Senin, 12 April 2010

mas

Ikan Mas koki mempunyai warna yang menarik. Ikan ini baik unruk dijadikan lahan bisnis baru. Untuk itu bagi yang ingin terjun bisnis ikan hias ada baiknya untuk mencoba menangkarkan ikan mas koki.
Pertama-tama yang harus disiapkan lahnnya. Untuk itu juga anda harus mempersiapkan langkah-langkah berikut ini :
1.Perisapkan tempat pemijahan bisa dari bak pelastik p x l x t = 1m3. Tempat pemijahan harus bersih dari penyakit dan jamur.
2.Kemudian siapkan air yang bersih harus bebas dari penyakit juga. Kalau air sudah tercemar akan membuat ikan terkena penyakit. Beri aerator (gelembung udara pada tempat pemijahan)
3.Siapkan sarang telur yang bisa dari tanaman eceng gondok. Di serabut eceng gondok ikan mas koki akan menaruh telurnya. Eceng gondok sebaiknya disucihamakan dengan merendamnya di larutan PK (Permangat Kalium). PK bisa dibeli di Apotik atau Toko Obat
4.Pilihlah induk yang baik jangan ada induk yang cacat bawaan dan warnanya putih saja. Warna putih kurang menarik dan tidak berharga. Cacat bawaan juga akan menurun pada ikan maskoki.
5.Kemudian campurkan indukan jantan dan betina yang siap bertelur. Satu kolom berisi satu betina dengan tiga ekor jantan.
6. Setelah beberapa hari atau kurang lebih dua hari telur akan terlihat menempel di akar eceng gondok. Anda harus segera memindahkan ketiga ikan mas jantan tersebut.
7.Dua hari kemudian telur ikan akan menetas. Anda juga harus memindahkan induk betina. Selesailah pemijahan ilkan mas koki.

Tips: Bagi pemula harus mencoba memijahkan ikam mas koki yang murah dan gampang dipijahkan. Ikan Koki jenis Black Moor yang hitam dan banyak dipasarkan adalah ikan mas koki yang gampang dikembangbiakkan. Setelah itu anda boleh melangkah pada ikan mas koki yang sulit dipijahkan.

Rabu, 07 April 2010

sterilisasi dan penyiapan media


sterilisasi dan penyiapan media


LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


STERILISASI DAN PENYIAPAN MEDIA










OLEH :


Nama : retno
Stambuk : F1 D1 05 027
Kelompok : III (Tiga)
Asisten Pembimbing : Dafid Wijaya, S.Si


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme ini terdapat dimana saja, hampir disetiap tempat. Bahkan benda-benda, air minum, makanan kita sehari-hari yang kita anggap sudah steril dan bersih, setelah diteliti lagi ternyata masih banyak terdapat mikroorganisme didalamnya. Keberadaan mikroorganisme ini tentu saja ada yang membahayakan dan ada juga yang tidak.
Dalam proses sterilisasi dikenal beberapa cara atau metode, yaitu dengan menggunakan mendidih yang mendidih dengan uap untuk beberapa menit saja, yang kedua dengan menggunakan autoklav, atau yang ketiga dengan penyaringan atau filtrasi. Dalam proses setrilisasi dan penyiapan media ini, kita harus memperhatikan bebeerap hal, tujuanya adalah agar bahan yang kita siapkan tidak terkontaminasi oleh mikroba yang tidak kita kehendaki.
Sterilisisai dan penyiapan media ini sangat penting dalam sebuah pengamatan mikroba, Karena keberhasilan dalam pengamatan sangat tergantung dari keberhasilan kita mensterilisasi dan persiapan media. Sterilisasi sangat penting karena pada saat inilah kita akan membunuh mikroba kontaminan yang akan menghambat atau mengganggu mikroba yang akan kita amati. Sedangkan persiapan media sangat penting, sebab media yang tidak baik akan menghambat pertumbuhan mikroba yang akan kita amati. Konsentrasi media yang akan kita buat harus kita sesuaikan dengan mikroba yang akan kita tumbuhkan, karena tidak semua mikroba dapat tumbuh dalam medium yang sama. Antara satu mikroba dengan mikroba yang lain tentu saja membutuhkan medium yang berbeda-beda, kalaupun sama mediumnya tapi konsentrasi yang dibutuhkan belum tentu juga sama. Ada beberapa mikroba yang dapat tumbuh dalam satu media dengan konsentrasi media yang sama, oleh karena itu dalam pengamatan ini, kita berusaha untuk menumbuhkan beberapa jenis mikroba dalam media yang sama.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Memperkenalkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan untuk memperoleh dan memelihara kultur murni
2. Memperkenalkan konsep sterilisasi
3. Memperkenalkan metode untuk memisahkan mikroba tertentud dari populasi campuranya untuk mendapatkan kultur murni


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (insitu) oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilnoksida atau betaprolakton oleh bermacam-macam larutan kimia. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Irianto, 2006).
Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan yang disterilkan (ketahanan terhjadap panas, bentuk yang disterilkan, padat, cair ataupun gas). Penyelidikan suatu spesies mikroorganisme selalu didasrkan atas sifat biakan murni dari spesies mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat memisahkan kegiatan mikroorganisme yang satu dengan yang lain atau untuk memelihara mikroorganisme secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan medium yang steril (Muhiddin, 2007).
Tujuan utama proses panas adalah untuk merancang kondisi pemanasan sehingga menghasilkan makanan kaleng yang steril komersial. Berbeda dengan sterilisasi total, dalam sterilisasi komersial masih terdapat beberapa mikroba yang masih dapat tumbuh dan hidup setelah pemberian panas (sterilisasi). Pemberian panas yang tidak mencukupi akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan karena mikroba yang masih ada dan yang hampir mati akan aktif kembali dan tumbuh di dalam produk. Proses pemanasan yang diperlukan untuk sterilisasi makanan kaleng diantaranya tergantung pH produk yang proses produk yang tergolong makanan bersifat asam, yaitu yang memiliki pH kurang dari 4,5 seperti misalnya sebagian besar buah-buahan dan beberapa produk tomat, biasanya disterilkan dengan cara memanaskan coldest point sampai mencapai 200oF (93,3oC) (Winamo,1994:59-60).
Yang mempelopori teknik biakan murni dilakukan Brefeld dengan penelitian tentang cendawan. Ia memperkenalkan cara mengisolasi sel tunggal, juga pembiakan cendawan pada media padat. Dan untuk keperluan untuk ini ia menambahkan gelatin pada cairan biakanya, metodenya untuk biakan murni bagi cendawan sangat mengagumkan tetapi ternyata tidak sesuai bila digunakan untuk bakteri yang lebih kecil. Karena itu, metode lain harus dicari untuk bakteri. Salah satu metode yang mula-mula diusulkan ialah metode pengenceran. Cairan yang berisi campuran bakteri diencerkan deengan medium steril dengan harapan pada akhirnya akan diperoleh pertumbuhan yang berasal dari satu sel (Waluyo, 1982 : 23).
Untuk kebanyakan benda, panas merupakan metode sterilisasi yang paling praktis dan efisien. Walaupun tidak seorangpun mengetahui dengan tepat bagaimana panas membunuh mikroorganisme tertentu. Kita benar-benar tahu bahwa kematian itu terjadi dengan menghentikan satu atau lebih protein penting seperti enzim. Jumlah panas yang diperlukan untuk mematikan mikroorganisme berbeda dari satu organisme keorganisme lain (Wesley, 1993).







BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Mei 2008 dan pada pukul 10.00 WITA sampai selesai, Bertempat di Laboratorium Lanjutan Biologi Fakultas MIPA Universitas Haluoleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
- Erlemeyer - Tabung reaksi - autoklaf otomatis
- Gelas ukur - Rak tabung reaksi
- Pipet ukur - Kapas
- Gelas piala - Alumunium foil
- Autoklaf manual - Botol ampul
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
- Aquades - Agar
- Ekstrak daging - Pepton
- Dekstrosa - Kentang
- Asam tartarat - Alat-alat dan bahan medium yang akan disterilkan


C. Prosedur Kerja
a. Autoklaf Manual
1. Mengisi autoklaf dengan air hingga dekat sarang
2. Memasukan bahan-bahan (medium) atau peralatan yang akan disterilkan
3. Membiarkan klep uap terbuka, menyalakan autoklaf
4. Bila dari klep uap terdapat cairan yang menetes, berarti ruang dalam autoklaf telah jenuh dengan uap air. Menutup klep uap tersebut
5. Membiarkan autoklaf menyala hingga tercapai suhu 121C dan tekanan 15 lbs. lalu pertahankan selama 15-20 menit
6. Setelah 15-20 menit pada tekanan uap lbs, mematikan autoklaf, menunggu tekanan menurun selama 5-5-10 menit. Membuka klep berlahan-lahan, mengeluarkan uap hingga tekanan kembali nol.

b. Autoklaf Otomatis
1. Mengisi autoklaf dengan aquades sampai batas yang ditentukan
2. Memeriksa juga tempat buangan air diluar autoklaf, jangan sampai isinya berlebihan atau kurang
3. Memasukan medium dan alat-alat yang akan disterilkan
4. Menutup autoklaf rapat-rapat, memeriksa tombol penutupagar benar pada posisi batas akhir ‘close’
5. Menyalakan autoklaf, mengatur suhu, tekanan dan waktu sterilisasi yang diinginkan. Sterilisasi yang umum adalah 100C tekanan 15 lbs selama 15 menit
6. Menekan tombol star, membiarkan hingga tanda bunyi kedua yang menunjukan bahwa kondisi sterilisasi telah tercapai dan tekanan uap dalam autoklaf telah kembali nol
7. Membuka autoklaf dan mengambil isinya yang telah steril.
c. Penyiapan Medium Kaldu Nutrisi (Nutrient Broth)
1. Dengan menggunakan neraca analitik, kertas timbang atau alumunium foil serta gelas ukur, menyiapkan 0,5 g peptone, 0,3 g ekstrak daging dan 100 ml akuades
2. Melarutkan semua zat bahan medium satu persatu kedalam 75 ml aquades pada erlemeyer 250 ml, mengaduk sambil dipanasi hingga semua melarut
3. Menambahkan dengan sisa aquades hingga volume medium mencapai 100 ml
4. Menuangkan masing-masing 10 ml medium kedalam 10 tabung reaksi bersih, menutup dengan kapas dan alumunium foi, mengikat dengan karet
d. Penyiapan Media Agar Nutrisi (Nutrient Agar)
1. Mengulangi langkah-langkah pembuatan medium kaldu nutrisi cair
2. Medium kaldu nutrisi cair tersebut ditambahkan 1,5 g agar, mengaduk-aduk sambil memanaskan hingga agar benar-benar larut (warna medium menjadi jernih)
3. Menuangkan masing-masing 10 ml medium kedalam 6 tabung reaksi bersih untuk agar cawan, dan 5 ml kedalam tabung reaksi untuk agar miring
4. Medium agar nutrisi siap untuk disterilkan menggunakan autoklaf
e. Penyiapan Medium Agar Kentang
1. Menyiapkan 25 g ketang yang telah bersih dan dipotong-potong dadu, 2 g dekstrosa, 1,5 g agar, 1,4 ml asam tartarat, dan 100 ml aquades
2. Merebus kentang dalam 100 ml aquades selama 2 jam sejak mendidih , volume aquades dijaga supaya tetap
3. Mengambil air rebuasan kentang dengan menyaring potongan-potongan kentangnya dengan menggunakan kain kasa
4. Menambahkan air rebusan kentang dengan dekstrosa dan asam tartarat, mengaduk hingga merata
5. Menambahkan 1,5 g agar, sambil mengaduk dan dipanaskan hingga agar melarut sempurna dan medium berwarna bening
6. Memasukan masing-masing 10 ml medium kedalam 6 tabung reaksi bersih untuk agar cawan, dan 5 ml kedalam tabung untuk agar miring. Menyumbat mulut dengan kapas dan lapisan alumuniun foil, mengikat tabung dengan karet.
7. Medium agar kentang siap untuk disterilkan menggunakan autoklaf

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Sterilisasi
1. Saat membungkus alat-alat yang akan disterilisasi






2. Semua alat-alat dan bahan disterilisasi di autokaf






Penyiapan media

1. Medium agar-agar yang dipakai dalam pembuatan NA (nutrient agar)






2 Medium kentang yang dipakai untuk membuat PDA (potato Destrosa Agar)







3 Saat pemanasan medium agar dan kentang dengan menggunakan hot plate (sampai mendidih)






4. Saat media NA (Nutrient Agar) dan PDA (Potato Destrosa Agar) telah dipanasi dengan hot plate









B. Pembahasan

Sterilisasi dan penyiapan media adalah salah satu proses yang sangat penting dalam penelitian tentang mikroorganisme. Sebab kedua factor ini adalah kunci utama kesuksesan dal;am tahap pengamatan. Kita ketahui bahwa dialam semesta ini banyak sekali bertebaran mikroorganisme, mereka hampir terdapat disemua tempat. Tidak heran jika kita bisa terkontaminasi dimana saja, meskipun kita menganggap tempat tersebut sudah steril.
Dalam proses praktikum sebelum kita menuju kepersiapan media, maka yang harus kita lakukan lebih dahulu adalah sterilisasi. Sterilisasi ini berlaku dimana saja terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan mikroorganisme. Dalam pelaksanaan operasi dalam dunia kedokteran, semua alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Tujuanya agar alat-alat tersebut benar-benar steril dan bersih dari mikroorganisme yang membahayakan, terutama bagi pasien yang akan dioperasi.
Sterilisasi yang kita lakukan dalam pengamatan ini ditujukan agar alat-alat tersebut steril dari mikroorganisme lain yang akan menjadi kontaminan bagi mikroba yang akan kita tumbuhkan. Sterilisasi yang kita lakukan adalah sterilisasi panas basah dengan menggunakan autoklav. Sterilisasi ini selain bertujuan untuk menjaga mutu kebersihan dan pengamatan dilaboratorium juga bertujuan untuk menjaga agar mikroba yang akan kita amati adalah benar-benar mikroba yang kita inginkan.
Masalah yang sering kita hadapi dalam laboratorium adalah tingkat kesterilan alat-alat yang akan digunakan, bahkan yang lebih parah lagi adalah alat yang akan digunakan untuk mensterilkan benda-benda tersebut juga malah tidak berfungsi dengan baik. Sehingga dalam hal hal ini akan memacu tingkat kegagalan dalam pengamatan.
Seperti yang telah diekmukakan diatas tadi bahwa sterilisasi yang dipakai pada praktikum ini adalah sterilisasi panas basah, dengan menggunkaan autoklav. Alat-alat yang akan disterilkan dalam autoklaf ini, sebelum dimasukkan kedalam autoklaf maka harus dibungkus dengan kertas, tujuanya adalh agar tekanan yang ditimbulakn tidak sampai memecahkan alat-alat tersebut, sebab yang dimasukkan kedalam hampir semuanya adalah alat-alat yang terbuat dari kaca.
Kita ketahui bahwa autoklav memiliki ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Dalam autoklaf inilah berlangsung sterilisasi panas basah. Oleh karena itu, setelah air dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir keruang pensteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Jika seanainya masih ada udara yang tersisa, maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam ruangan tersebut.
Alat-alat dan bahan yang akan kita sterilkan sebaiknya ditempatkan dalam beberapa botol yang lebih kecil daripada dikumpulkan dalam sebuah botol yang lebih besar. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pipa uap dibuka, dan temepratur akan terus menerus naik sampai 1210C. Biasanya autoklaf sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan yang ada 1 atmosfer per 1 cm2. Perhitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai sejak termometer pada autoklav menunjuk 1210C. Setelah cukup waktu, maka kran uap ditutup, dan dengan demikian suhu mulai Turun sedikit demi sedikit. Autoklaf tidak boleh dibuja sekonyong-konyong, hal ini ditujukan untuk sterilisasi yang jika menggunakan botol dan botol tersebut berisi bahan, maka tidak boleh dibuka sekonyong-konyong agar isi botol tidak meluap kemana-mana. Sebaiknya kita mennunggu sampai manometer menunjuk angka 0, barulah autoklaf dibuka. Pendinginan dilakukan sedikit demi sedikit.
Selain sterilisasi panas basah ada juga sterilisasi panas kering. Sterilisasi dengan cara ini adalah dengan menggunkan oven atau dengan pembakaran. Alat-alat yang akan disterilkan ditempatkan dalam oven pada suhu 1600-1800C. Sterilisasi panas kering ini caranya adalah alat-alat yang akan kita gunakan dimasukkan daalm oven, karena tingkat efektifitasnya kurang maka waktu yang dibutuhkan cukup lama yaitu sekitar 1-2 jam. Hal ini disebabkan daya penetrasi panas kering tidak sebaik pada panas basah. Sterilisasi panas kering ini cocok untuk alat gelas atau kaca seperti, cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, dan lain-lain. Selain dimasukkan dalam oven, ada juga yang dibakar secara langsung. Tetapi pembakarn secara langsung ini hanya umumnya hanya bisa digunakan pada jarum ose. Tingkat keberhasilan dari pembakaran secara langsung ini biasanya mendekati 100%.
Setelah semua alat-alat disterilisasi dan telah dikeluarkan dari autoclav, maka tahapan selanjutnya adalah penyiapan media. Media yang akan dibuat ada dua jenis yaitu media NA (Nutrient Agar), dan PDA (Potato dextroksi Agar). Perbedaan kedua jenis media ini adalah terletak pada bahan dasarnya. Jika media NA menggunakan ekstrak daging dan agar, maka PDA menggunakan ekstrak kentang. Kedua media ini harus dipanaskan terebih dahulu, selanjutnya disimpan didalam kulkas. Tujuan dari penyimpana ini adalah agar medianya tidak rusak.
Tidak semua mikroba dapat tumbuh dlam kedua media ini, ada beberapa jenis mikroba tertentu yang membutuhkan media lain agar bisa tumbuh dan diamati. Tetapi kedua media ini adalah media standar yang banyak digunakan di laboratorium-laboratotium mikrobiologi.
Keberhasilan dalam pengamatan mikroba ini sangat bergantung pafda bahgaimana kita mensterilakan alat, dan bagaimana komposisi media yang kita buat. Sebab komposisi media juga menentukan tingkat keberhasilan mikroba tersebut tumbuh dalam media. Sehingga kedua hal ini harus benar-benar diperhatikan ketika kita akan membiakkan mikroba didalam laboratorium, sebab jika terkontaminasi sedikit saja, maka kemungkinan gagal akan angat besar.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses sterilisasi dan penyiapan media adalah autoklaf, di mana autoklaf ini biasa dugunakan untuk sterilisasi panas basah dengan memanfaatkan tekanan atmosfir serta uap air yang ada di dalam autoklaf.
2. Sterilisai ada bermacam-macam caranya, yaitu dengan menggunakan panas (panas kering, panas basah, dan pembakaran langsung), atau dengan pasteurisasi dan filtrasi
3. Media untuk dapat mengamati mikroba ada dapat menggunakan media NA (Nutrient Agar) atau PDA (Potato Dextrose Agar).

B. Saran

Agar penjelasan tentang prosedur kerja dalam praktikum ini dapat lebih secara jelas dan terperinci lagi agar tidak terjadi kesalahan dalam membuat laporan.

DAFTAR PUSTAKA


Lay. B. W. 1994. Analisis Mikrobiologi da Laboraorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Muhiddin, 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Haluoleo. Kendari

Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta

Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang

Wesley & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid I. Erlangga. Jakarta

mikrobiologi... pengamantan mikroorganisme




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada mulanya mikroorganisme tidak dianggap perlu untuk dipelajari oleh karena ukurannya yang kecil. Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1623 – 1723), misteri kehidupan mikroorganisme menjadi semakin berkembang. Mikroskop yang ada sekarang sudah jauh lebih canggih dibandingkan dengan yang ditemukan oleh Leeuwenhoek yang hanya dapat membesarkan maksimum 300x. Bahkan mikroskop elektron dapat mengamati sampai ke tingkat organel dari sel
Sebagai salah satu bidang ilmu, Biologi memiliki cabang ilmu yang mempelajari secara mendetail suatu bidang. Salah satunya adalah Mikrobiologi. Mikrobiologi ini merupakan cabang ilmu yang mempelajari segala macam makhluk hidup yang kecil.
Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni micros yang berarti kecil; bios yang berarti hidup; dan logos yang berarti ilmu/pengetahuan. Jadi, dapat dideskripsikan bahwa Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari segala makhluk hidup yang kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang secara kasat.
Pada beberapa dasawarsa terakhir, sel mikroba telah menjadi model yang bermanfaat untuk menelaah proses-proses kehidupan karena sifat keragamannya yang luas, serbaguna dan mudahnya dimanipulasi. Penelaahan mengenai mikroorganisme telah memberikan sumbangan yang besar terhadap apa yang sekarang ini ketahui tentang genetika dan metabolisme. Mikrorganisme telah menjadi pusat perhatian yang kian bertambah karenamereka dpat membantu memecahkan beberapa permasalahan manusia yang paling rumit, sebagian besar di antaranya disebabkan oleh persaingan dalam pemanfaatan sumber-sumber daya yang terbatas jumlahnya dan persaingan akan ruang. Pencegahan penyakit yang merupakan fokus awal Mikrobiologi, telah digunakan dalam pengendalian penyakit cacar dan rabies, dan sampai kini tetap merupakan fokus utama.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan praktikum yang berjudul “Pengenalan dan Pengamatan Mikroorganisme dengan Mikroskop”.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Dapat menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.
2. Dapat mengenal beberapa contoh mikroorganisme.
3. Dapat melakukan penyiapan preparasi pengamatan mikroskopik dengan baik dan benar.
4. Dapat memahami cara penanganan dan perawatan mikroskop setelah selesai digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan sumber iluminasi yang dipakai dikenal dua kelompok utama mikrosokop yaitu, mikroskop cahaya dan mikrosokop elektron. Mikroskop cahaya menggunakan gelombang cahaya sebagai sumber iluminasinya, tergolong ke dalamnya adalah mikroskop medan terang (brigfield), medan gelap (dark field), kontras fase (phase contrast) dan pendar fluor (fluorescence). Di pihak lain, mikroskop elektron menggunakan elektron untuk iluminasinya. Ada dua macam mikroskop elektron yaitu tipe transmisi dan tipe payar (scanning) (Hadioetomo, 1993: 5).
Sebegitu jauh bakteri yang paling banyak menyusun flora normal air susu tergolong ke dalam suku Lactobacillaceae dan Streptococcaceae. Organisme dalam suku-suku ini sering disebut bakteri asam laktat. Bakteri ini adalah batang atau kokus gram-positif, tidak bergerak, mikroaerofil atau anaerob. Organisme ini memiliki syarat hara yang agak kompleks, dan semuanya memerlukan berbagai jumlah asam amino atau vitamin untuk pertumbuhannya. Selain itu, semua bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat yang dapat difermentasi sebagai sumber energi (Volk dkk., 1990: 90).
Phycomycetes darat tidak mempunyai spora motil ataupun gamet motil. Sporanya disebarkan melalui aliran udara. Anggota klasik dalam kelompok ini ialah Rhizopus. Walaupun Rhyzopus stolonifer terkadang menyebabkan roti menjadi bulukan, anggota lain dari genus tersebut bermanfaat bagi manusia. Fungi dikelompokkan menjadi phycomycetes berdasarkan dua kriteria: (1) pembentukan spora di dalam sporangium dan (2) tidak mempeunyai septa (dinding sekat) pada hifa. Agaknya dua kategori tersebut bukan dasar yang memadai untuk menyatakan hubungan kerabatnya (Kimball, 1999: 872).
Mucorales hidup di atas bahan organik yang membusuk, kerap kali bersifat klorofil yaitu mengutamakan feses sebagai substrat. Pada kondisi anaerob pertumbuhan cendawan ini pada umumnya amat kurang dan hanya berlangsung untuk waktu singkat. Dengan menghilangkan oksigen udara maka cendawan beralih keperagian; banyak cendawan dalam keadaan ini membentuk asam laktat atau etanol. Cendawan cendawan ini juga memperlihatkan bentuk pertumbuhan baru. Mucor racemosus dalam keadaan anaerob membentuk misel berkuntup, dan sel-sel mudanya memperbanyak diri dengan cara bertunas. Penyebaran mucor berlangsung amat cepat, karena sporangiospora dibentuk dalam jumlah besar dank arena pertumbuhan cepat dari hifa Rhizopus stolonifer (= R. nigricans) sebagai contoh membentuk perpanjangan atau stolon, yang dapat menghubungkan bagian-bagian yang letaknya berjarak beberapa sentimeter (Schmidt: 187).
Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju; pertum buhan putih seperti bulu pada roti, dan selai basai; jamur dilapangan dan hutan. Kesemua ini merupakan tubuh berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Kapang bersifat filamentus, sedangkan khamir biasanya uniseluler (Pelczar, 1988, 189).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 April 2008, pukul 10.00 Wita – 12.30 Wita, bertempat di Laboratorium Lanjutan Unit Biologi F-MIPA Unhalu.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
No. Nama Alat Fungsi
1.

2.

3.

4.

5.


6.

7.
8.

9.
10. Mikroskop cahaya

Kaca objek

Kaca penutup

Pipet

Botol semprot


Jarum inokulasi (ose)

Lampu bunsen
Pinset

Tissue
Alkohol Untuk melihat benda-benda yang berukuran mikroskopis.
Sebagai tempat untuk meletakkan objek yang akan diamati dengan mikroskop.
Untuk menutup objek yang akan diamati pada kaca objek.
Untuk mengambil cairan dengan volume tertentu.
Untuk membersihkan alat-alat yang akan digunakan dan telah digunakan dalam praktikum.
Untuk mengambil sampel objek tertentu yang akan diamati.
Untuk mensterilkan peralatan praktikum.
Untuk mengambil sampel objek tertentu yang akan diamati.
Untuk membersikan kaca objek
Untuk menstelilkan alat yang akan digunakan

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah roti berjamur, tempe berjamur dan ragi tape sebagai bahan pengamatan mikroorganisme.

C. Prosedur Kerja

- Mencuci dengan air bersih kaca obyek, bila perlu diberi alkohol
- Secara aseptik mengambil sejumlah sel biakan mikroba dari bahan jamur roti, tempe dan ragi secara merata
- Menutup apusan basah dengan kaca penutup (preparat apusan basah).
- Menempatkan preparat di atas meja mikroskop (stage) lalu jepit dengan pemengang preparat.
- Memposisikan lensa obyektif perbesaran 10 x ke preparat.
- Mengatur fokus dengan memutar pengatur fokus kasar dan halus secara hati-hati.
- Mengganti perbesaran dengan lensa obyektif 40 x, 100x dan 400 x.
- Mengatur kembali fokus dengan pengatur fokus halus secara perlahan dan hati-hati.
- Melakukan pengamatan dan mencatat gambar hasil pengamatan (kenali bentuk sel, pergerakan, pertunasan dan lain sebagainya).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan


Jamur Roti (Mucor rouxit)

















Jamur Tempe (Rhyzopus Orizae)















Ragi Tape (Saccaromyces)
















B. Pembahasan

Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme yakni bakteri, protozoa, virus serta algae dan cendawan mikroskopis. Dalam bidang mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini yang dinamakan mikrobe atau protista, dimana adanya ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok mikroorganisme lainnya, pengendaliannya dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahtraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak yang terdapat di lingkungan kita, makanan yang kita konsumsi dan juga menjadi penghuni tubuh kita. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia seperti halnya pembuatan keju, tape dan proses penguraian limbah.
Dari hasil pengamatan pada roti yang telah berjamur, yang mana ditemukan jenis fungi atau cendawan yaitu Mucor rouxit. Roti yang berjamur ini memiliki bagian-bagian seperti, yeastliko growth, miselium, sporangoim dan moldlike growth. Sporangium (kotak spora) memiliki spora-spora yang nantinya akan dikeluarkan dan berkembang menjadi individu baru. Sporangiosfor atau biasa disebut dengan tangkai spora ini adalah suatu strutur yang mendukung sporangium, dimana sporangium terdapat pada ujungnya. Tangkai spora inilah yang membuat jamur pada roti tampak terlihat jelas. Fungi atau cendawan di sini adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Senyawa organik yang menjadi sumber nutrisinya di ambil dari unsur yang terdapat pada roti tersebut.





Sumber : www.doctorfungus.org
Jika dibandingkan dengan gambar di atas, terlihat kurang jelas dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya pengamatan mikroskop dengan menggunakan perbesaran 40 x sehingga tidak terlihat seperti bentuk aslinya.
Pada pengamatan tempe berjamur yakni jenis Rhyzopus Oriza memiliki bagian-bagian seperti zoosporangium, septum dan vegetative hypae. Zoosporangium berbentuk bengkakan yang menyerupai kepala pada ujungnya. Septum terletak di leher zoosporangium yang menghubungkannya dengan vegetative hypae. Struktur ini menembus permukaan tempe dengan tujuan untuk menyerap kandungan organiknya sebagai bahan makanan









Sumber : www.doctorfungus.org
Dari gambar diatas secara morfologi hampir sama dengan bentuk yang dilakukan, hanya bagian akar tidak dapat terlihat. Hal ini disebabkan pengambilan foto kamera digital yang tidak mencakup keseluruhan bentuk morfologi Rhyzopus Oriza sehingga akarnya tidak nampak.
Pada pengamatan ragi tape ditemukan jenis Saccaromyces yang memiliki struktur yang berupa bulatan-bulatan kecil dengan bintik hitam ditengahnya. Bintik-bintik hitam inilah yang disebut balstoporus yaitu suatu struktur yang menyerupai kantung yang didalamnya terdapat spora untuk perkembang biakan. Selain itu juga terdapat pseudomyselium yaitu suatu struktur yang menghubungkan anatara sel yang satu dengan sel yang lainya.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan mikroskop yang tidak teliti serta tidak cermat akan sulit untuk mendapatkan gambar mikroorganisme yang jelas.
2. Mikroorganisme yang berhasil diidentifikasi dari pengamatan ini adalah jenis kapang dan khamir yakni Mucor rouxit, Rhyzopus oriza dan Saccharomyces
3. Penyiapan preparasi yang baik dan benar akan sangat membantu dalam proses pengamatan terutama pada saat pengamatan. Dalam praktikum ini hanya berhail diidentifikasi sebanyak 3 jenis mikroorganisme dari seharusnya 5 jenis yang akan di amati.
B. Saran
Agar praktikum selanjutnya dapat memberikan keterangan yang jelas tentang hasil pengamatan, sehingga kesalahan dalam pembahasan dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kimball, John W. 1999. Biologi Edisi ke Lima. PT Glora Aksara Pratama. Jakarta.

Pelczar, Michael. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

Schmidit, Karin. 1998. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Volk, Wesley A. dan Margaret F. Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

www.doctorfungus.org

dolanan...

ikan mas koki

pengamatan mikroba


retn---untoro mipa biologi
penngamatan mikroba




mikrobiologi... pengamatan mikroba