofita
Penurunan kenaikan evapotranspirasi penurunan
Produksi ikan pariwisata
penurunan
kapasitas penurunan
pembangkit listrik kapasitas irigasi
penurunan pemasokan penurunan produksi
listrik pertanian
Gambar 16: Dampak lingkungan akibat pertumbuhan penduduk
Tolok ukur dampak lingkungan:
1. Abiotic
a. Terhadap
air
·
Fisik: kekeruhan, temperatur, Daya Hantar Listrik (DHl),
Total Suspended Solid (TDS), Suspended Solid (SS)
·
Kimia: pH, DO (Disolved Oxygen), COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), logam, dll
·
Biologi: angka kuman, bakteri coli
b. Terhadap lahan
- Kotor
- Bau
- Berwarna kehitam hitaman
- Tidak subur
c. Terhadap
udara
•
Udara kotor dan gelap adanya polutan seperti CO2,
SO2, NH3, H2S, dan lain lain
•
Kebisingan
2. Biotic
a. Species: jenis suatu organisme (tumbuhan, hewan, mikroorganisme)
populasi: kumpulan organisme sejenis
b. Habitat: tempat hidup organisme
Komunitas:
kumpulan populasi yang menempati
habitat tertentu
•
Komunitas ikan: air
•
Komunitas padi: sawah
c. Ekosistem:
gabungan beberapa komunitas
·
Ekosistem mangrove
·
Ekosistem hutan tropis
3. Cultural
a. Kepadatan
penduduk
b. Kesehatan
masyarakat
c. Interaksi sosial
d. Lapangan
pekerjaan
e.
Kualitas lingkungan
Yang dimaksud dampak penting adalah perubahan yang
sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Untuk
memperkirakan dampak penting, maka
diperlukan pedoman ukuran dampak penting yang meliputi:
- Jumlah manusia yang terkena dampak
- Luas wilayah persebaran dampak
- Lama dampak dan intensitas dampak berlangsung
- Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
- Sifat kumulatif dampak
- Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
RANGKUMAN
•
Dampak lingkungan menurut uuplh no. 23 tahu 1997 :
perubahan lingkunga oleh suatu kegiatan, baik kegiatan yang bersifat alamiah
maupun kegiatan yang dilakukan manusia. Dampak lingkungan bisa positif maupun
negatif
•
Batasan dampak lingkungan di dalam analisis dampak
lingkungan : perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkiraan akan ada
tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan ada dengan adanya
pembangunan. Dengan batasan tersebut maka dampak yang disebabkan oleh aktivitas
lain di luar pembangunan, baik alamiah maupun oleh manusia, tidak ikut
diperhitungkan dalam perkiraan dampak
•
Tolok ukur dampak lingkungan: abiotic, biotic dan
cultural
•
Dampak lingkungan bersifat berkesinambungan artinya
dari satu dampak akan menyebabkan dampak lain kalau tidak segera ditanggulangi
SOAL SOAL
1. Terangkan mengapa pengubahan bentuk lahan dan bentang
alam seperti pembuatan bendungan dan pembukaan hutan menurut PP. No.27 th 1999
tentang analisis dampak lingkungan, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup?
2. Apakah yang dimaksud dampak lingkungan?
Jenis kegiatan seperti apa yang
menyebabkan dampak lingkungan?
3. Jelaskan bagaimana prosedur pelaksanaan analisis
dampak lingkungan suatu rencana kegiatan sampai keluar surat keputusan
kelayakan lingkungan hidup.
4.
Jelaskan tentang masalah
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat perubahan tingkat pertumbuhan
penduduk.
5.
Jelaskan tolok ukur dampak
lingkungan pada komponen:
a. Abiotic
b. Biotic
c. Cultural
Langganan:
Postingan (Atom)