Jumat, 22 Juli 2011

pengaruh pakan

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi 5
B. Habitat dan Penyebaran 6
C. Kebiasaan Makan Ikan Gurami 7
D. Pakan Ikan Gurami 7
E. Pertumbuhan Ikan Gurami 9
F. Kualitas Air 10
G. Hipotesis 13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat 14
B. Alat dan Bahan 14
C. Prosedur Penelitian 15
D. Rancangan Penelitian 18
E. Variabel yang Diamati 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air 21
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami 23
C. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Gurami 24
D. Nilai Konversi Pakan 28
E. Efisiensi Penggunaan Pakan 30
F. Tingkat Kelangsungan Hidup 32
V. Penutup
A. Simpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN
37
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas dibandingkan dengan daratan. Luas permukaan bumf yang dapat didiami oleh makhluk hidup seluruhnya mencapai 510 juta kilometer persegi yang terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan (Nontji, 2002). Salah satunya adalah perairan air tawar, perairan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat selain untuk memenuhi kebutuhan air minum juga dimanfaatkan masyarakat sebagai areal kolam ikan.
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani akhir—akhir ini semakin meningkat, hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat daging sebagai bahan makanan, sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan juga meningkat. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan mudah didapatkan serta mempunyai nilai gizi yang tinggi (Suyanto, 1990).
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat indonesia sudah lama mengenal ikan gurami, ikan gurami memiliki rasa daging yang gurih dan lezat. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. Namun pertumbuhan Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) lambat dibandingkan dengan ikan budi daya lainnya, karena untuk mencapai ukuran konsumsi dengan berat badan minimal 500 gram dari benih berukuran 1 gram memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari 1 tahun. Pertumbuhan lambat ini menyebabkan orang beranggapan bahwa ikan ini tidak dapat dipelihara secara intensif Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan pemberian pakan berkualitas dalam jumlah yang cukup (Ricky, 2008).
Pada umumnya ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek penting yang dipelajari dalam dunia perikanan, dikarenakan petumbuhan yang menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Apabila ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu merupakan suatu proses biologi dimana banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan maupun faktor dari luar (Reinthal, 2005).
Pakan merupakan salah satu faktor penunjang selama perkembangan budi daya ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) secara intensif, karena pakan merupakan sumber energi dalam pertumbuhan. Untuk menghendaki pertumbuhan ikan gurami yang baik maka harus diberikan sejumlah pakan untuk pemeliharaan tubuhnya. Dalam mengantisipasi kendala tersebut, utamanya masalah pakan perlu diteliti potensi pakan alternatif yang bersumber dari hasil pertanian yang memiliki kandungan nutrisi cukup, untuk dijadikan sebagai pakan ikan gurami (Sitanggang, 1994).
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis pakan terhadap pertumbuhan ikan gurami (osphronemus gouramy, lac.) dalam habitat buatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Tatar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani ikan, khususnya petani ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) tentang pemanfaatan dedak, ampas tahu dan tepung kedelai sebagai pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).
2. Sebagai latihan awal bagi peneliti dalam membudidayakan ikan khususnya ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian meliputi suhu, deerajat keasaaam(pH), dan oksigen terlarut(DO).
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi proses biologi pematangan gonad, pemijahan, penetasan telur dan seluruh kegiatan dalam proses kehidupan ikan seperti pernafasan dan pertumbuhan ikan. Suhu air selama penelitian berkisar 26-28 °C, Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan optimal untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan gurame. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ghufran (2010) suhu yang optimal untuk peertumbuhan ikan gurami adalah berkisar pada suhu 24 ° C -30 ° C.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaam adalah suatu ukuran dari ion hydrogen yang menunjukan kondisi air tersebut apakah bereaksi asam atau basa (Mursalin,2003).derajat keasaman air selama penelitian yaitu 7,0. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarya (2007) bahwa kolam pemeliharaan gurami idealnya memiliki pH netral yaitu antara 6,5-7,5.
3. Oksigen terlarut (DO)
Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan berkisar antara 2,8-3,8 mg/l. Sarwono dan Sitanggang (2007), menyatakan kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk pemeliharaan gurame antara 4-6 mg/l. Walupun kadar DO pada media pemeliharaan di bawah 4 mg/l, ikan gurame tidak mengalami kekurangan oksigen. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI): 01-6485.2-2000, menyatakan bahwa ikan gurame, memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirint yang mulai terbentuk pada umur 18 hari-24 hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas.
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Pertumbuhan mutlak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pertambahan berat ikan pada jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan, dalam hal ini jangka waktu yang dimaksud adalah pengamatan selama penelitian yaitu 42 hari. Pertumbuhan mutlak diperoleh dari hasil penimbangan bobot akhir penelitian yang dikurangi dengan penimbangan bobot awal penelitian. Nilai pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini
Tabel 5. Pertumbuhan Mutlak (gr) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Selama Penelitian Pada Habitat Buatan.
Perlakuan Ulangan (gr) Total (gr)
1 2 3

A (Dedak) 28,068 30,732 16,656 75,456
B (Tepung Kedelai) 24,786 50,232 63,414 138,432
C (Ampas tahu) 55,452 '51,864 53,352 160,668
D (Pellet) 26,004 67,362 59,49 152,856
Sumber:
Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang tertinggi pada perlakuan C (ampas tahu) sebesar 160,778 gr, selanjutnya adalah pada perlakuan D (pellet), kemudian perlakuan B (tepung kedelai), sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan A (dedak) sebesar 75,456 gr.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rancangan acak lengkap, laju pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) diperoleh nilai Fhit sebesar 2,15. sedangkan untuk Ftab pada taraf kepercayaan 95% (F 0,05) adalah 4,07. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Analisis Varians berikut ini :
Tabel 6. Daftar Analisis Varians Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Sumber
Variasi Jumlah
Kuadrat (JK) Derajat
Bebas (db) Kuadrat
Tengah (KT) F hit Ftab
Perlakuan 1498,44053 3 499,481676 2,15 F 0,05
= 4,07
Galat 1854,037824 8 231, 754728
Total 3352,48284 11
Fhit (2,15) < F 0,05; 3,8 (4,07) = HO diterima
Sesuai hasil uji Analisis Varians Rancangan Acak Lengkap penelitian pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh kesimpulan bahwa FhitDengan demikian dapat dikatakan bahwa ke-4 jenis pakan tersebut memberikan efek yang cenderung sama terhadap pertumbuhan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Hal ini bisa terjadi karena selama proses pengamatan dan penelitian ikan tersebut tidak mendapatkan asupan nutrisi tambahan sebagaimana jika ikan tersebut hidup di alam bebas, sehingga sebagian besar sumber energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akiyama (1991) bahwa daya cerna protein hewani lebih baik dari protein nabati, sebab kandungan protein nabati yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya daripada untuk pertumbuhan.
Tentu saja jika ke-4 jenis pakan ini (dedak, tepung kedelai, ampas tabu dan pellet) diberikan di kolam atau di tambak pemeliharaan ikan Gurami pada umumnya ada kemungkinan pakan-pakan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda, hal ini disebabkan ada berbagai asupan sumber nutrisi yang dapat diperoleh secara langsung dari alam, lain halnya jika is berada didalam habitat buatan (akuarium) dimana faktor pengaruh dari luar telah dibatasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Petrus (1999), menyatakan bahwa dalam
menghadapi perubahan kondisi lingkungan dimana organisms dihadapkan pada suatu pilihan yang terbatas, make diperlukan kemampuan adaptasi fisiologis secara optimal untuk mempertahankan atau mencapai kemampuan hidup.






C. Laju Pertumbuhan Spesifik Man Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) adalah persentase pertumbuhan bobot yang dicapai pada suatu waktu tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada





gambar berikut ini :
Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami setiap perlakuan selama penelitian

Berdasarkan hasil analisis varians Rancangan Acak Lengkap antara perlakuan A, B, C, dan D terhadap LPS ikan uji pada Minggu pertama hingga Minggu terakhir menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan gurami. Tetapi hal ini dapat dimaklumi karena berdasarkan pengamatan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Susanto (2002), bahwa ikan gurami adalah salah satu jenis ikan yang pada seat muds tergolong kamivora, dan setelah dewasa bare tergolong herbivore.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada beberapa pakan terjadi fluktuasi pertumbuhan. Namun hal ini dapat dimaklumi, sebagaimana dikemukakan oleh Mujiman (1997) selain faktor makanan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisme, dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup dan persentase pemberian pakan.
Perlakuan A (Dedak) pada Minggu pertama hingga Minggu ke enam mengalami peningkatan, tetapi mengalami penurunan. pada Minggu ke tujuh. Hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu sebesar 73,80%. Dengan tingginya kandungan serat kasar pada pakan ini, maka pakan akan cukup sulit dicerna oleh ikan sehingga tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan. Meskipun terus mengalami peningkatan tetapi kandungan protein yang ada pada dedak juga cukup rendah (11,09%), sebagaimana dikemukakan oleh Khairun dan Sudenda (2002) kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan minimal berkisar anatara 25-30%. Sehingga ketika bobot dan ukuran ikan telah bertambah dimana, turut menuntut adanya pertambahan jumlah kandungan protein dalam pakan ikan untuk terus menunjang pertumbuhan, kandungan protein yang terdapat pada dedak yang digunakan dalam penelitian ini tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebaliknya protein yang ada lebih banyak digunakan untuk perawatan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pada perlakuan B (tepung kedelai), C (ampas tahu) dan D (pellet), cenderung menunjukkan hasil peningkatan dan penurunan yang relatif sama. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2, bahwa pertumbuhan ikan yang diberi pakan tepung kedelai mengalami peningkatan pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga dan selanjutnya menurun pada Minggu ke empat dan berangsur-angsur meningkat lagi pada Minggu ke lima hingga ke tujuh. Meskipun demikian peningkatan yang ditunjukkan tidak terlalu signifikan. Tingginya kandungan protein yang terdapat pada pakan tepung kedelai yaitu sebesar 35,38% turut menghambat pertumbuhan ikan gurami. Sebab meskipun pakan ini memiliki kandungan serat kasar yang sangat rendah (3,28%) sehingga cukup mullah tercerna oleh ikan tetapi kelebihan kandungan protein akan memberikan dampak dimana ikan akan mengalami pertumbuhan yang melambat. Tingginya kandungan protein yang melebihi ambang batas dan toleransi ikan akan turut memperlambat pertumbuhan ikan serta membuat mereka gampang terkena stres (Effendie, 1997).
Perlakuan dengan pemberian pakan ampas tahu sebagaimana di tampilkan pada gambar 2, juga cenderung mengalami fluktuasi laju pertumbuhan spesifik. Pada mingu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifiknya cenderung meningkat, tetapi setelah Minggu keempat hingga Minggu keenam laju pertumbuhan spesifiknya cenderung menurun, meskipun pada Minggu ke tujuh kembali terjadi peningkatan. Hal ini bisa terjadi, karena berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan bahwa kandungan protein dari ampas tahu sangat rendah yaitu 5,29%. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Sebagaimana dapat dijelaskan bahwa pada Minggu pertama penelitian ukuran ikan masih relatif kecil sehingga kandungan protein pada pakan masih memenuhi kebutuhan ikan untuk melakukan perkembangan. Tetapi seining bertambahnya ukuran ikan maka kandungan protein yang ada pada ampas tabu tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ikan, sehingga protein yang ada pada pakan tersebut lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini turut menjadi penyebab menurunnya laju pertumbuhan spesifik pada ikan gurami.
Pada perlakuan D ( pellet) sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, juga cenderung mengalami peningkatan dan penurunan laju pertumbuhan spesifik. Pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifik cenderung meningkat, tetapi menurun pada minggu keempat dan selanjutnya kembali meningkat pada minggu kelima hingga ke tujuh. Hal ini bisa diakibatkan oleh ikan yang masih berusaha beradaptasi terhadap pakan buatan, meskipun pakan ini memiliki kandungan protein yang cukup memadai yaitu 30% dan serat kasar sebesar 4% sehingga akan cukup mudah dicerna oleh ikan. Tetapi selain faktor makanan dan kebiasaan makan ikan, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisms dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup untuk ikan, frekuensi pemberian pakan serta persentase pemberian pakan (Mujiman, 1997).
Berdasarkan grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami menunjukan bahwa pakan dedak cendrung lebih baik peningkatan pertumbuhandi awal-awal penelitian sungguhpun dilihat secara keseluruhan pengamatan, pakan-pakan yang diberi tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun pakan dedak lebih baik atau cocok diberikan pada permulaan pertumbuhan hal ini dapat dilihat pada grafik laju pertumbuhan spesifik ikan.
D. Nilai Konversi Pakan
Nilai konversi pakan adalah jumlah berat makanan yang diperlukan oleh ikan untuk menambah bobot tubuh, dari segi konversi pakan nilai terendah merupakan konversi pakan terbaik. Nilai konversi pakan ikan gurami akan ditampilkan pada gambar berikut ini :
Nilai Konversi Pakan

Dedak Tepung Kedelai Ampas Tahu Pellet
Kelompok Perlakuan
Gambar 3. Histogram nilai konversi pakan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) selama penelitian

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 3, tampak bahwa dedak memiliki nilai konversi pakan tertinggi (44,924), selanjutnya tepung kedelai (26,216), ampas tabu (25,293) dan yang paling rendah adalah pellet (20,803). Hal ini berarti untuk menghasilkan 1 gram daging ikan gurami dibutuhkan 44,924 gram dedak, 26, 216 gram tepung kedelai, 25,293 gram ampas tahu dan 20,803 pellet komersial. Akan tetapi pemberian pakan dengan tepung kedelai., ampas tahu dan pellet belum dapat memperlihatkan hasil yang optimal meskipun nilai konversi pakan yang dihasilkan jauh lebih baik dari pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak.
Tingginya nilai konversi pakan pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak menunujukkan bahwa pakan yang diberikan lebih banyak yang terbuang, hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu 73,80% sehingga pakan sulit dicerna oleh ikan. Nilai konversi pakan yang cenderung rendah pada perlakuan dengan pemberian pakan tepung kedelai, ampas tahu, dan pellet menunjukkan bahwa pakan tersebut layak digunakan dalam pembudidayaan ikan gurami. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumeru (1995) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai konversi pakan yang diberikan berarti pakan yang diberikan hampir habis diamakan dan digunakan untuk pertumbuhan. Sebaliknya apabila konversi pakan lebih besar berarti pakan tersebut kurang optimal untuk pertumbuhan. Sebagaimana dinyatakan pula oleh Tamburaka (2001) bahwa semakin rendah nilai konversi pakan semakin baik pakan tersebut karena semakin sedikit jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan berat tertentu.
E. Efisiensi Penggunaan Pakan
'Efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa besar pakan tersebut dimanfaatkan oleh ikan. Begitupula dalam penelitian ini, efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa efisien pakan tersebut digunakan oleh ikan gurami,karena dengan melihat nilai efisiensi penggunaan pakan kits dapat melihat pakan yang mana, yang cenderung disukai oleh ikan. Sebab semakin tinggi nilai efisiensi suatu pakan menunjukkan bahwa semakin sedikit pakan tersebut yang terbuang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :



Efisiensi Penggunaan Pakan





Gambar 4. Histogram nilai efisiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 4, diketahui bahwa nilai efisiensi penggunaan pakan tertinggi terdapat pada pakan pellet (32,39%), selanjutnya adalah tepung kedelai (12,65%), kemudian ampas tabu (12,45%) dan yang paling rendah adalah dedak (6,97%). Dapat dilihat bahwa pellet merupakan pakan yang paling efisien digunakan hal ini disebabkan kualitas pakan lebih baik, perlu diketahui bahwa pellet yang digunakan adalah pellet komersial dimana kandungan komposisi bahan¬bahanya sudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan dan kualitas pakannya lebih baik. Hal ini didukung oleh pendapat Juwana (1994) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu pakan tergantung pada nilai nutrisi, ukuran partikel dan daya tarik rasa. Lebih lanjut Khairun dan Sudenda (2002) menyatakan bahwa kualitas pakan komersial mengandung keseimbangan dan kelengkapan nutrien yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Pakan tepung kedelai dan ampas tabu lebih efisien dimanfaatkan oleh ikan dari pada dedak, karena kandungan serat kasar pakan lebih rendah sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh ikan. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal ikan hares diberikan pakan dalam jumlah yang cukup yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Selain itu pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap make semakin baik pule kualitas pakan. Kordi (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan pakan yang bersumber dari protein hewani jauh lebih baik daripada pakan yang bersumber dari protein nabati karena lebih mudah dicerna. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat rendahnya efisiensi penggunaan pakan dalam penelitian ini memicu kurang optimalnya pertumbuhan ikan sebagaimana diketahui bahwa ikan Gurami pada fase awal pertumbuhannya lebih bersifat karnivora, dan setelah dewasa barn bersifat herbivore.
Berdasarkan nilai efesiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan gurami menunjukan bahwa pellet menjadi pakan yang paling tertinggi tingat keefesienannya dikarenakan, pellet memiliki bentuk struktur yang tidak mudah larut dalam air Berta terapung sedangkan pakan yang lain memiliki struktur yang mudah hancur bahkan menggendap sesaat setelah ditaburkan dalam wadah pengamatan.
F. Tingkat Kelangsungan Hidup
Rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) dengan memberi jenis pakan yang berbeda dalam setiap perlakuan yaitu pelakuan A dedak, perlakuan B tepung kedelai, pelakuan C ampas tahu dan perlakuan D pellet (kontrol).dengan pemberian pakan 2 kali sehari terlihat bahwa kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) diperoleh 100%. Persentase selama penelitian disajikan dalam Tabel berikut ini:
Tabel : Rata-rata kelangsungan Hidup Ikan Gurami (osphronemus gouramy Lac.) Selama penelitian.
Perlakuan Ulangan (%) Rata-rata (%)
1 2 3
Dedak 100 100 100 100
Tepung kedelai 100 100 100 100
Ampas tahu 100 100 100 100
Pellet 100 100 100 100
Rata-rata 100 100 100 100

Tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan, menunjukan bahwa pengaruh pemberian pakan yang berbeda pada ikan gurami tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidupnya, dimana, pada semua perlakuan memberikan rata-rat persentase kelangsungan hidup yang sama yaitu 100%.Tingginya tinggak kelangsuangan hidup benih inak gurami diduga karena terpenuhinya kebutuhan pakan untuk kelangsungan hidup dan kondisi


lingkungan pemeliharaan yang sesuai sehingga kondisi stres selama pemeliharaan dapat terhindarkan. Selain itu juga didukung oleh faktor kualitas air, dimana tiap perlakuan selama penelitian masih berada pads kisaran yang normal untuk kelangsungan hidup dap proses pertumbuhan ikan gurami. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Effendie (1979) bahwa kelangsungan hidup sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan dan kualitas air.
















V. PENUTUP
A. Simpulan
Adapun yang menjadi simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media pemeliharaan benih ikan gurami pada wadah terkontrol dalam penelitian ini dengan pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan gurami selama penelitian.
2. Pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) selama pengamatan dalam penelitian, pakan tidak memberikan perbedaan secara nyata hal ini dilihat dari pertumbuhan ikan yang memberi efek cendrung sama dari jenis pakan yang diberikan pada setiap ulangan.
3. pemberian pakan-pakan tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun dilihat dari laju pertumbuhan spesifik ikan bahwa dedak cocok diberikan pada awal-awal pertumbuhan ikan gurami kemudian dari nilai keefesiensi pakan menunjukan bahwa pellet yang lebih baik dikarenakan pellet untuk menghasilkan 1 gram daging ikan dibutuhkan 20,803 gram pakan pellet, ampas tahu 25,293 gram, tepung kedelai 26,216 gram, dedak 44,924 gram.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Perluadanyapenelitianlanjutmenegenaiperlakuanpemberianjenispakan berbeda ((dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) pada kondisi yang tak terkontrol agar dapat dibandingkan.
2. Perlu dilakukan penelitian jenis pakan yang baik untuk dapat memacu pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac).
































DAFTAR PUSTAKA
Ade, 2009. Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gourami sp). Sumur Bandung
Adelina,1999. Metode Peranacangan Percobaan. Gramedia Pustaka Utama. J akarta.
Akiyama,D.M.,W.G Doming, 1991. Penaeid Shrimp Nutrition for the Comercial Feed Industry. In Proceeding of the Aquaqulture Feed
Processing and Nutrition Workshop. Thailand and Indonesia.
Arie, 2001. Studi Pengurangan Kandungan Tanin pada Limbah Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Cholik dan Sulaiman, 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan — IDRC
Jakarta.
Djokosetiyanto, 2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, D. S. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. Effendie, M. I. 1979.Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
Effendie, M. I.1997. Pengantar Aquakultur.Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendie, M. I.2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metode Peranacangan Percobaan. Armico. Bandung. Ghufran,H. 2010. Membudidayakan Gurami. Lily Publisher. Yogyakarta.
Hardjojo dan Djokosetiyanto2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hattu, 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Huisman, 1976. Prinsip-Prinsip Budi Daya Ikan.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jangkaru, Z. 1999. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Juwana, S. 1994. Peranan Pellet Kering dalam Penelitian Nutrisi Ikan dan Penentuan Kualitas Tehnik Pembuatan Pellet.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khairuman, A dan D. Sudenda. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurami Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kordi, K.M.G.H., 2007. Pakan Gurami: nutrisi, Formulasi, Pembuatan, Pemberian. Aneka Ilmu. Semarang.
Lovell, 1980 dalam Mokoginto, 2009. Kobutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac) untuk'Pertumbuhan dan Reproduksi. IPB. Bogor
Mahmud, A. 2001. Habitat Baru Ikan Nila gift (oreochromis sp.). Kanisius. Yogyakarta.
Mujiman, A. 1997. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakata.
Mokoginta,I., 1995. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) untuk Pertumbuhan dan Reproduksi.Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nontji, 2002. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Pescod, 1973. Budidaya Gurami, Agromedia Pustaka. Jakarta.
Puspowardoyo, H dan A Siregar, 1992. Budidaya Gurami Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Reinthal, 2011. Ichtyology. phttp://eebweb. arizona. edu/couses/ eco1482-582/ lecture- I -2011-6.pdf
Ricky, 2008. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Penebar Swadaya, Jakarta: 2008.
Robert, 1992. Systematic Revision of The Souteasth Asian Anabantoid Fish Genus Osphronemus, with Description of Two New Species. Ichthyol Explor, Freshwater, 2(4) : 351 – 360.
Ruspitawati3O. 1996. Pengaruh Perbedaan Kandungan Vitamin Mix dalam Makanan Berkadar Mineral mix 2, 98% Terhadap Pertumbuhan Gurami (Osphoonemus Gouramy).IPB. Bandung.
Saanin,1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sari Gendro Sasi, 2009. Budidaya Pertanian Dan Peternakan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Sastra Hudaya Jakarta: 2008.
Sarwono, dan Sitanggang, 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitanggang, M. 1994. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Stickney, (1994) dalam Mursalin , (2002) . Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Teknologi Tepat Guna Mentri Negara Riset dan Teknologi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Jakarta
Sumeru, 1995. Budidaya Ikan Gurami. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarya, U.P., 2007. Guramy soang. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H,.1999. Budidaya Gurame. Kanisius. Yogyakarta.
2002. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta Suyanto, 1990. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tamburaka, T. W. 2001. Pengaruh Dosis Vitamin C pads Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Man Gurami (Osphronemus gouramy lac.). Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.

pengaruh pakan

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi 5
B. Habitat dan Penyebaran 6
C. Kebiasaan Makan Ikan Gurami 7
D. Pakan Ikan Gurami 7
E. Pertumbuhan Ikan Gurami 9
F. Kualitas Air 10
G. Hipotesis 13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat 14
B. Alat dan Bahan 14
C. Prosedur Penelitian 15
D. Rancangan Penelitian 18
E. Variabel yang Diamati 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air 21
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami 23
C. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Gurami 24
D. Nilai Konversi Pakan 28
E. Efisiensi Penggunaan Pakan 30
F. Tingkat Kelangsungan Hidup 32
V. Penutup
A. Simpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN
37
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas dibandingkan dengan daratan. Luas permukaan bumf yang dapat didiami oleh makhluk hidup seluruhnya mencapai 510 juta kilometer persegi yang terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan (Nontji, 2002). Salah satunya adalah perairan air tawar, perairan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat selain untuk memenuhi kebutuhan air minum juga dimanfaatkan masyarakat sebagai areal kolam ikan.
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani akhir—akhir ini semakin meningkat, hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat daging sebagai bahan makanan, sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan juga meningkat. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan mudah didapatkan serta mempunyai nilai gizi yang tinggi (Suyanto, 1990).
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat indonesia sudah lama mengenal ikan gurami, ikan gurami memiliki rasa daging yang gurih dan lezat. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. Namun pertumbuhan Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) lambat dibandingkan dengan ikan budi daya lainnya, karena untuk mencapai ukuran konsumsi dengan berat badan minimal 500 gram dari benih berukuran 1 gram memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari 1 tahun. Pertumbuhan lambat ini menyebabkan orang beranggapan bahwa ikan ini tidak dapat dipelihara secara intensif Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan pemberian pakan berkualitas dalam jumlah yang cukup (Ricky, 2008).
Pada umumnya ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek penting yang dipelajari dalam dunia perikanan, dikarenakan petumbuhan yang menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Apabila ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu merupakan suatu proses biologi dimana banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan maupun faktor dari luar (Reinthal, 2005).
Pakan merupakan salah satu faktor penunjang selama perkembangan budi daya ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) secara intensif, karena pakan merupakan sumber energi dalam pertumbuhan. Untuk menghendaki pertumbuhan ikan gurami yang baik maka harus diberikan sejumlah pakan untuk pemeliharaan tubuhnya. Dalam mengantisipasi kendala tersebut, utamanya masalah pakan perlu diteliti potensi pakan alternatif yang bersumber dari hasil pertanian yang memiliki kandungan nutrisi cukup, untuk dijadikan sebagai pakan ikan gurami (Sitanggang, 1994).
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis pakan terhadap pertumbuhan ikan gurami (osphronemus gouramy, lac.) dalam habitat buatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Tatar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani ikan, khususnya petani ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) tentang pemanfaatan dedak, ampas tahu dan tepung kedelai sebagai pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).
2. Sebagai latihan awal bagi peneliti dalam membudidayakan ikan khususnya ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian meliputi suhu, deerajat keasaaam(pH), dan oksigen terlarut(DO).
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi proses biologi pematangan gonad, pemijahan, penetasan telur dan seluruh kegiatan dalam proses kehidupan ikan seperti pernafasan dan pertumbuhan ikan. Suhu air selama penelitian berkisar 26-28 °C, Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan optimal untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan gurame. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ghufran (2010) suhu yang optimal untuk peertumbuhan ikan gurami adalah berkisar pada suhu 24 ° C -30 ° C.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaam adalah suatu ukuran dari ion hydrogen yang menunjukan kondisi air tersebut apakah bereaksi asam atau basa (Mursalin,2003).derajat keasaman air selama penelitian yaitu 7,0. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarya (2007) bahwa kolam pemeliharaan gurami idealnya memiliki pH netral yaitu antara 6,5-7,5.
3. Oksigen terlarut (DO)
Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan berkisar antara 2,8-3,8 mg/l. Sarwono dan Sitanggang (2007), menyatakan kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk pemeliharaan gurame antara 4-6 mg/l. Walupun kadar DO pada media pemeliharaan di bawah 4 mg/l, ikan gurame tidak mengalami kekurangan oksigen. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI): 01-6485.2-2000, menyatakan bahwa ikan gurame, memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirint yang mulai terbentuk pada umur 18 hari-24 hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas.
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Pertumbuhan mutlak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pertambahan berat ikan pada jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan, dalam hal ini jangka waktu yang dimaksud adalah pengamatan selama penelitian yaitu 42 hari. Pertumbuhan mutlak diperoleh dari hasil penimbangan bobot akhir penelitian yang dikurangi dengan penimbangan bobot awal penelitian. Nilai pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini
Tabel 5. Pertumbuhan Mutlak (gr) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Selama Penelitian Pada Habitat Buatan.
Perlakuan Ulangan (gr) Total (gr)
1 2 3

A (Dedak) 28,068 30,732 16,656 75,456
B (Tepung Kedelai) 24,786 50,232 63,414 138,432
C (Ampas tahu) 55,452 '51,864 53,352 160,668
D (Pellet) 26,004 67,362 59,49 152,856
Sumber:
Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang tertinggi pada perlakuan C (ampas tahu) sebesar 160,778 gr, selanjutnya adalah pada perlakuan D (pellet), kemudian perlakuan B (tepung kedelai), sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan A (dedak) sebesar 75,456 gr.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rancangan acak lengkap, laju pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) diperoleh nilai Fhit sebesar 2,15. sedangkan untuk Ftab pada taraf kepercayaan 95% (F 0,05) adalah 4,07. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Analisis Varians berikut ini :
Tabel 6. Daftar Analisis Varians Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Sumber
Variasi Jumlah
Kuadrat (JK) Derajat
Bebas (db) Kuadrat
Tengah (KT) F hit Ftab
Perlakuan 1498,44053 3 499,481676 2,15 F 0,05
= 4,07
Galat 1854,037824 8 231, 754728
Total 3352,48284 11
Fhit (2,15) < F 0,05; 3,8 (4,07) = HO diterima
Sesuai hasil uji Analisis Varians Rancangan Acak Lengkap penelitian pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh kesimpulan bahwa FhitDengan demikian dapat dikatakan bahwa ke-4 jenis pakan tersebut memberikan efek yang cenderung sama terhadap pertumbuhan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Hal ini bisa terjadi karena selama proses pengamatan dan penelitian ikan tersebut tidak mendapatkan asupan nutrisi tambahan sebagaimana jika ikan tersebut hidup di alam bebas, sehingga sebagian besar sumber energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akiyama (1991) bahwa daya cerna protein hewani lebih baik dari protein nabati, sebab kandungan protein nabati yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya daripada untuk pertumbuhan.
Tentu saja jika ke-4 jenis pakan ini (dedak, tepung kedelai, ampas tabu dan pellet) diberikan di kolam atau di tambak pemeliharaan ikan Gurami pada umumnya ada kemungkinan pakan-pakan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda, hal ini disebabkan ada berbagai asupan sumber nutrisi yang dapat diperoleh secara langsung dari alam, lain halnya jika is berada didalam habitat buatan (akuarium) dimana faktor pengaruh dari luar telah dibatasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Petrus (1999), menyatakan bahwa dalam
menghadapi perubahan kondisi lingkungan dimana organisms dihadapkan pada suatu pilihan yang terbatas, make diperlukan kemampuan adaptasi fisiologis secara optimal untuk mempertahankan atau mencapai kemampuan hidup.






C. Laju Pertumbuhan Spesifik Man Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) adalah persentase pertumbuhan bobot yang dicapai pada suatu waktu tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada





gambar berikut ini :
Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami setiap perlakuan selama penelitian

Berdasarkan hasil analisis varians Rancangan Acak Lengkap antara perlakuan A, B, C, dan D terhadap LPS ikan uji pada Minggu pertama hingga Minggu terakhir menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan gurami. Tetapi hal ini dapat dimaklumi karena berdasarkan pengamatan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Susanto (2002), bahwa ikan gurami adalah salah satu jenis ikan yang pada seat muds tergolong kamivora, dan setelah dewasa bare tergolong herbivore.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada beberapa pakan terjadi fluktuasi pertumbuhan. Namun hal ini dapat dimaklumi, sebagaimana dikemukakan oleh Mujiman (1997) selain faktor makanan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisme, dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup dan persentase pemberian pakan.
Perlakuan A (Dedak) pada Minggu pertama hingga Minggu ke enam mengalami peningkatan, tetapi mengalami penurunan. pada Minggu ke tujuh. Hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu sebesar 73,80%. Dengan tingginya kandungan serat kasar pada pakan ini, maka pakan akan cukup sulit dicerna oleh ikan sehingga tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan. Meskipun terus mengalami peningkatan tetapi kandungan protein yang ada pada dedak juga cukup rendah (11,09%), sebagaimana dikemukakan oleh Khairun dan Sudenda (2002) kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan minimal berkisar anatara 25-30%. Sehingga ketika bobot dan ukuran ikan telah bertambah dimana, turut menuntut adanya pertambahan jumlah kandungan protein dalam pakan ikan untuk terus menunjang pertumbuhan, kandungan protein yang terdapat pada dedak yang digunakan dalam penelitian ini tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebaliknya protein yang ada lebih banyak digunakan untuk perawatan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pada perlakuan B (tepung kedelai), C (ampas tahu) dan D (pellet), cenderung menunjukkan hasil peningkatan dan penurunan yang relatif sama. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2, bahwa pertumbuhan ikan yang diberi pakan tepung kedelai mengalami peningkatan pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga dan selanjutnya menurun pada Minggu ke empat dan berangsur-angsur meningkat lagi pada Minggu ke lima hingga ke tujuh. Meskipun demikian peningkatan yang ditunjukkan tidak terlalu signifikan. Tingginya kandungan protein yang terdapat pada pakan tepung kedelai yaitu sebesar 35,38% turut menghambat pertumbuhan ikan gurami. Sebab meskipun pakan ini memiliki kandungan serat kasar yang sangat rendah (3,28%) sehingga cukup mullah tercerna oleh ikan tetapi kelebihan kandungan protein akan memberikan dampak dimana ikan akan mengalami pertumbuhan yang melambat. Tingginya kandungan protein yang melebihi ambang batas dan toleransi ikan akan turut memperlambat pertumbuhan ikan serta membuat mereka gampang terkena stres (Effendie, 1997).
Perlakuan dengan pemberian pakan ampas tahu sebagaimana di tampilkan pada gambar 2, juga cenderung mengalami fluktuasi laju pertumbuhan spesifik. Pada mingu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifiknya cenderung meningkat, tetapi setelah Minggu keempat hingga Minggu keenam laju pertumbuhan spesifiknya cenderung menurun, meskipun pada Minggu ke tujuh kembali terjadi peningkatan. Hal ini bisa terjadi, karena berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan bahwa kandungan protein dari ampas tahu sangat rendah yaitu 5,29%. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Sebagaimana dapat dijelaskan bahwa pada Minggu pertama penelitian ukuran ikan masih relatif kecil sehingga kandungan protein pada pakan masih memenuhi kebutuhan ikan untuk melakukan perkembangan. Tetapi seining bertambahnya ukuran ikan maka kandungan protein yang ada pada ampas tabu tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ikan, sehingga protein yang ada pada pakan tersebut lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini turut menjadi penyebab menurunnya laju pertumbuhan spesifik pada ikan gurami.
Pada perlakuan D ( pellet) sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, juga cenderung mengalami peningkatan dan penurunan laju pertumbuhan spesifik. Pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifik cenderung meningkat, tetapi menurun pada minggu keempat dan selanjutnya kembali meningkat pada minggu kelima hingga ke tujuh. Hal ini bisa diakibatkan oleh ikan yang masih berusaha beradaptasi terhadap pakan buatan, meskipun pakan ini memiliki kandungan protein yang cukup memadai yaitu 30% dan serat kasar sebesar 4% sehingga akan cukup mudah dicerna oleh ikan. Tetapi selain faktor makanan dan kebiasaan makan ikan, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisms dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup untuk ikan, frekuensi pemberian pakan serta persentase pemberian pakan (Mujiman, 1997).
Berdasarkan grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami menunjukan bahwa pakan dedak cendrung lebih baik peningkatan pertumbuhandi awal-awal penelitian sungguhpun dilihat secara keseluruhan pengamatan, pakan-pakan yang diberi tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun pakan dedak lebih baik atau cocok diberikan pada permulaan pertumbuhan hal ini dapat dilihat pada grafik laju pertumbuhan spesifik ikan.
D. Nilai Konversi Pakan
Nilai konversi pakan adalah jumlah berat makanan yang diperlukan oleh ikan untuk menambah bobot tubuh, dari segi konversi pakan nilai terendah merupakan konversi pakan terbaik. Nilai konversi pakan ikan gurami akan ditampilkan pada gambar berikut ini :
Nilai Konversi Pakan

Dedak Tepung Kedelai Ampas Tahu Pellet
Kelompok Perlakuan
Gambar 3. Histogram nilai konversi pakan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) selama penelitian

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 3, tampak bahwa dedak memiliki nilai konversi pakan tertinggi (44,924), selanjutnya tepung kedelai (26,216), ampas tabu (25,293) dan yang paling rendah adalah pellet (20,803). Hal ini berarti untuk menghasilkan 1 gram daging ikan gurami dibutuhkan 44,924 gram dedak, 26, 216 gram tepung kedelai, 25,293 gram ampas tahu dan 20,803 pellet komersial. Akan tetapi pemberian pakan dengan tepung kedelai., ampas tahu dan pellet belum dapat memperlihatkan hasil yang optimal meskipun nilai konversi pakan yang dihasilkan jauh lebih baik dari pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak.
Tingginya nilai konversi pakan pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak menunujukkan bahwa pakan yang diberikan lebih banyak yang terbuang, hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu 73,80% sehingga pakan sulit dicerna oleh ikan. Nilai konversi pakan yang cenderung rendah pada perlakuan dengan pemberian pakan tepung kedelai, ampas tahu, dan pellet menunjukkan bahwa pakan tersebut layak digunakan dalam pembudidayaan ikan gurami. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumeru (1995) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai konversi pakan yang diberikan berarti pakan yang diberikan hampir habis diamakan dan digunakan untuk pertumbuhan. Sebaliknya apabila konversi pakan lebih besar berarti pakan tersebut kurang optimal untuk pertumbuhan. Sebagaimana dinyatakan pula oleh Tamburaka (2001) bahwa semakin rendah nilai konversi pakan semakin baik pakan tersebut karena semakin sedikit jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan berat tertentu.
E. Efisiensi Penggunaan Pakan
'Efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa besar pakan tersebut dimanfaatkan oleh ikan. Begitupula dalam penelitian ini, efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa efisien pakan tersebut digunakan oleh ikan gurami,karena dengan melihat nilai efisiensi penggunaan pakan kits dapat melihat pakan yang mana, yang cenderung disukai oleh ikan. Sebab semakin tinggi nilai efisiensi suatu pakan menunjukkan bahwa semakin sedikit pakan tersebut yang terbuang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :



Efisiensi Penggunaan Pakan





Gambar 4. Histogram nilai efisiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 4, diketahui bahwa nilai efisiensi penggunaan pakan tertinggi terdapat pada pakan pellet (32,39%), selanjutnya adalah tepung kedelai (12,65%), kemudian ampas tabu (12,45%) dan yang paling rendah adalah dedak (6,97%). Dapat dilihat bahwa pellet merupakan pakan yang paling efisien digunakan hal ini disebabkan kualitas pakan lebih baik, perlu diketahui bahwa pellet yang digunakan adalah pellet komersial dimana kandungan komposisi bahan¬bahanya sudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan dan kualitas pakannya lebih baik. Hal ini didukung oleh pendapat Juwana (1994) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu pakan tergantung pada nilai nutrisi, ukuran partikel dan daya tarik rasa. Lebih lanjut Khairun dan Sudenda (2002) menyatakan bahwa kualitas pakan komersial mengandung keseimbangan dan kelengkapan nutrien yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Pakan tepung kedelai dan ampas tabu lebih efisien dimanfaatkan oleh ikan dari pada dedak, karena kandungan serat kasar pakan lebih rendah sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh ikan. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal ikan hares diberikan pakan dalam jumlah yang cukup yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Selain itu pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap make semakin baik pule kualitas pakan. Kordi (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan pakan yang bersumber dari protein hewani jauh lebih baik daripada pakan yang bersumber dari protein nabati karena lebih mudah dicerna. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat rendahnya efisiensi penggunaan pakan dalam penelitian ini memicu kurang optimalnya pertumbuhan ikan sebagaimana diketahui bahwa ikan Gurami pada fase awal pertumbuhannya lebih bersifat karnivora, dan setelah dewasa barn bersifat herbivore.
Berdasarkan nilai efesiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan gurami menunjukan bahwa pellet menjadi pakan yang paling tertinggi tingat keefesienannya dikarenakan, pellet memiliki bentuk struktur yang tidak mudah larut dalam air Berta terapung sedangkan pakan yang lain memiliki struktur yang mudah hancur bahkan menggendap sesaat setelah ditaburkan dalam wadah pengamatan.
F. Tingkat Kelangsungan Hidup
Rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) dengan memberi jenis pakan yang berbeda dalam setiap perlakuan yaitu pelakuan A dedak, perlakuan B tepung kedelai, pelakuan C ampas tahu dan perlakuan D pellet (kontrol).dengan pemberian pakan 2 kali sehari terlihat bahwa kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) diperoleh 100%. Persentase selama penelitian disajikan dalam Tabel berikut ini:
Tabel : Rata-rata kelangsungan Hidup Ikan Gurami (osphronemus gouramy Lac.) Selama penelitian.
Perlakuan Ulangan (%) Rata-rata (%)
1 2 3
Dedak 100 100 100 100
Tepung kedelai 100 100 100 100
Ampas tahu 100 100 100 100
Pellet 100 100 100 100
Rata-rata 100 100 100 100

Tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan, menunjukan bahwa pengaruh pemberian pakan yang berbeda pada ikan gurami tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidupnya, dimana, pada semua perlakuan memberikan rata-rat persentase kelangsungan hidup yang sama yaitu 100%.Tingginya tinggak kelangsuangan hidup benih inak gurami diduga karena terpenuhinya kebutuhan pakan untuk kelangsungan hidup dan kondisi


lingkungan pemeliharaan yang sesuai sehingga kondisi stres selama pemeliharaan dapat terhindarkan. Selain itu juga didukung oleh faktor kualitas air, dimana tiap perlakuan selama penelitian masih berada pads kisaran yang normal untuk kelangsungan hidup dap proses pertumbuhan ikan gurami. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Effendie (1979) bahwa kelangsungan hidup sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan dan kualitas air.
















V. PENUTUP
A. Simpulan
Adapun yang menjadi simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media pemeliharaan benih ikan gurami pada wadah terkontrol dalam penelitian ini dengan pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan gurami selama penelitian.
2. Pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) selama pengamatan dalam penelitian, pakan tidak memberikan perbedaan secara nyata hal ini dilihat dari pertumbuhan ikan yang memberi efek cendrung sama dari jenis pakan yang diberikan pada setiap ulangan.
3. pemberian pakan-pakan tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun dilihat dari laju pertumbuhan spesifik ikan bahwa dedak cocok diberikan pada awal-awal pertumbuhan ikan gurami kemudian dari nilai keefesiensi pakan menunjukan bahwa pellet yang lebih baik dikarenakan pellet untuk menghasilkan 1 gram daging ikan dibutuhkan 20,803 gram pakan pellet, ampas tahu 25,293 gram, tepung kedelai 26,216 gram, dedak 44,924 gram.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Perluadanyapenelitianlanjutmenegenaiperlakuanpemberianjenispakan berbeda ((dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) pada kondisi yang tak terkontrol agar dapat dibandingkan.
2. Perlu dilakukan penelitian jenis pakan yang baik untuk dapat memacu pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac).
































DAFTAR PUSTAKA
Ade, 2009. Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gourami sp). Sumur Bandung
Adelina,1999. Metode Peranacangan Percobaan. Gramedia Pustaka Utama. J akarta.
Akiyama,D.M.,W.G Doming, 1991. Penaeid Shrimp Nutrition for the Comercial Feed Industry. In Proceeding of the Aquaqulture Feed
Processing and Nutrition Workshop. Thailand and Indonesia.
Arie, 2001. Studi Pengurangan Kandungan Tanin pada Limbah Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Cholik dan Sulaiman, 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan — IDRC
Jakarta.
Djokosetiyanto, 2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, D. S. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. Effendie, M. I. 1979.Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
Effendie, M. I.1997. Pengantar Aquakultur.Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendie, M. I.2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metode Peranacangan Percobaan. Armico. Bandung. Ghufran,H. 2010. Membudidayakan Gurami. Lily Publisher. Yogyakarta.
Hardjojo dan Djokosetiyanto2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hattu, 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Huisman, 1976. Prinsip-Prinsip Budi Daya Ikan.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jangkaru, Z. 1999. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Juwana, S. 1994. Peranan Pellet Kering dalam Penelitian Nutrisi Ikan dan Penentuan Kualitas Tehnik Pembuatan Pellet.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khairuman, A dan D. Sudenda. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurami Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kordi, K.M.G.H., 2007. Pakan Gurami: nutrisi, Formulasi, Pembuatan, Pemberian. Aneka Ilmu. Semarang.
Lovell, 1980 dalam Mokoginto, 2009. Kobutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac) untuk'Pertumbuhan dan Reproduksi. IPB. Bogor
Mahmud, A. 2001. Habitat Baru Ikan Nila gift (oreochromis sp.). Kanisius. Yogyakarta.
Mujiman, A. 1997. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakata.
Mokoginta,I., 1995. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) untuk Pertumbuhan dan Reproduksi.Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nontji, 2002. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Pescod, 1973. Budidaya Gurami, Agromedia Pustaka. Jakarta.
Puspowardoyo, H dan A Siregar, 1992. Budidaya Gurami Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Reinthal, 2011. Ichtyology. phttp://eebweb. arizona. edu/couses/ eco1482-582/ lecture- I -2011-6.pdf
Ricky, 2008. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Penebar Swadaya, Jakarta: 2008.
Robert, 1992. Systematic Revision of The Souteasth Asian Anabantoid Fish Genus Osphronemus, with Description of Two New Species. Ichthyol Explor, Freshwater, 2(4) : 351 – 360.
Ruspitawati3O. 1996. Pengaruh Perbedaan Kandungan Vitamin Mix dalam Makanan Berkadar Mineral mix 2, 98% Terhadap Pertumbuhan Gurami (Osphoonemus Gouramy).IPB. Bandung.
Saanin,1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sari Gendro Sasi, 2009. Budidaya Pertanian Dan Peternakan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Sastra Hudaya Jakarta: 2008.
Sarwono, dan Sitanggang, 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitanggang, M. 1994. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Stickney, (1994) dalam Mursalin , (2002) . Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Teknologi Tepat Guna Mentri Negara Riset dan Teknologi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Jakarta
Sumeru, 1995. Budidaya Ikan Gurami. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarya, U.P., 2007. Guramy soang. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H,.1999. Budidaya Gurame. Kanisius. Yogyakarta.
2002. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta Suyanto, 1990. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tamburaka, T. W. 2001. Pengaruh Dosis Vitamin C pads Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Man Gurami (Osphronemus gouramy lac.). Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.

pengaruh pakan

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi 5
B. Habitat dan Penyebaran 6
C. Kebiasaan Makan Ikan Gurami 7
D. Pakan Ikan Gurami 7
E. Pertumbuhan Ikan Gurami 9
F. Kualitas Air 10
G. Hipotesis 13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat 14
B. Alat dan Bahan 14
C. Prosedur Penelitian 15
D. Rancangan Penelitian 18
E. Variabel yang Diamati 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air 21
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami 23
C. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Gurami 24
D. Nilai Konversi Pakan 28
E. Efisiensi Penggunaan Pakan 30
F. Tingkat Kelangsungan Hidup 32
V. Penutup
A. Simpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN
37
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas dibandingkan dengan daratan. Luas permukaan bumf yang dapat didiami oleh makhluk hidup seluruhnya mencapai 510 juta kilometer persegi yang terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan (Nontji, 2002). Salah satunya adalah perairan air tawar, perairan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat selain untuk memenuhi kebutuhan air minum juga dimanfaatkan masyarakat sebagai areal kolam ikan.
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani akhir—akhir ini semakin meningkat, hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat daging sebagai bahan makanan, sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan juga meningkat. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan mudah didapatkan serta mempunyai nilai gizi yang tinggi (Suyanto, 1990).
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat indonesia sudah lama mengenal ikan gurami, ikan gurami memiliki rasa daging yang gurih dan lezat. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. Namun pertumbuhan Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) lambat dibandingkan dengan ikan budi daya lainnya, karena untuk mencapai ukuran konsumsi dengan berat badan minimal 500 gram dari benih berukuran 1 gram memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari 1 tahun. Pertumbuhan lambat ini menyebabkan orang beranggapan bahwa ikan ini tidak dapat dipelihara secara intensif Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan pemberian pakan berkualitas dalam jumlah yang cukup (Ricky, 2008).
Pada umumnya ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek penting yang dipelajari dalam dunia perikanan, dikarenakan petumbuhan yang menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Apabila ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu merupakan suatu proses biologi dimana banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan maupun faktor dari luar (Reinthal, 2005).
Pakan merupakan salah satu faktor penunjang selama perkembangan budi daya ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) secara intensif, karena pakan merupakan sumber energi dalam pertumbuhan. Untuk menghendaki pertumbuhan ikan gurami yang baik maka harus diberikan sejumlah pakan untuk pemeliharaan tubuhnya. Dalam mengantisipasi kendala tersebut, utamanya masalah pakan perlu diteliti potensi pakan alternatif yang bersumber dari hasil pertanian yang memiliki kandungan nutrisi cukup, untuk dijadikan sebagai pakan ikan gurami (Sitanggang, 1994).
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis pakan terhadap pertumbuhan ikan gurami (osphronemus gouramy, lac.) dalam habitat buatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Tatar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani ikan, khususnya petani ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) tentang pemanfaatan dedak, ampas tahu dan tepung kedelai sebagai pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).
2. Sebagai latihan awal bagi peneliti dalam membudidayakan ikan khususnya ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian meliputi suhu, deerajat keasaaam(pH), dan oksigen terlarut(DO).
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi proses biologi pematangan gonad, pemijahan, penetasan telur dan seluruh kegiatan dalam proses kehidupan ikan seperti pernafasan dan pertumbuhan ikan. Suhu air selama penelitian berkisar 26-28 °C, Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan optimal untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan gurame. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ghufran (2010) suhu yang optimal untuk peertumbuhan ikan gurami adalah berkisar pada suhu 24 ° C -30 ° C.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaam adalah suatu ukuran dari ion hydrogen yang menunjukan kondisi air tersebut apakah bereaksi asam atau basa (Mursalin,2003).derajat keasaman air selama penelitian yaitu 7,0. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarya (2007) bahwa kolam pemeliharaan gurami idealnya memiliki pH netral yaitu antara 6,5-7,5.
3. Oksigen terlarut (DO)
Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan berkisar antara 2,8-3,8 mg/l. Sarwono dan Sitanggang (2007), menyatakan kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk pemeliharaan gurame antara 4-6 mg/l. Walupun kadar DO pada media pemeliharaan di bawah 4 mg/l, ikan gurame tidak mengalami kekurangan oksigen. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI): 01-6485.2-2000, menyatakan bahwa ikan gurame, memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirint yang mulai terbentuk pada umur 18 hari-24 hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas.
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Pertumbuhan mutlak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pertambahan berat ikan pada jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan, dalam hal ini jangka waktu yang dimaksud adalah pengamatan selama penelitian yaitu 42 hari. Pertumbuhan mutlak diperoleh dari hasil penimbangan bobot akhir penelitian yang dikurangi dengan penimbangan bobot awal penelitian. Nilai pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini
Tabel 5. Pertumbuhan Mutlak (gr) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Selama Penelitian Pada Habitat Buatan.
Perlakuan Ulangan (gr) Total (gr)
1 2 3

A (Dedak) 28,068 30,732 16,656 75,456
B (Tepung Kedelai) 24,786 50,232 63,414 138,432
C (Ampas tahu) 55,452 '51,864 53,352 160,668
D (Pellet) 26,004 67,362 59,49 152,856
Sumber:
Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang tertinggi pada perlakuan C (ampas tahu) sebesar 160,778 gr, selanjutnya adalah pada perlakuan D (pellet), kemudian perlakuan B (tepung kedelai), sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan A (dedak) sebesar 75,456 gr.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rancangan acak lengkap, laju pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) diperoleh nilai Fhit sebesar 2,15. sedangkan untuk Ftab pada taraf kepercayaan 95% (F 0,05) adalah 4,07. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Analisis Varians berikut ini :
Tabel 6. Daftar Analisis Varians Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Sumber
Variasi Jumlah
Kuadrat (JK) Derajat
Bebas (db) Kuadrat
Tengah (KT) F hit Ftab
Perlakuan 1498,44053 3 499,481676 2,15 F 0,05
= 4,07
Galat 1854,037824 8 231, 754728
Total 3352,48284 11
Fhit (2,15) < F 0,05; 3,8 (4,07) = HO diterima
Sesuai hasil uji Analisis Varians Rancangan Acak Lengkap penelitian pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh kesimpulan bahwa FhitDengan demikian dapat dikatakan bahwa ke-4 jenis pakan tersebut memberikan efek yang cenderung sama terhadap pertumbuhan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Hal ini bisa terjadi karena selama proses pengamatan dan penelitian ikan tersebut tidak mendapatkan asupan nutrisi tambahan sebagaimana jika ikan tersebut hidup di alam bebas, sehingga sebagian besar sumber energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akiyama (1991) bahwa daya cerna protein hewani lebih baik dari protein nabati, sebab kandungan protein nabati yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya daripada untuk pertumbuhan.
Tentu saja jika ke-4 jenis pakan ini (dedak, tepung kedelai, ampas tabu dan pellet) diberikan di kolam atau di tambak pemeliharaan ikan Gurami pada umumnya ada kemungkinan pakan-pakan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda, hal ini disebabkan ada berbagai asupan sumber nutrisi yang dapat diperoleh secara langsung dari alam, lain halnya jika is berada didalam habitat buatan (akuarium) dimana faktor pengaruh dari luar telah dibatasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Petrus (1999), menyatakan bahwa dalam
menghadapi perubahan kondisi lingkungan dimana organisms dihadapkan pada suatu pilihan yang terbatas, make diperlukan kemampuan adaptasi fisiologis secara optimal untuk mempertahankan atau mencapai kemampuan hidup.






C. Laju Pertumbuhan Spesifik Man Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) adalah persentase pertumbuhan bobot yang dicapai pada suatu waktu tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada





gambar berikut ini :
Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami setiap perlakuan selama penelitian

Berdasarkan hasil analisis varians Rancangan Acak Lengkap antara perlakuan A, B, C, dan D terhadap LPS ikan uji pada Minggu pertama hingga Minggu terakhir menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan gurami. Tetapi hal ini dapat dimaklumi karena berdasarkan pengamatan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Susanto (2002), bahwa ikan gurami adalah salah satu jenis ikan yang pada seat muds tergolong kamivora, dan setelah dewasa bare tergolong herbivore.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada beberapa pakan terjadi fluktuasi pertumbuhan. Namun hal ini dapat dimaklumi, sebagaimana dikemukakan oleh Mujiman (1997) selain faktor makanan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisme, dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup dan persentase pemberian pakan.
Perlakuan A (Dedak) pada Minggu pertama hingga Minggu ke enam mengalami peningkatan, tetapi mengalami penurunan. pada Minggu ke tujuh. Hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu sebesar 73,80%. Dengan tingginya kandungan serat kasar pada pakan ini, maka pakan akan cukup sulit dicerna oleh ikan sehingga tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan. Meskipun terus mengalami peningkatan tetapi kandungan protein yang ada pada dedak juga cukup rendah (11,09%), sebagaimana dikemukakan oleh Khairun dan Sudenda (2002) kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan minimal berkisar anatara 25-30%. Sehingga ketika bobot dan ukuran ikan telah bertambah dimana, turut menuntut adanya pertambahan jumlah kandungan protein dalam pakan ikan untuk terus menunjang pertumbuhan, kandungan protein yang terdapat pada dedak yang digunakan dalam penelitian ini tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebaliknya protein yang ada lebih banyak digunakan untuk perawatan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pada perlakuan B (tepung kedelai), C (ampas tahu) dan D (pellet), cenderung menunjukkan hasil peningkatan dan penurunan yang relatif sama. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2, bahwa pertumbuhan ikan yang diberi pakan tepung kedelai mengalami peningkatan pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga dan selanjutnya menurun pada Minggu ke empat dan berangsur-angsur meningkat lagi pada Minggu ke lima hingga ke tujuh. Meskipun demikian peningkatan yang ditunjukkan tidak terlalu signifikan. Tingginya kandungan protein yang terdapat pada pakan tepung kedelai yaitu sebesar 35,38% turut menghambat pertumbuhan ikan gurami. Sebab meskipun pakan ini memiliki kandungan serat kasar yang sangat rendah (3,28%) sehingga cukup mullah tercerna oleh ikan tetapi kelebihan kandungan protein akan memberikan dampak dimana ikan akan mengalami pertumbuhan yang melambat. Tingginya kandungan protein yang melebihi ambang batas dan toleransi ikan akan turut memperlambat pertumbuhan ikan serta membuat mereka gampang terkena stres (Effendie, 1997).
Perlakuan dengan pemberian pakan ampas tahu sebagaimana di tampilkan pada gambar 2, juga cenderung mengalami fluktuasi laju pertumbuhan spesifik. Pada mingu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifiknya cenderung meningkat, tetapi setelah Minggu keempat hingga Minggu keenam laju pertumbuhan spesifiknya cenderung menurun, meskipun pada Minggu ke tujuh kembali terjadi peningkatan. Hal ini bisa terjadi, karena berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan bahwa kandungan protein dari ampas tahu sangat rendah yaitu 5,29%. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Sebagaimana dapat dijelaskan bahwa pada Minggu pertama penelitian ukuran ikan masih relatif kecil sehingga kandungan protein pada pakan masih memenuhi kebutuhan ikan untuk melakukan perkembangan. Tetapi seining bertambahnya ukuran ikan maka kandungan protein yang ada pada ampas tabu tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ikan, sehingga protein yang ada pada pakan tersebut lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini turut menjadi penyebab menurunnya laju pertumbuhan spesifik pada ikan gurami.
Pada perlakuan D ( pellet) sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, juga cenderung mengalami peningkatan dan penurunan laju pertumbuhan spesifik. Pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifik cenderung meningkat, tetapi menurun pada minggu keempat dan selanjutnya kembali meningkat pada minggu kelima hingga ke tujuh. Hal ini bisa diakibatkan oleh ikan yang masih berusaha beradaptasi terhadap pakan buatan, meskipun pakan ini memiliki kandungan protein yang cukup memadai yaitu 30% dan serat kasar sebesar 4% sehingga akan cukup mudah dicerna oleh ikan. Tetapi selain faktor makanan dan kebiasaan makan ikan, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisms dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup untuk ikan, frekuensi pemberian pakan serta persentase pemberian pakan (Mujiman, 1997).
Berdasarkan grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami menunjukan bahwa pakan dedak cendrung lebih baik peningkatan pertumbuhandi awal-awal penelitian sungguhpun dilihat secara keseluruhan pengamatan, pakan-pakan yang diberi tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun pakan dedak lebih baik atau cocok diberikan pada permulaan pertumbuhan hal ini dapat dilihat pada grafik laju pertumbuhan spesifik ikan.
D. Nilai Konversi Pakan
Nilai konversi pakan adalah jumlah berat makanan yang diperlukan oleh ikan untuk menambah bobot tubuh, dari segi konversi pakan nilai terendah merupakan konversi pakan terbaik. Nilai konversi pakan ikan gurami akan ditampilkan pada gambar berikut ini :
Nilai Konversi Pakan

Dedak Tepung Kedelai Ampas Tahu Pellet
Kelompok Perlakuan
Gambar 3. Histogram nilai konversi pakan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) selama penelitian

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 3, tampak bahwa dedak memiliki nilai konversi pakan tertinggi (44,924), selanjutnya tepung kedelai (26,216), ampas tabu (25,293) dan yang paling rendah adalah pellet (20,803). Hal ini berarti untuk menghasilkan 1 gram daging ikan gurami dibutuhkan 44,924 gram dedak, 26, 216 gram tepung kedelai, 25,293 gram ampas tahu dan 20,803 pellet komersial. Akan tetapi pemberian pakan dengan tepung kedelai., ampas tahu dan pellet belum dapat memperlihatkan hasil yang optimal meskipun nilai konversi pakan yang dihasilkan jauh lebih baik dari pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak.
Tingginya nilai konversi pakan pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak menunujukkan bahwa pakan yang diberikan lebih banyak yang terbuang, hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu 73,80% sehingga pakan sulit dicerna oleh ikan. Nilai konversi pakan yang cenderung rendah pada perlakuan dengan pemberian pakan tepung kedelai, ampas tahu, dan pellet menunjukkan bahwa pakan tersebut layak digunakan dalam pembudidayaan ikan gurami. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumeru (1995) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai konversi pakan yang diberikan berarti pakan yang diberikan hampir habis diamakan dan digunakan untuk pertumbuhan. Sebaliknya apabila konversi pakan lebih besar berarti pakan tersebut kurang optimal untuk pertumbuhan. Sebagaimana dinyatakan pula oleh Tamburaka (2001) bahwa semakin rendah nilai konversi pakan semakin baik pakan tersebut karena semakin sedikit jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan berat tertentu.
E. Efisiensi Penggunaan Pakan
'Efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa besar pakan tersebut dimanfaatkan oleh ikan. Begitupula dalam penelitian ini, efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa efisien pakan tersebut digunakan oleh ikan gurami,karena dengan melihat nilai efisiensi penggunaan pakan kits dapat melihat pakan yang mana, yang cenderung disukai oleh ikan. Sebab semakin tinggi nilai efisiensi suatu pakan menunjukkan bahwa semakin sedikit pakan tersebut yang terbuang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :



Efisiensi Penggunaan Pakan





Gambar 4. Histogram nilai efisiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 4, diketahui bahwa nilai efisiensi penggunaan pakan tertinggi terdapat pada pakan pellet (32,39%), selanjutnya adalah tepung kedelai (12,65%), kemudian ampas tabu (12,45%) dan yang paling rendah adalah dedak (6,97%). Dapat dilihat bahwa pellet merupakan pakan yang paling efisien digunakan hal ini disebabkan kualitas pakan lebih baik, perlu diketahui bahwa pellet yang digunakan adalah pellet komersial dimana kandungan komposisi bahan¬bahanya sudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan dan kualitas pakannya lebih baik. Hal ini didukung oleh pendapat Juwana (1994) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu pakan tergantung pada nilai nutrisi, ukuran partikel dan daya tarik rasa. Lebih lanjut Khairun dan Sudenda (2002) menyatakan bahwa kualitas pakan komersial mengandung keseimbangan dan kelengkapan nutrien yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Pakan tepung kedelai dan ampas tabu lebih efisien dimanfaatkan oleh ikan dari pada dedak, karena kandungan serat kasar pakan lebih rendah sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh ikan. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal ikan hares diberikan pakan dalam jumlah yang cukup yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Selain itu pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap make semakin baik pule kualitas pakan. Kordi (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan pakan yang bersumber dari protein hewani jauh lebih baik daripada pakan yang bersumber dari protein nabati karena lebih mudah dicerna. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat rendahnya efisiensi penggunaan pakan dalam penelitian ini memicu kurang optimalnya pertumbuhan ikan sebagaimana diketahui bahwa ikan Gurami pada fase awal pertumbuhannya lebih bersifat karnivora, dan setelah dewasa barn bersifat herbivore.
Berdasarkan nilai efesiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan gurami menunjukan bahwa pellet menjadi pakan yang paling tertinggi tingat keefesienannya dikarenakan, pellet memiliki bentuk struktur yang tidak mudah larut dalam air Berta terapung sedangkan pakan yang lain memiliki struktur yang mudah hancur bahkan menggendap sesaat setelah ditaburkan dalam wadah pengamatan.
F. Tingkat Kelangsungan Hidup
Rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) dengan memberi jenis pakan yang berbeda dalam setiap perlakuan yaitu pelakuan A dedak, perlakuan B tepung kedelai, pelakuan C ampas tahu dan perlakuan D pellet (kontrol).dengan pemberian pakan 2 kali sehari terlihat bahwa kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) diperoleh 100%. Persentase selama penelitian disajikan dalam Tabel berikut ini:
Tabel : Rata-rata kelangsungan Hidup Ikan Gurami (osphronemus gouramy Lac.) Selama penelitian.
Perlakuan Ulangan (%) Rata-rata (%)
1 2 3
Dedak 100 100 100 100
Tepung kedelai 100 100 100 100
Ampas tahu 100 100 100 100
Pellet 100 100 100 100
Rata-rata 100 100 100 100

Tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan, menunjukan bahwa pengaruh pemberian pakan yang berbeda pada ikan gurami tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidupnya, dimana, pada semua perlakuan memberikan rata-rat persentase kelangsungan hidup yang sama yaitu 100%.Tingginya tinggak kelangsuangan hidup benih inak gurami diduga karena terpenuhinya kebutuhan pakan untuk kelangsungan hidup dan kondisi


lingkungan pemeliharaan yang sesuai sehingga kondisi stres selama pemeliharaan dapat terhindarkan. Selain itu juga didukung oleh faktor kualitas air, dimana tiap perlakuan selama penelitian masih berada pads kisaran yang normal untuk kelangsungan hidup dap proses pertumbuhan ikan gurami. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Effendie (1979) bahwa kelangsungan hidup sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan dan kualitas air.
















V. PENUTUP
A. Simpulan
Adapun yang menjadi simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media pemeliharaan benih ikan gurami pada wadah terkontrol dalam penelitian ini dengan pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan gurami selama penelitian.
2. Pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) selama pengamatan dalam penelitian, pakan tidak memberikan perbedaan secara nyata hal ini dilihat dari pertumbuhan ikan yang memberi efek cendrung sama dari jenis pakan yang diberikan pada setiap ulangan.
3. pemberian pakan-pakan tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun dilihat dari laju pertumbuhan spesifik ikan bahwa dedak cocok diberikan pada awal-awal pertumbuhan ikan gurami kemudian dari nilai keefesiensi pakan menunjukan bahwa pellet yang lebih baik dikarenakan pellet untuk menghasilkan 1 gram daging ikan dibutuhkan 20,803 gram pakan pellet, ampas tahu 25,293 gram, tepung kedelai 26,216 gram, dedak 44,924 gram.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Perluadanyapenelitianlanjutmenegenaiperlakuanpemberianjenispakan berbeda ((dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) pada kondisi yang tak terkontrol agar dapat dibandingkan.
2. Perlu dilakukan penelitian jenis pakan yang baik untuk dapat memacu pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac).
































DAFTAR PUSTAKA
Ade, 2009. Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gourami sp). Sumur Bandung
Adelina,1999. Metode Peranacangan Percobaan. Gramedia Pustaka Utama. J akarta.
Akiyama,D.M.,W.G Doming, 1991. Penaeid Shrimp Nutrition for the Comercial Feed Industry. In Proceeding of the Aquaqulture Feed
Processing and Nutrition Workshop. Thailand and Indonesia.
Arie, 2001. Studi Pengurangan Kandungan Tanin pada Limbah Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Cholik dan Sulaiman, 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan — IDRC
Jakarta.
Djokosetiyanto, 2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, D. S. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. Effendie, M. I. 1979.Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
Effendie, M. I.1997. Pengantar Aquakultur.Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendie, M. I.2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metode Peranacangan Percobaan. Armico. Bandung. Ghufran,H. 2010. Membudidayakan Gurami. Lily Publisher. Yogyakarta.
Hardjojo dan Djokosetiyanto2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hattu, 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Huisman, 1976. Prinsip-Prinsip Budi Daya Ikan.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jangkaru, Z. 1999. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Juwana, S. 1994. Peranan Pellet Kering dalam Penelitian Nutrisi Ikan dan Penentuan Kualitas Tehnik Pembuatan Pellet.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khairuman, A dan D. Sudenda. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurami Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kordi, K.M.G.H., 2007. Pakan Gurami: nutrisi, Formulasi, Pembuatan, Pemberian. Aneka Ilmu. Semarang.
Lovell, 1980 dalam Mokoginto, 2009. Kobutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac) untuk'Pertumbuhan dan Reproduksi. IPB. Bogor
Mahmud, A. 2001. Habitat Baru Ikan Nila gift (oreochromis sp.). Kanisius. Yogyakarta.
Mujiman, A. 1997. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakata.
Mokoginta,I., 1995. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) untuk Pertumbuhan dan Reproduksi.Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nontji, 2002. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Pescod, 1973. Budidaya Gurami, Agromedia Pustaka. Jakarta.
Puspowardoyo, H dan A Siregar, 1992. Budidaya Gurami Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Reinthal, 2011. Ichtyology. phttp://eebweb. arizona. edu/couses/ eco1482-582/ lecture- I -2011-6.pdf
Ricky, 2008. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Penebar Swadaya, Jakarta: 2008.
Robert, 1992. Systematic Revision of The Souteasth Asian Anabantoid Fish Genus Osphronemus, with Description of Two New Species. Ichthyol Explor, Freshwater, 2(4) : 351 – 360.
Ruspitawati3O. 1996. Pengaruh Perbedaan Kandungan Vitamin Mix dalam Makanan Berkadar Mineral mix 2, 98% Terhadap Pertumbuhan Gurami (Osphoonemus Gouramy).IPB. Bandung.
Saanin,1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sari Gendro Sasi, 2009. Budidaya Pertanian Dan Peternakan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Sastra Hudaya Jakarta: 2008.
Sarwono, dan Sitanggang, 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitanggang, M. 1994. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Stickney, (1994) dalam Mursalin , (2002) . Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Teknologi Tepat Guna Mentri Negara Riset dan Teknologi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Jakarta
Sumeru, 1995. Budidaya Ikan Gurami. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarya, U.P., 2007. Guramy soang. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H,.1999. Budidaya Gurame. Kanisius. Yogyakarta.
2002. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta Suyanto, 1990. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tamburaka, T. W. 2001. Pengaruh Dosis Vitamin C pads Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Man Gurami (Osphronemus gouramy lac.). Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.

hasil penelitian ikan

Lampiran 1 : DATA HASIL PENELITIAN
1. Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy lac.) Masing-manisng Perlakuan Selama Penelitian.
No.
Perlakuan
Ulangan
Waktu Pengamatan / Minggu Ke -
0 1 2 3 4 5 6
1



A
(dedak halus)
1 107.892 109.476 116.082 119.754 123.258 130.794 135.96
2 94.884 96.564 101.274 106.266 111.258 118.284 125.616
3 63.342 65.91 68.856 71.07 77.874 77.874 79.998
Total 266.118 271.95 286.212 297.09 312.39 326.952 341.574
rata-rata 88.706 90.65 95.404 99.03 104.13 108.984 113.858
2



B
(tepung kedelai)
1 70.5 72.426 75.492 77.838 80.466 89.376 95.286
2 73.794 81.966 83.052 87.426 101.034 110.634 124.026
3 96.582 125.712 130.812 137.826 143.85 152.73 159.996
Total 240.876 280.104 289.356 303.09 325.35 352.74 379.308
rata-rata 80.292 93.368 96.452 101.03 108.45 117.58 126.436
3



C
(ampas tahu)
1 85.794 114.09 115.626 123.066 126.666 133.872 141.246
2 72.582 87.222 94.878 98.136 107.826 114.684 124.446
3 85.644 96.732 118.098 120.618 130.806 134.466 138.996
Total 244.02 298.044 328.602 341.82 365.298 383.022 404.688
rata-rata 81.34 99.348 109.534 113.94 121.766 127.674 134.896
4



D
(pellet)
1 93.834 96.471 103.398 106.878 108.102 113.676 119.838
2 76.398 89.766 100.548 105.24 119.694 128.046 143.76
3 65.634 83.454 84.084 90.108 93.666 104.958 125.124
Total 235.866 269.691 288.03 302.226 321.462 346.68 388.722
rata-rata 78.622 89.897 96.01 100.742 107.154 115.56 129.574












2. Jumlah Pakan Yang Diberikan Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Tiap Perlakuan Selama Penelitian
Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan / Minggu Ke -
0 1 2 3 4 5 6
A
dedak halus 1 10.7892 10.9476 11.6082 11.9754 12.3258 13.0794 13.596
2 9.4884 9.6564 10.1274 10.6266 11.1258 11.8284 12.5616
3 6.3342 6.591 6.8856 7.107 7.7874 7.7874 7.9998
B
tepung kedelai 1 7.05 7.2426 7.5492 7.7838 8.0466 8.9376 9.5286
2 7.3794 8.1966 8.3052 8.7426 10.1034 11.0634 12.4026
3 9.6582 12.5712 13.0812 13.7826 14.385 15.273 15.9996
C
ampas tahu 1 8.5794 11.409 11.5626 12.3066 12.6666 13.3872 14.1246
2 7.2582 8.7222 9.4878 9.8136 10.7826 11.4684 12.4446
3 8.5644 9.6732 11.8098 12.0618 13.0806 13.4466 13.8996
D
pellet 1 9.3834 9.6471 10.3398 10.6878 10.8102 11.3676 11.9838
2 7.6398 8.9766 10.0548 10.524 11.9694 12.8046 14.376
3 6.5634 8.3454 8.4084 9.0108 9.3666 10.4958 12.5124
















3. Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Masing-Masing Perlakuan.
Perlakuan Ulangan Berat Pertumbuhan Mutlak
Akhir Awal
A
dedak halus 1
2
3 135.96
125.616
79.998 107.892
94.884
63.342 28.068
30.732
16.656
Total 341.574 266.118
Rata-rata 170.787 133.059 37.728
B
tepung kedelai 1
2
3 95.286
124.026
159.996 70.5
73.794
96.582 24.786
50.232
63.414
Total 379.308 240.876
Rata-rata 189.654 120.438 69.216
C
ampas tahu 1
2
3 141.246
124.446
138.996 85.794
72.582
85.644 55.452
51.864
53.352
Total 404.688 244.02
Rata-rata 202.344 122.01 80.334
D
pellet
1
2
3 119.838
143.76
125.124 93.834
76.398
65.634 26.004
67.362
59.49
Total 388.722 235.866
Rata-rata 194.361 117.933 76.428












4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Selama Penelitian
Perlakuan Ulangan Laju Pertumbuhan Spesifik Minggu Ke- total Rata-rata
t7 t14 t21 t28 t35 t42
A
dedak halus 1 1.095127 5.006938 5.547633 4.692243 5.717917 6.051808 28.11167 4.685278
2 1.235223 4.416034 5.410314 5.478533 5.920013 6.343589 28.80371 4.800618
3 2.245541 4.064977 3.906992 5.236244 4.565502 1.793574 21.81283 3.635472
Total 4.575892 13.48795 14.86494 15.40702 16.20343 14.18897 78.7282 13.12137
Rata-rata 1.525297 4.495983 4.95498 5.135673 5.401144 4.729657 26.24273 4.373789

B
tepung kedelai 1 1.560584 3.828182 4.020521 3.819582 5.822967 6.418994 25.47083 4.245138
2 5.001699 5.298781 4.041545 6.879455 7.486898 7.464634 36.17301 6.028835
3 8.02802 8.412149 5.938957 6.113972 6.432452 6.623029 41.54858 6.924763
Total 14.5903 17.53911 14.00102 16.81301 19.74232 20.50666 103.1924 17.19874
Rata-rata 4.863435 5.846371 4.667007 5.604336 6.580772 6.835553 34.39747 5.732912

C
ampas tahu 1 7.958858 8.084718 5.225129 5.717917 5.666908 6.380121 39.03365 6.505609
2 6.389899 7.391446 5.690587 6.097479 6.681584 6.691921 38.94292 6.490486
3 5.728246 8.285295 7.555458 6.052933 6.257478 5.006938 38.88635 6.481058
Total 20.077 23.76146 18.47117 17.86833 18.60597 18.07898 116.8629 19.47715
Rata-rata 6.692334 7.920486 6.157058 5.95611 6.20199 6.026327 38.95431 6.492384

D
pellet 1 2.308671 5.376205 5.57733 3.686698 4.563401 5.863479 27.37578 4.562631
2 6.173485 7.581629 6.521812 7.028795 7.445294 7.573333 42.32435 7.054058
3 6.857908 6.940629 4.512424 5.380682 6.423809 8.211079 38.32653 6.387755
Total 15.34006 19.89846 16.61157 16.09617 18.4325 21.64789 108.0267 18.00444
Rata-rata 5.113355 6.632821 5.537189 5.365392 6.144168 7.215964 36.00889 6.001481










5. Rata-rata Konversi Pakan Ikan Guarami (Osphronemus gouramy Lac.) Dalam Penelitian
Perlakuan Ulangan Jumlah Pakan Berat Akhir-Awal (wt-w0) FCR
A
(dedak halus) 1 70.7256 28.068 2.519795
2 62.853 30.732 2.045197
3 42.4926 16.656 2.551189
Total 176.0712 75.456
Rata-rata 58.6904 25.152 2.333429
B
(tepung kedelai) 1 46.6098 24.786 1.880489
2 53.7906 50.232 1.070843
3 78.7512 63.414 1.241858
Total 179.1516 138.432
Rata-rata 59.7172 46.144 1.294149
C
(ampas tahu) 1 69.9114 55.452 1.260755
2 57.5328 51.864 1.109301
3 68.6364 53.352 1.286482
Total 127.4442 107.316
Rata-rata 42.4814 35.772 1.18756
D
(Pellet) 1 62.2359 26.004 2.39332
2 61.9692 67.362 0.919943
3 52.1904 59.49 0.877297
Total 176.3955 152.856
Rata-rata 58.7985 50.952 1.153998












6. Rata-rata Efisiensi Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy.Lac) dalam Penelitian
Perlakuan ulangan FCE (%)
A 1 39.68577
2 48.89504
3 39.19741
total 127.7782
rata-rata 42.59274
B 1 53.17766
2 93.38435
3 80.52449
total 227.0865
rata-rata 75.6955
C 1 79.31754
2 90.14684
3 77.73135
total 247.1957
rata-rata 82.39857
D 1 41.78296
2 108.7024
3 113.9865
total 264.4718
rata-rata 88.15728












Lampiran 2: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
1. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Selama Penelitian
Perlakuan ulangan Total (g) xi2 rata-rata ni
1 2 3
A
(dedak) 28.068 30.732 16.656 75.456 2009.691 25.152 3
B
(tepung kedelai) 24.786 50.232 63.414 138.432 7158.935 46.144 3
C
(ampas tahu) 55.452 51.864 53.352 160.668 8611.235 53.556 3
D
(pellet) 26.004 67.362 59.49 152.856 8752.907 50.952 3

Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Selama Penelitian
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 1498.445 3 499.4817 2.155217 4.07
galat 1854.038 8 231.7547
total 3352.483 11 - - -

2. Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Pertama
perlakuan ulangan xi xi2 rata-rata ni
1 2 3
A 1.095127 1.235223 2.245541 4.575892 7.767536 1.525297 3
B 1.560584 5.001699 8.02802 14.5903 91.90153 4.863435 3
C 7.958858 6.389899 5.728246 20.077 136.987 6.692334 3
D 2.308671 6.173485 6.857908 15.34006 90.47279 5.113355 3
total 12.92324 18.80031 22.85972 54.58326 327.1289 4.548605 12


Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Pertama
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 42.46208 3 14.15403 3.111707 4.07
Galat 36.38909 8 4.548636 - -
Total 78.85117 11 - - -

3. Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Kedua
perlakuan ulangan xi xi2 rata-rata ni
1 2 3
A 5.006938 4.416034 4.064977 13.48795 61.09482 4.495983 3
B 3.828182 5.298781 8.412149 17.53911 113.4963 5.846371 3
C 8.084718 7.391446 8.285295 23.76146 188.6422 7.920486 3
D 5.376205 7.581629 6.940629 19.89846 134.557 6.632821 3
total 22.29604 24.68789 27.70305 74.68698 497.7904 6.223915 12

Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Kedua
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 18.52154 3 6.173847 3.424351 4.07
galat 14.4234 8 1.802925
total 32.94494 11 - - -




4. Laju Pertumbuhan Spesifik Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Ketiga
perlakuan ulangan xi xi2 rata-rata ni
1 2 3
A 5.547633 5.410314 3.906992 14.86494 75.31231 4.95498 3
B 4.020521 4.041545 5.938957 14.00102 67.76988 4.667007 3
C 5.225129 5.690587 7.555458 18.47117 116.7697 6.157058 3
D 5.57733 6.521812 4.512424 16.61157 94.00262 5.537189 3
total 20.37061 21.66426 21.91383 63.9487 353.8545 5.329059 12

Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Ketiga
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 3.921445 3 1.307148 1.143275 4.07
galat 9.146697 8 1.143337
total 13.06814 11 - - -

5. Laju Pertumbuhan Spesifik Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Keempat
perlakuan ulangan xi xi2 rata-rata ni
1 2 3
A 4.692243 5.478533 5.236244 15.40702 79.44972 5.135673 3
B 3.819582 6.879455 6.113972 16.81301 99.29676 5.604336 3
C 5.717917 6.097479 6.052933 17.86833 106.5118 5.95611 3
D 3.686698 7.028795 5.380682 16.09617 91.94744 5.365392 3
total 17.91644 25.48426 22.78383 66.18453 377.2057 5.515378 12

Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Keempat
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 1.106488 3 0.368829 0.266626 4.07
galat 11.06655 8 1.383319
total 12.17304 11 - - -

6. Laju Pertumbuhan Spesifik Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Kelima
perlakuan ulangan xi xi2 rata-rata ni
1 2 3
A 5.717917 5.920013 4.565502 16.20343 88.58493 5.401144 3
B 5.822967 7.486898 6.432452 19.74232 131.337 6.580772 3
C 5.666908 6.681584 6.257478 18.60597 115.9134 6.20199 3
D 4.563401 7.445294 6.423809 18.4325 117.5224 6.144168 3
total 21.77119 27.53379 23.67924 72.98422 453.3578 6.082019 12

Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Kelima
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 2.191803 3 0.730601 0.803459 4.07
galat 7.274555 8 0.909319
total 9.466358 11 - - -

7. Laju Pertumbuhan Spesifik Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Keenam
perlakuan ulangan xi xi2 rata-rata ni
1 2 3
A 6.051808 6.343589 1.793574 14.18897 80.08241 4.729657 3
B 6.418994 7.464634 6.623029 20.50666 140.7888 6.835553 3
C 6.380121 6.691921 5.006938 18.07898 110.5572 6.026327 3
D 5.863479 7.573333 8.211079 21.64789 159.1576 7.215964 3
total 24.7144 28.07348 21.63462 74.4225 490.5859 6.201875 12

Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ikan Gurami Pada Pengamatan Minggu Keenam
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 10.8845 3 3.628167 1.599862 4.07
galat 18.1424 8 2.2678
total 29.0269 11 - - -

8. Nilai Konversi pakan Ikan Gurami Selama Penelitian
perlakuan FCR (konversi pakan) ulangan xi xi2 rata ni
1 2 3
A
(dedak) 2.519795 2.045197 2.551189 7.116181 17.04076 2.37206 3
B
(tepung kedelai) 1.880489 1.070843 1.241858 4.193191 6.225156 1.39773 3
C
(ampas tahu) 1.260755 1.109301 1.286482 3.656539 4.47509 1.218846 3
D
(pellet) 2.39332 0.919943 0.877297 4.19056 7.343927 1.396853 3
total 8.054359 5.145285 5.956826 19.15647 35.08493 1.596373 12

Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Nilai Konversi pakan Ikan Gurami Selama Penelitian
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 2.470453 3 0.823484 3.239483 4.07
galat 2.033619 8 0.254202
total 4.504071 11 - - -

9. Nilai Efisiensi Pakan Ikan Gurami Selama Penelitian (%)
perlakuan FCE (Efisiensi penggunaan pakan) xi xi2 rata ni
1 2 3
A
(dedak) 39.68577 48.89504 39.19741 127.7782 5502.123 42.59274 3
B
(tepung kedelai) 53.17766 93.38435 80.52449 227.0865 18032.69 75.6955 3
C
(ampas tahu) 79.31754 90.14684 77.73135 247.1957 20459.89 82.39857 3
D
(pellet) 41.78296 108.7024 113.9865 264.4718 26554.94 88.15728 3
Total
213.9639 341.1286 311.4397 866.5323 70549.64 72.21102 12



Tabel: Daftar Analisis Varias (Anava) Nilai Efisiensi Pakan Ikan Gurami Selama Penelitian
s.variasi JK db KT F-hit F-tab
perlakuan 3742.36 3 1247.453 2.356963 4.07
galat 4234.103 8 529.2629
total 7976.463 11 - - -

10. Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Rata-rata Ikan Gurami Pada Semua Perlakuan Selama Penelitian
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
A 100 100 100 100
B 100 100 100 100
C 100 100 100 100
D 100 100 100 100