Jumat, 22 Juli 2011

pengaruh pakan

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi 5
B. Habitat dan Penyebaran 6
C. Kebiasaan Makan Ikan Gurami 7
D. Pakan Ikan Gurami 7
E. Pertumbuhan Ikan Gurami 9
F. Kualitas Air 10
G. Hipotesis 13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat 14
B. Alat dan Bahan 14
C. Prosedur Penelitian 15
D. Rancangan Penelitian 18
E. Variabel yang Diamati 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air 21
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami 23
C. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Gurami 24
D. Nilai Konversi Pakan 28
E. Efisiensi Penggunaan Pakan 30
F. Tingkat Kelangsungan Hidup 32
V. Penutup
A. Simpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN
37
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas dibandingkan dengan daratan. Luas permukaan bumf yang dapat didiami oleh makhluk hidup seluruhnya mencapai 510 juta kilometer persegi yang terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan (Nontji, 2002). Salah satunya adalah perairan air tawar, perairan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat selain untuk memenuhi kebutuhan air minum juga dimanfaatkan masyarakat sebagai areal kolam ikan.
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani akhir—akhir ini semakin meningkat, hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat daging sebagai bahan makanan, sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan juga meningkat. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan mudah didapatkan serta mempunyai nilai gizi yang tinggi (Suyanto, 1990).
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat indonesia sudah lama mengenal ikan gurami, ikan gurami memiliki rasa daging yang gurih dan lezat. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. Namun pertumbuhan Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) lambat dibandingkan dengan ikan budi daya lainnya, karena untuk mencapai ukuran konsumsi dengan berat badan minimal 500 gram dari benih berukuran 1 gram memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari 1 tahun. Pertumbuhan lambat ini menyebabkan orang beranggapan bahwa ikan ini tidak dapat dipelihara secara intensif Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan pemberian pakan berkualitas dalam jumlah yang cukup (Ricky, 2008).
Pada umumnya ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek penting yang dipelajari dalam dunia perikanan, dikarenakan petumbuhan yang menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Apabila ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu merupakan suatu proses biologi dimana banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan maupun faktor dari luar (Reinthal, 2005).
Pakan merupakan salah satu faktor penunjang selama perkembangan budi daya ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) secara intensif, karena pakan merupakan sumber energi dalam pertumbuhan. Untuk menghendaki pertumbuhan ikan gurami yang baik maka harus diberikan sejumlah pakan untuk pemeliharaan tubuhnya. Dalam mengantisipasi kendala tersebut, utamanya masalah pakan perlu diteliti potensi pakan alternatif yang bersumber dari hasil pertanian yang memiliki kandungan nutrisi cukup, untuk dijadikan sebagai pakan ikan gurami (Sitanggang, 1994).
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis pakan terhadap pertumbuhan ikan gurami (osphronemus gouramy, lac.) dalam habitat buatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Tatar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam habitat buatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani ikan, khususnya petani ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) tentang pemanfaatan dedak, ampas tahu dan tepung kedelai sebagai pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).
2. Sebagai latihan awal bagi peneliti dalam membudidayakan ikan khususnya ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.).






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian meliputi suhu, deerajat keasaaam(pH), dan oksigen terlarut(DO).
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi proses biologi pematangan gonad, pemijahan, penetasan telur dan seluruh kegiatan dalam proses kehidupan ikan seperti pernafasan dan pertumbuhan ikan. Suhu air selama penelitian berkisar 26-28 °C, Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan optimal untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan gurame. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ghufran (2010) suhu yang optimal untuk peertumbuhan ikan gurami adalah berkisar pada suhu 24 ° C -30 ° C.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaam adalah suatu ukuran dari ion hydrogen yang menunjukan kondisi air tersebut apakah bereaksi asam atau basa (Mursalin,2003).derajat keasaman air selama penelitian yaitu 7,0. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarya (2007) bahwa kolam pemeliharaan gurami idealnya memiliki pH netral yaitu antara 6,5-7,5.
3. Oksigen terlarut (DO)
Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan berkisar antara 2,8-3,8 mg/l. Sarwono dan Sitanggang (2007), menyatakan kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk pemeliharaan gurame antara 4-6 mg/l. Walupun kadar DO pada media pemeliharaan di bawah 4 mg/l, ikan gurame tidak mengalami kekurangan oksigen. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI): 01-6485.2-2000, menyatakan bahwa ikan gurame, memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirint yang mulai terbentuk pada umur 18 hari-24 hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas.
B. Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Pertumbuhan mutlak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pertambahan berat ikan pada jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan, dalam hal ini jangka waktu yang dimaksud adalah pengamatan selama penelitian yaitu 42 hari. Pertumbuhan mutlak diperoleh dari hasil penimbangan bobot akhir penelitian yang dikurangi dengan penimbangan bobot awal penelitian. Nilai pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini
Tabel 5. Pertumbuhan Mutlak (gr) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Selama Penelitian Pada Habitat Buatan.
Perlakuan Ulangan (gr) Total (gr)
1 2 3

A (Dedak) 28,068 30,732 16,656 75,456
B (Tepung Kedelai) 24,786 50,232 63,414 138,432
C (Ampas tahu) 55,452 '51,864 53,352 160,668
D (Pellet) 26,004 67,362 59,49 152,856
Sumber:
Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang tertinggi pada perlakuan C (ampas tahu) sebesar 160,778 gr, selanjutnya adalah pada perlakuan D (pellet), kemudian perlakuan B (tepung kedelai), sedangkan yang terendah yaitu pada perlakuan A (dedak) sebesar 75,456 gr.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rancangan acak lengkap, laju pertumbuhan mutlak ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) diperoleh nilai Fhit sebesar 2,15. sedangkan untuk Ftab pada taraf kepercayaan 95% (F 0,05) adalah 4,07. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Analisis Varians berikut ini :
Tabel 6. Daftar Analisis Varians Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Sumber
Variasi Jumlah
Kuadrat (JK) Derajat
Bebas (db) Kuadrat
Tengah (KT) F hit Ftab
Perlakuan 1498,44053 3 499,481676 2,15 F 0,05
= 4,07
Galat 1854,037824 8 231, 754728
Total 3352,48284 11
Fhit (2,15) < F 0,05; 3,8 (4,07) = HO diterima
Sesuai hasil uji Analisis Varians Rancangan Acak Lengkap penelitian pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh kesimpulan bahwa FhitDengan demikian dapat dikatakan bahwa ke-4 jenis pakan tersebut memberikan efek yang cenderung sama terhadap pertumbuhan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Hal ini bisa terjadi karena selama proses pengamatan dan penelitian ikan tersebut tidak mendapatkan asupan nutrisi tambahan sebagaimana jika ikan tersebut hidup di alam bebas, sehingga sebagian besar sumber energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akiyama (1991) bahwa daya cerna protein hewani lebih baik dari protein nabati, sebab kandungan protein nabati yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya daripada untuk pertumbuhan.
Tentu saja jika ke-4 jenis pakan ini (dedak, tepung kedelai, ampas tabu dan pellet) diberikan di kolam atau di tambak pemeliharaan ikan Gurami pada umumnya ada kemungkinan pakan-pakan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda, hal ini disebabkan ada berbagai asupan sumber nutrisi yang dapat diperoleh secara langsung dari alam, lain halnya jika is berada didalam habitat buatan (akuarium) dimana faktor pengaruh dari luar telah dibatasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Petrus (1999), menyatakan bahwa dalam
menghadapi perubahan kondisi lingkungan dimana organisms dihadapkan pada suatu pilihan yang terbatas, make diperlukan kemampuan adaptasi fisiologis secara optimal untuk mempertahankan atau mencapai kemampuan hidup.






C. Laju Pertumbuhan Spesifik Man Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) adalah persentase pertumbuhan bobot yang dicapai pada suatu waktu tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada





gambar berikut ini :
Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami setiap perlakuan selama penelitian

Berdasarkan hasil analisis varians Rancangan Acak Lengkap antara perlakuan A, B, C, dan D terhadap LPS ikan uji pada Minggu pertama hingga Minggu terakhir menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan gurami. Tetapi hal ini dapat dimaklumi karena berdasarkan pengamatan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Susanto (2002), bahwa ikan gurami adalah salah satu jenis ikan yang pada seat muds tergolong kamivora, dan setelah dewasa bare tergolong herbivore.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada beberapa pakan terjadi fluktuasi pertumbuhan. Namun hal ini dapat dimaklumi, sebagaimana dikemukakan oleh Mujiman (1997) selain faktor makanan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisme, dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup dan persentase pemberian pakan.
Perlakuan A (Dedak) pada Minggu pertama hingga Minggu ke enam mengalami peningkatan, tetapi mengalami penurunan. pada Minggu ke tujuh. Hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu sebesar 73,80%. Dengan tingginya kandungan serat kasar pada pakan ini, maka pakan akan cukup sulit dicerna oleh ikan sehingga tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan. Meskipun terus mengalami peningkatan tetapi kandungan protein yang ada pada dedak juga cukup rendah (11,09%), sebagaimana dikemukakan oleh Khairun dan Sudenda (2002) kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan minimal berkisar anatara 25-30%. Sehingga ketika bobot dan ukuran ikan telah bertambah dimana, turut menuntut adanya pertambahan jumlah kandungan protein dalam pakan ikan untuk terus menunjang pertumbuhan, kandungan protein yang terdapat pada dedak yang digunakan dalam penelitian ini tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebaliknya protein yang ada lebih banyak digunakan untuk perawatan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pada perlakuan B (tepung kedelai), C (ampas tahu) dan D (pellet), cenderung menunjukkan hasil peningkatan dan penurunan yang relatif sama. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2, bahwa pertumbuhan ikan yang diberi pakan tepung kedelai mengalami peningkatan pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga dan selanjutnya menurun pada Minggu ke empat dan berangsur-angsur meningkat lagi pada Minggu ke lima hingga ke tujuh. Meskipun demikian peningkatan yang ditunjukkan tidak terlalu signifikan. Tingginya kandungan protein yang terdapat pada pakan tepung kedelai yaitu sebesar 35,38% turut menghambat pertumbuhan ikan gurami. Sebab meskipun pakan ini memiliki kandungan serat kasar yang sangat rendah (3,28%) sehingga cukup mullah tercerna oleh ikan tetapi kelebihan kandungan protein akan memberikan dampak dimana ikan akan mengalami pertumbuhan yang melambat. Tingginya kandungan protein yang melebihi ambang batas dan toleransi ikan akan turut memperlambat pertumbuhan ikan serta membuat mereka gampang terkena stres (Effendie, 1997).
Perlakuan dengan pemberian pakan ampas tahu sebagaimana di tampilkan pada gambar 2, juga cenderung mengalami fluktuasi laju pertumbuhan spesifik. Pada mingu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifiknya cenderung meningkat, tetapi setelah Minggu keempat hingga Minggu keenam laju pertumbuhan spesifiknya cenderung menurun, meskipun pada Minggu ke tujuh kembali terjadi peningkatan. Hal ini bisa terjadi, karena berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan bahwa kandungan protein dari ampas tahu sangat rendah yaitu 5,29%. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Sebagaimana dapat dijelaskan bahwa pada Minggu pertama penelitian ukuran ikan masih relatif kecil sehingga kandungan protein pada pakan masih memenuhi kebutuhan ikan untuk melakukan perkembangan. Tetapi seining bertambahnya ukuran ikan maka kandungan protein yang ada pada ampas tabu tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ikan, sehingga protein yang ada pada pakan tersebut lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini turut menjadi penyebab menurunnya laju pertumbuhan spesifik pada ikan gurami.
Pada perlakuan D ( pellet) sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2, juga cenderung mengalami peningkatan dan penurunan laju pertumbuhan spesifik. Pada Minggu pertama hingga Minggu ketiga laju pertumbuhan spesifik cenderung meningkat, tetapi menurun pada minggu keempat dan selanjutnya kembali meningkat pada minggu kelima hingga ke tujuh. Hal ini bisa diakibatkan oleh ikan yang masih berusaha beradaptasi terhadap pakan buatan, meskipun pakan ini memiliki kandungan protein yang cukup memadai yaitu 30% dan serat kasar sebesar 4% sehingga akan cukup mudah dicerna oleh ikan. Tetapi selain faktor makanan dan kebiasaan makan ikan, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu organisms dalam suatu wadah budi daya, diantaranya adalah ketersediaan oksigen yang cukup untuk ikan, frekuensi pemberian pakan serta persentase pemberian pakan (Mujiman, 1997).
Berdasarkan grafik laju pertumbuhan spesifik ikan gurami menunjukan bahwa pakan dedak cendrung lebih baik peningkatan pertumbuhandi awal-awal penelitian sungguhpun dilihat secara keseluruhan pengamatan, pakan-pakan yang diberi tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun pakan dedak lebih baik atau cocok diberikan pada permulaan pertumbuhan hal ini dapat dilihat pada grafik laju pertumbuhan spesifik ikan.
D. Nilai Konversi Pakan
Nilai konversi pakan adalah jumlah berat makanan yang diperlukan oleh ikan untuk menambah bobot tubuh, dari segi konversi pakan nilai terendah merupakan konversi pakan terbaik. Nilai konversi pakan ikan gurami akan ditampilkan pada gambar berikut ini :
Nilai Konversi Pakan

Dedak Tepung Kedelai Ampas Tahu Pellet
Kelompok Perlakuan
Gambar 3. Histogram nilai konversi pakan ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) selama penelitian

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 3, tampak bahwa dedak memiliki nilai konversi pakan tertinggi (44,924), selanjutnya tepung kedelai (26,216), ampas tabu (25,293) dan yang paling rendah adalah pellet (20,803). Hal ini berarti untuk menghasilkan 1 gram daging ikan gurami dibutuhkan 44,924 gram dedak, 26, 216 gram tepung kedelai, 25,293 gram ampas tahu dan 20,803 pellet komersial. Akan tetapi pemberian pakan dengan tepung kedelai., ampas tahu dan pellet belum dapat memperlihatkan hasil yang optimal meskipun nilai konversi pakan yang dihasilkan jauh lebih baik dari pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak.
Tingginya nilai konversi pakan pada perlakuan dengan pemberian pakan dedak menunujukkan bahwa pakan yang diberikan lebih banyak yang terbuang, hal ini bisa terjadi karena tingginya kandungan serat kasar pada dedak yaitu 73,80% sehingga pakan sulit dicerna oleh ikan. Nilai konversi pakan yang cenderung rendah pada perlakuan dengan pemberian pakan tepung kedelai, ampas tahu, dan pellet menunjukkan bahwa pakan tersebut layak digunakan dalam pembudidayaan ikan gurami. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumeru (1995) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai konversi pakan yang diberikan berarti pakan yang diberikan hampir habis diamakan dan digunakan untuk pertumbuhan. Sebaliknya apabila konversi pakan lebih besar berarti pakan tersebut kurang optimal untuk pertumbuhan. Sebagaimana dinyatakan pula oleh Tamburaka (2001) bahwa semakin rendah nilai konversi pakan semakin baik pakan tersebut karena semakin sedikit jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan berat tertentu.
E. Efisiensi Penggunaan Pakan
'Efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa besar pakan tersebut dimanfaatkan oleh ikan. Begitupula dalam penelitian ini, efisiensi penggunaan pakan digunakan untuk melihat seberapa efisien pakan tersebut digunakan oleh ikan gurami,karena dengan melihat nilai efisiensi penggunaan pakan kits dapat melihat pakan yang mana, yang cenderung disukai oleh ikan. Sebab semakin tinggi nilai efisiensi suatu pakan menunjukkan bahwa semakin sedikit pakan tersebut yang terbuang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :



Efisiensi Penggunaan Pakan





Gambar 4. Histogram nilai efisiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 4, diketahui bahwa nilai efisiensi penggunaan pakan tertinggi terdapat pada pakan pellet (32,39%), selanjutnya adalah tepung kedelai (12,65%), kemudian ampas tabu (12,45%) dan yang paling rendah adalah dedak (6,97%). Dapat dilihat bahwa pellet merupakan pakan yang paling efisien digunakan hal ini disebabkan kualitas pakan lebih baik, perlu diketahui bahwa pellet yang digunakan adalah pellet komersial dimana kandungan komposisi bahan¬bahanya sudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan dan kualitas pakannya lebih baik. Hal ini didukung oleh pendapat Juwana (1994) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu pakan tergantung pada nilai nutrisi, ukuran partikel dan daya tarik rasa. Lebih lanjut Khairun dan Sudenda (2002) menyatakan bahwa kualitas pakan komersial mengandung keseimbangan dan kelengkapan nutrien yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Pakan tepung kedelai dan ampas tabu lebih efisien dimanfaatkan oleh ikan dari pada dedak, karena kandungan serat kasar pakan lebih rendah sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh ikan. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal ikan hares diberikan pakan dalam jumlah yang cukup yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Selain itu pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap make semakin baik pule kualitas pakan. Kordi (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan pakan yang bersumber dari protein hewani jauh lebih baik daripada pakan yang bersumber dari protein nabati karena lebih mudah dicerna. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat rendahnya efisiensi penggunaan pakan dalam penelitian ini memicu kurang optimalnya pertumbuhan ikan sebagaimana diketahui bahwa ikan Gurami pada fase awal pertumbuhannya lebih bersifat karnivora, dan setelah dewasa barn bersifat herbivore.
Berdasarkan nilai efesiensi penggunaan pakan selama penelitian pada ikan gurami menunjukan bahwa pellet menjadi pakan yang paling tertinggi tingat keefesienannya dikarenakan, pellet memiliki bentuk struktur yang tidak mudah larut dalam air Berta terapung sedangkan pakan yang lain memiliki struktur yang mudah hancur bahkan menggendap sesaat setelah ditaburkan dalam wadah pengamatan.
F. Tingkat Kelangsungan Hidup
Rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) dengan memberi jenis pakan yang berbeda dalam setiap perlakuan yaitu pelakuan A dedak, perlakuan B tepung kedelai, pelakuan C ampas tahu dan perlakuan D pellet (kontrol).dengan pemberian pakan 2 kali sehari terlihat bahwa kelangsungan hidup ikan gurami (osphronemus gouramy Lac.) diperoleh 100%. Persentase selama penelitian disajikan dalam Tabel berikut ini:
Tabel : Rata-rata kelangsungan Hidup Ikan Gurami (osphronemus gouramy Lac.) Selama penelitian.
Perlakuan Ulangan (%) Rata-rata (%)
1 2 3
Dedak 100 100 100 100
Tepung kedelai 100 100 100 100
Ampas tahu 100 100 100 100
Pellet 100 100 100 100
Rata-rata 100 100 100 100

Tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan, menunjukan bahwa pengaruh pemberian pakan yang berbeda pada ikan gurami tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidupnya, dimana, pada semua perlakuan memberikan rata-rat persentase kelangsungan hidup yang sama yaitu 100%.Tingginya tinggak kelangsuangan hidup benih inak gurami diduga karena terpenuhinya kebutuhan pakan untuk kelangsungan hidup dan kondisi


lingkungan pemeliharaan yang sesuai sehingga kondisi stres selama pemeliharaan dapat terhindarkan. Selain itu juga didukung oleh faktor kualitas air, dimana tiap perlakuan selama penelitian masih berada pads kisaran yang normal untuk kelangsungan hidup dap proses pertumbuhan ikan gurami. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Effendie (1979) bahwa kelangsungan hidup sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan dan kualitas air.
















V. PENUTUP
A. Simpulan
Adapun yang menjadi simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media pemeliharaan benih ikan gurami pada wadah terkontrol dalam penelitian ini dengan pemberian jenis pakan berbeda (dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan gurami selama penelitian.
2. Pertumbuhan mutlak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) selama pengamatan dalam penelitian, pakan tidak memberikan perbedaan secara nyata hal ini dilihat dari pertumbuhan ikan yang memberi efek cendrung sama dari jenis pakan yang diberikan pada setiap ulangan.
3. pemberian pakan-pakan tidak memberikan efek yang berbeda secara signifikan namun dilihat dari laju pertumbuhan spesifik ikan bahwa dedak cocok diberikan pada awal-awal pertumbuhan ikan gurami kemudian dari nilai keefesiensi pakan menunjukan bahwa pellet yang lebih baik dikarenakan pellet untuk menghasilkan 1 gram daging ikan dibutuhkan 20,803 gram pakan pellet, ampas tahu 25,293 gram, tepung kedelai 26,216 gram, dedak 44,924 gram.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Perluadanyapenelitianlanjutmenegenaiperlakuanpemberianjenispakan berbeda ((dedak, ampas tahu, tepung kedelai dan pelet) terhadap pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) pada kondisi yang tak terkontrol agar dapat dibandingkan.
2. Perlu dilakukan penelitian jenis pakan yang baik untuk dapat memacu pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac).
































DAFTAR PUSTAKA
Ade, 2009. Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gourami sp). Sumur Bandung
Adelina,1999. Metode Peranacangan Percobaan. Gramedia Pustaka Utama. J akarta.
Akiyama,D.M.,W.G Doming, 1991. Penaeid Shrimp Nutrition for the Comercial Feed Industry. In Proceeding of the Aquaqulture Feed
Processing and Nutrition Workshop. Thailand and Indonesia.
Arie, 2001. Studi Pengurangan Kandungan Tanin pada Limbah Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Cholik dan Sulaiman, 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan — IDRC
Jakarta.
Djokosetiyanto, 2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, D. S. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. Effendie, M. I. 1979.Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
Effendie, M. I.1997. Pengantar Aquakultur.Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendie, M. I.2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metode Peranacangan Percobaan. Armico. Bandung. Ghufran,H. 2010. Membudidayakan Gurami. Lily Publisher. Yogyakarta.
Hardjojo dan Djokosetiyanto2005. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hattu, 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Huisman, 1976. Prinsip-Prinsip Budi Daya Ikan.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jangkaru, Z. 1999. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Juwana, S. 1994. Peranan Pellet Kering dalam Penelitian Nutrisi Ikan dan Penentuan Kualitas Tehnik Pembuatan Pellet.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khairuman, A dan D. Sudenda. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurami Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kordi, K.M.G.H., 2007. Pakan Gurami: nutrisi, Formulasi, Pembuatan, Pemberian. Aneka Ilmu. Semarang.
Lovell, 1980 dalam Mokoginto, 2009. Kobutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac) untuk'Pertumbuhan dan Reproduksi. IPB. Bogor
Mahmud, A. 2001. Habitat Baru Ikan Nila gift (oreochromis sp.). Kanisius. Yogyakarta.
Mujiman, A. 1997. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakata.
Mokoginta,I., 1995. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) untuk Pertumbuhan dan Reproduksi.Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nontji, 2002. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Pescod, 1973. Budidaya Gurami, Agromedia Pustaka. Jakarta.
Puspowardoyo, H dan A Siregar, 1992. Budidaya Gurami Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Reinthal, 2011. Ichtyology. phttp://eebweb. arizona. edu/couses/ eco1482-582/ lecture- I -2011-6.pdf
Ricky, 2008. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Penebar Swadaya, Jakarta: 2008.
Robert, 1992. Systematic Revision of The Souteasth Asian Anabantoid Fish Genus Osphronemus, with Description of Two New Species. Ichthyol Explor, Freshwater, 2(4) : 351 – 360.
Ruspitawati3O. 1996. Pengaruh Perbedaan Kandungan Vitamin Mix dalam Makanan Berkadar Mineral mix 2, 98% Terhadap Pertumbuhan Gurami (Osphoonemus Gouramy).IPB. Bandung.
Saanin,1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sari Gendro Sasi, 2009. Budidaya Pertanian Dan Peternakan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Sastra Hudaya Jakarta: 2008.
Sarwono, dan Sitanggang, 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitanggang, M. 1994. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Stickney, (1994) dalam Mursalin , (2002) . Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Teknologi Tepat Guna Mentri Negara Riset dan Teknologi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Jakarta
Sumeru, 1995. Budidaya Ikan Gurami. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarya, U.P., 2007. Guramy soang. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H,.1999. Budidaya Gurame. Kanisius. Yogyakarta.
2002. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta Suyanto, 1990. Budidaya Ran di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tamburaka, T. W. 2001. Pengaruh Dosis Vitamin C pads Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Man Gurami (Osphronemus gouramy lac.). Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar